Harap membaca Novel JERAT CINTA DEWI ULAR biar gak bingung sebelum membaca novel ini.
Dua cinta yang terpisah karena beda dunia. akan kekuatan cinta mampu mempersatukan mereka kembali?
Akankah ada jalan bagi mereka untuk menemukan cinta yang hilang..
Ikuti kisah perjalanan cinta anata Kenzo dan Adhisti yang harus terpisah karena dunia mereka yang tidak sama..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Dua
Adhisti mencoba memeriksa kamar puterinya, dan ternyata ia melihat jika Dita sedang tertidur pulas sembari memeluk selimut milik ayahnya.
Ia menghampiri puterinya, dan duduk ditepian ranjang. Wajah ayu nan menggemaskan itu tampak tertidur sangat nyenyak, ia seolah tak ingin melepaskan selimut tersebut.
"Andai saja kulit ibu tidak seperti ini, maka sudah pasti kamu akan tidur diranjang yang empuk dan rumah yang mewah tidak seperti ini," gumam Adhisti dengan wajahnya yang terlihat sangat sendu.
"Jika batu permata ibu ambil kembali dari tubuh ayahmu, maka kau akan kehilangannya untuk selamanya." Adhisti membelai rambut puterinya dengan begitu lembut.
Namun sesaat ia terkejut dengan tangan puterinya yang menggenggam pemantik api. Ia mengerutkan keningnya, lalu membuka genggaman tangan sang gadis kecil, dan mengambilnya. "Untuk apa ia membawa pemantik api?" Adhisti menatap puterinya dan terlihat memindai benda tersebut.
Saat ia memegang bagian batu pemantik, masih terasa hangat, dan artinya itu baru saja digunakan. Adhisti menatap puterinya, lalu membaca fikirannya dengan menerawang jauh. "Hah!" ia tersentak kaget saat mendapati apa yang baru saja dilakukan Dita diluar dari pengawasannya.
"Dita, kamu ini tidak bisa dinasehatin! Mengapa kamu keluyuran dan sampai berhubungan dengan nenek renta itu, jika kamu sampai ditangkap olehnya, maka itu akan menjadi penyesalan ibu seumur hidup!" ia terlihat mengomel dengan nada kesal, sebab gadis kecilnya tidak mendengarkan ucapannya.
"Dia menyelamatkan neneknya," tiba-tiba saja Dewi Asri memperlihatkan wujudnya dan duduk disisi ranjang yang sama. Ia membelai sang cucu dengan begitu lembut.
"Apa maksud ibu?" tanya Adhisti dengan perasaan yang campur aduk.
"Endah Yulia menemui pamanmu--Haji Sadikin untuk mencari tahu keberadaanmu," sahut wanita itu dengan sikap yang sangat lembut. Lalu menyentuh dagu Dita yang saat ini sedang tertidur pulas.
"Mengapa ia datang ke desa Larangan?" tanya Adhisti dengan tatapan yang begitu dalam.
"Ia mengetahui seperti apa wujudmu,dan dia melihat semua yang terjadi saat sebelum kamu pergi meninggalkan puteranya," ungkap Dewi Asri.
Adhisti merasakan tubuhnya gemetar. Apakah itu artinya jika sang mama mertua mengetahui wujudnya?
"Apakah Mama Endah Yulia mengetahui wujudku? Dan itu artinya ia tahu jika aku ini titisan Siluman Ular," ucap Adhisti dengan nada bergetar, sembari menatap sang ibu dengan meminta jawaban.
"Kulitku yang seperti ini akan menjadi aib saat Kenzo melihatnya." ia mengusap wajahnya yang terasa sangat kasar, bahkan ia sudah lupa kapan terakhir kalinya ia melihat cermin, sebab tidak begitu percaya diri dengan kondisinya saat ini.
"Kita harus memusnahkan Kuntilanak Merah itu, dan mengambil batu permata delima hitam darinya. Sebab harus dinetralkan dan itu akan membuatmu kembali murni, namun ada sesuatu yang harus menjadi ritual tambahannnya," Dewi Asri menghentikan ucapannya.
Wajahnya terlihat ragu, apakah hal itu dapat terkabulkan?
"Itu yang sedang ku fikirkan Bu bagaimana mungkin ada pria yang mau bercinta dengan wanita sepertiku. Jika waktu itu ia melakukannya denganku karena wajahku yang terlihat sangat cantik, pria manapun pasti akan tergoda, dan jika seperti ini, jangankan bercinta, melihat saja pun tak sudi," Adhisti terlihat berputus asa.
Bahkan ia tidak pernah percaya jika semua itu akan terwujud, dan hanya sebuah khayalan belaka saja.
"Kita harus mencobanya, dan tidak akan menyerah sebelum mengetahui hasilnya." Dewi Asri memberikan semangat pada puterinya.
"Sudahlah, Bu. Biarkan aku tetap begini, dan aku tak ingin membahayakannya." Adhisti menarik selimut tersebut, dan menutupkan-nya pada tubuh puteri kecilnya.
