NovelToon NovelToon
Ruang Kelas

Ruang Kelas

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Mata Batin
Popularitas:151
Nilai: 5
Nama Author: Risma Dwika

Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.

Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.

Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Belum lama terlelap, uwa Daris ingin buang air kecil.

Akhirnya dengan mata ngantuk dia menuju toilet.

Kamar ini memang berada di lantai tiga dan ada jendela menghadap ke luar jalanan.

Kebetulan jendela tersebut belum terlalu rapat gorden nya sehingga kita bisa melihat keluar dari celah gorden yang tersingkap sedikit.

Selesai dari kamar mandi, uwa Daris menoleh lah ke arah jendela.

Dia terkejut sampai terjatuh duduk lemas.

Meskipun begitu tak ada yang mendengar suara uwa Daris jatuh. Semua tetap terlelap.

Suara uwa Daris pun sempat tercekat.

"Kenapa bisa kamu di situ?" tanya uwa Daris setelah berhasil menguasai diri.

"Tolong aku uwa". Suara sosok itu pun persis suara neng.

Seketika uwa Daris sadar bahwa yang ia lihat di sana bukan keponakan nya.

"Nggak, kamu bukan keponakan ku. Saya minta kamu pergi dan jangan pernah ganggu kami lagi". Uwa Daris pun mulai merapalkan doa.

"Ini neng yang sungguhan uwa. Yang di sana itu bukan neng". Sosok tersebut tunjuk brankar dimana tubuh neng tertidur pulas. Tubuh nya masih demam tinggi.

"Tidak mungkin. Dia lah keponakan lu, tolong lah jangan ganggu anak ini. Salah apa dia sama kau ?".

"Ini beneran neng ". Ujar sosok itu lagi.

"Bukan". Tukas uwa Daris

"Dia ambil tubuh neng wa tolong neng".

Setelah mengatakan itu, sosok di sana hilang seperti asap.

Uwa Daris menghampiri brankar. Memegang tangan keponakan nya yang masih demam.

"Yaa Allah panas nya badan ini. Angkat lah sakit nya. Kasihan keponakan saya".

Uwa Daris tertidur di samping brankar sambil menggenggam tangan neng.

Gadis ceria yang rajin membantu ibu nya kini terbaring lemah, padahal kemarin masih terlihat sehat dan ceria.

Belum lama terlelap, perawat masuk untuk periksa.

Perawat tersebut menyentuh tangan uwa Daris sekejap.

Uwa Daris kaget langsung terbangun karena tangan perawat itu dingin menusuk.

"Permisi pak, saya izin periksa ya".

"Oh iya sus, maaf saya tidur di sini".

"Iyaa tidak apa-apa pak". Suster itu sangat serius memperhatikan neng.

"Kira-kira hasil lab nya, anak saya ini sakit apa ya sus".

"Untuk hasil lab nanti dokter yang menjelaskan yaa pak. Sebaiknya bapak waspada karena anak ini di tunggangi". Ucap suster kemudian pergi begitu saja.

Uwa Daris pun heran, maksud dari perkataan perawat tadi itu apa.

Karena mengantuk sekali, uwa Daris terlelap lagi tak menghiraukan perkataan perawat yang janggal itu.

Menjelang pagi, perawat jaga masuk untuk memeriksa.

Yang lain pun sudah terbangun. Begitu juga dengan uwa Daris.

"Maaf bapak, ibu izin periksa yaa". Suster yang ini datang berdua.

Selagi di periksa, uwa Daris bingung kenapa keponakan nya di periksa kembali.

"Loh sus, cepet banget sudah di periksa lagi aja. Belum lama di periksa loh".

"Siapa yang periksa pak? Jadwal kami keliling memang jam segini. Memang jam berapa tadi di periksa nya?". tanya suster itu heran.

"Tadi jam tiga apa yaa kalo nggak salah mah".

"Iyaa bapak, kami nggak ada yang keliling jam segitu. Nanti saya minta tolong security untuk cek cctv yaa pak, takutnya ada hal yang tidak di inginkan".

Setelah selesai perawat itu pamit ke kamar lainnya.

"Kang, maksud kamu tadi neng udah di periksa gimana?" tanya Bu Munah.

"Iyaa tadi ada perawat, apa aku salah yaa, karena emang ngantuk banget sih tadi".