Dewi Asri melihat rasa putus asa yang ada pada diri Puterinya.
Adhisti menaiki ranjang, lalu berbaring disisi Dita yang saat ini sudah tertidur pulas. Ia memejamkan kedua matanya, dan seolah seperti sebuah isyarat, jika ia akan tidur.
Melihat hal itu, Dewi Asri memilih pergi dan meninggalkan keduanya.
*****
Endah Yulia tiba dirumah Kenzo ketika hampir subuh. Ia memilih singgah ke rumah puteranya karena jaraknya yang cukup dekat ketimbang harus pulang ke rumahnya.
Ia memasuki rumah dengan menggunakan kunci cadangan. Rasa lelah sudah mampu membuatnya berjalan dengan gontai.
Endah Yulia menuju ruang keluarga. Ia duduk bersandar disofa, lalu memejamkan kedua matanya, sebab rasa kantuk tak lagi dapat ia tahan.
Ia tertidur dengan pulas hingga akhirnya terbangun saat mendengar suara derap langkah kaki dari anak tangga yang terdengar sedikit berkari, dan langkah cukup kecil.
Endah Yulia membuka matanya, dan memindai sekitarnya dengan menyipitkan matanya semua terasa begitu sangat berat, sehingga ia kembali memejamkan matanya.
Saat jam. menunjukkan pukul sepuluh pagai. Ia tersadar dari tidurnya. Ia mendapati seorang bibi yang sudah lama mengabdi dengan Kenzo sedang mengepel rumah dan hal itu membuat Endah Yulia tersentak bangun, sebab tanpa sengaja ujung tongkat pel tersebut menyentuh lututnya.
"Eh, maaf, Bu. Saya tidak sengaja," ucapnya dengan wajah ketakutan.
"Oh, tidak apa-apa." wanita itu mengusap.kedua matanya dan menggeliatkan tubuhnya yang terasa lebih segar. "Kenzo dimana?" tanyanya pada wanita paruh baya yang seusia dengannya, namun perbedaan diantara keduanya yang cukup mencolok
"Tuan muda sudah pergi, Bu. Tadi mau bangunin gak tega, kelihatannya ibu sangat lelah sekali," jawab Tarni dengan sopan.
"Oh, ya sudah. Saya mau ke kamar dulu." ia beranjak dari tempatnya, dan akan melangkah untuk pergi.
Namun pandangannya teralihkan pada sehelai kertas yang tergeletak diatas meja televisi. Ia berjalan menghampirinya, sebab merasa tertarik, karena ada sebuah gambar yang tertuang diatasnya.
Ia menarik kertas tersebut lalu melihat sebuah lukisan yang dibuat oleh pensil dan melukiskan seorang bocah perempuan dengan wajah yang begitu cantik, denagn rambut ikal dan pipinya yang gempal.
Seketika jantung Endah Yulia berdegub kencang, dan ia merasa jika itu adalah gadis yang dilihatnya malam tadi. Ya itu bayi yang sama dan Kenzo melukisnya dengan sebuah permen lolipop yang digenggam tangan sang bocah.
Bagaimana mungkin bayi sekecil itu dapat berpindah tempat dalam waktu yang cepat dan jarak yang cukup.jauh dalam waktu berdekatan.
Sedangkan ia yang menggunakan mobil saja rasanya sangat lelah dan begitu penat.
Lalu bagaimana dengan bayi itu sendiri?"
Endah Yulia menyentuh gambar tersebut. Senyumnya terlihat begitu nyata, bukan hanya sebuah lukisan. Ia menilai jika itu adalah gambaran Kenzo saat masih bayi.
"Ini sangat mirip dengan Kenzo semasa masih bayi," gumamnya dengan penuh keyakinan.
"Kenzo mengatakan jika manik matanya berwarna biru, dan itu sama sepertinya." Endah Yulia kembali menatap lukisan tersebut dengan sangat dalam.
"Siapa, Kamu? Apakah benar kamu cucuku? Jika ia, mengapa kau pergi menghilang? Kemana ibumu membawamu?" ucapnya dengan nada lirih, ada rasa yang tak dapat ia ungkapkan.
dewi pandita.. jdoh mu dah tua kaliii/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
kenzo kurang gercep... ngintap- ngintip doang... nggak buru-buru ambil tindakan... coba sekali-kali intip wajahnya... wkwkwkwkwkwk...
tenang aja y angkasa... sabar...
entar dihari pernikahan samudra mudah-mudahan ketemu sama Dita... Kenzo pasti diundang kan...
Ben ora mumet trs sirahe 🤣🤣
tgu aja kk siti bikin kek mana terhadpa merka berdua jd tgl tgu Ja ya kannn
kalian diciptakan di dunia yang berbeda...
berdoa saja semoga cinta memihak kalian berdua...
di buat gregetan terus huhuuu..
ingin segera rasanya kenzo sadar klo yg di rumahmu itu istrimu..