"Iyaa mungkin kang, kamu ngantuk berat jadi antara mimpi sama bangun". Ujar uwa nyai.

Sebenarnya uwa Daris tidak bermimpi, hanya saja tak mau dua wanita ini ketakutan karena cerita dia.

Uwa masih memikirkan kalimat suster semalam.

'Apa maksudnya di tunggangi yaa. Aku harus tanya sama guru'. Batin uwa Daris.

Matahari semakin tinggi, neng juga sudah mulai bangun.

Sekarang demam nya sudah turun, wajah nya masih pucat.

Saat ini Bu Munah sedang menyeka tubuh neng dengan air hangat.

"Bu, haus". Ucap neng lemah.

"Ini nak".

"De, sudah telepon Zaki?"

"Belum kang, nanti habis ini mau telepon".

"Neng makan dulu nak. Supaya cepat sehat". Uwa nyai mengulurkan tangannya yang memegang sendok berisi bubur ayam.

"Iyaa uwa".

Neng menerima suapan itu.

Bubur yang masih panas, di suap ke mulut tanpa menunggu lama.

"Neng, panas nak". Ujar Bu Munah.

Namun neng tak menghiraukan nya, dia tetap memakan bubur ayam yang panas beruap itu tanpa menunggu lama.

"Sudah biarkan Munah. Mungkin neng lapar". Ujar uwa Daris seraya mencolek pinggang adiknya itu agar diam saja.

"Bu, ikut ke depan sebentar". Titah uwa Daris pada istrinya.

Uwa nyai pun mengekor sang suami.

"Kang".

"Iyaa aku tau kamu bingung juga takut. Aku seperti nya harus pergi ke tempat yai, ada yang harus aku lakukan untuk kesembuhan keponakan kita".

"Iyaa kang, aku nggak tega lihat neng. Mana Munah sendirian. Apa nggak sebaiknya Zaki kita suruh pulang kang?".

Saran istrinya memang sudah terpikirkan oleh nya. Namun ia masih menunda untuk mengabari Zaki. Tapi melihat kondisi nya seperti ini, seperti nya harus segera di kabari.

"Nanti aku coba telepon Zaki".

"Sekarang kang, jangan nanti".

Akhirnya uwa Daris mengambil ponsel nya di saku, lalu memencet nomor Zaki.

Telepon itu tak langsung di angkat.

"Gimana kang?"

"nggak di angkat Bu".

"Coba lagi kang, jangan sekali".

Dering telepon berbunyi, akhirnya ada jawaban juga dari seberang telepon.

"Halo Zaki......"

Uwa Daris pun menceritakan kejadian di luar nalar ini pada Zaki keponakan nya. Ia meminta Zaki segera pulang untuk menemani ibu nya.

'Sepertinya ini masalah serius'. Batin uwa Daris.

Sementara di kota sana, Zaki termenung pagi-pagi menerima kabar yang membuat gelisah.

Ia sangat khawatir terjadi sesuatu pada adiknya.

Ia ingin pulang, namun ia masih merasa trauma jika pulang ke desa nya.

Namun, tidak mungkin juga ia egois tidak melihat kondisi keluarga nya sekarang.

"Pasti ibu gelisah dan bingung sekarang. Aku harus bagaimana. Jika pulang, aku mengingat semuanya. Tapi jika tidak, nanti terjadi sesuatu". Zaki gelisah sekali. Rasanya saat ini ada yang tidak beres. Ia merasa ini menyangkut masa lalu nya yang membuat dirinya trauma.

"Apa mungkin?"

"Ah mungkin bukan. Semoga neng tidak kenapa kenapa".

Zaki segera mengajukan cuti ke kantor nya.

Seperti nya kali ini ia akan cuti lama, perasaan nya mengatakan kali ini masalah nya tidak sesederhana itu.

Zaki menutup laptop nya kemudian bersandar di kursi kantor nya.

Ia menatap keluar kaca, melihat pemandangan kota yang padat dan sibuk.

Kini pikiran nya mengawang ke desa dimana ia di lahirkan.

"Bapak, aku rindu sekali pak".

"Aku takut adik dan ibu kenapa kenapa pak".

Tak terasa air matanya mengalir begitu saja....

1
Risma Dwika
Selamat membaca semua nya 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!