NovelToon NovelToon
Pernikahan Rahasia Gadis Culun & Dokter Dingin

Pernikahan Rahasia Gadis Culun & Dokter Dingin

Status: tamat
Genre:Romantis / Misteri / Tamat / Balas Dendam / Peningkatan diri-peningkatan identitas/sifat protagonis
Popularitas:60M
Nilai: 4.9
Nama Author: Kolom langit

(Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata juga mental yang kuat untuk marah-marah!)

Sheila, seorang gadis culun harus rela dinikahi secara diam-diam oleh seorang dokter yang merupakan tunangan mendiang kakaknya.

Penampilannya yang culun dan kampungan membuatnya mendapat pembullyan dari orang-orang di sekitarnya, sehingga menimbulkan kebencian di hatinya.

Hingga suatu hari, Sheila si gadis culun kembali untuk membalas orang-orang yang telah menyakitinya di masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belajar Saling Menerima

TOK TOK TOK

Terdengar suara ketukan pintu. Marchel masih betah memeluk Sheila yang baru tersadar dari pingsannya. Laki-laki itupun melepas tangannya yang melingkar dengan erat di tubuh sang istri, lalu berjalan menuju pintu dan membukanya. Seorang pelayan berdiri di ambang pintu dengan membawa nampan berisi menu makan malam untuk Sheila.

Marchel meraih nampan itu dan kembali mengunci pintu setelahnya, meletakkan nampan di meja nakas, dan duduk di bibir tempat tidur.

"Kau pasti belum makan..." ucap Marchel menatap Sheila.

Gadis berambut cokelat itu hanya menjawab dengan anggukan kepala. Sejak pulang sekolah, belum sempat makan siang, ibu sudah menyuruhnya ini dan itu, membuat Sheila kelelahan. Akan tetapi, Sheila si gadis culun itu tidak punya keberanian memberitahu sang suami perbuatan ibu mertuanya yang jahat.

Marchel mengambil piring berisi nasi putih, dan kemudian mengambil lagi beberapa menu yang mungkin disukai sang istri. "Aku suapi, ya..." ucapnya dengan senyuman yang begitu tulus.

Malam itu, untuk pertama kalinya, Marchel begitu memperhatikan Sheila. Dia menyuapi Sheila makan hingga makanan di piring itu hampir habis. Sheila, Seorang gadis yang dinikahinya beberapa waktu lalu, namun hanya bagai pernikahan di atas kertas. Marchel memang baik pada Sheila, namun tidak perhatian. Sehingga gadis itu merasa seperti beban dalam hidup sang suami.

"Aku sudah kenyang, Kak," ucapnya setelah satu suapan mendarat ke dalam mulutnya. Marchel mengambilkan air minum sesaat setelahnya.

"Minumlah!"

"Terima kasih, Kak."

Setelah Sheila selesai makan, Marchel kembali menatap wajah polos gadis berkacamata itu. Dia menggenggam tangan sang istri, dan itu saja mampu membuat Sheila salah tingkah.

"Sheila... Mulai malam ini, kau akan tidur di kamar ini bersamaku. Jadi besok mintalah bibi atau siapapun di rumah ini membantumu memindahkan pakaianmu ke kamar ini," ucap Marchel. Sheila masih tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Gadis itu menunduk malu, dengan wajah merona merah. Marchel tersenyum geli saat menyadari raut wajah Sheila yang mendadak berwarna seperti udang rebus.

Tanpa aba-aba, Marchel mendorong tubuh Sheila dengan lembut, agar berbaring, dan menarik selimut agar dinginnya hembusan udara dari AC ruangan itu tak membelenggu tubuh sang istri. Laki-laki itu melepas kacamata tebal Sheila dan meletakkannya di atas meja nakas.

"Aku akan ganti baju dulu. Kalau kau sudah mengantuk, tidurlah," kata Marchel seraya membelai rambut gadis itu.

Setelahnya, Marchel masuk ke dalam kamar mandi. Lalu beberapa menit kemudian, keluar dari sana dengan lilitan handuk di pinggang. Sheila yang belum dapat memejamkan matanya, begitu gugup saat memandangi Marchel yang sedang berganti pakaian. Seorang dokter dengan ketampanan nyaris sempurna. Jangan lupakan tubuh atletisnya yang sangat seksi.

Setelah berganti pakaian dengan piyama, Marchel beranjak menuju tempat tidur. Buru-buru Sheila memejamkan matanya pura-pua tidur saat Marchel mendekat. Namun, sang dokter tahu benar, istri kecilnya itu belumlah tidur.

Marchel naik ke tempat tidur dan bersandar, menatap punggung Sheila yang tidur dengan posisi membelakang, kemudian menggeser posisinya mendekat. Tangan Marchel pun melingkar di atas perut rata itu dan memeluknya dari belakang, membuat Sheila membelalakkan matanya. Gadis itu pun melanjutkan drama pura-pura tidurnya. Akan tetapi, Marchel dapat merasakan tubuh Sheila yang gemetar dipeluk.

"Kau sudah tidur?" bisiknya pelan.

"I-iya..." jawab Sheila terbata-bata membuat Marchel ingin tertawa. Bagaimana mungkin orang tidur dapat menyahut saat ditanya. Marchel pun membalikkan tubuh Sheila agar menghadapnya. Dia memandangi wajah polos sang istri yang terlihat lebih manis tanpa kacamata tebalnya.

Sebelah tangannya sudah mengelus wajah imut Sheila, dan sesaat kemudian, kecupan sayang mendarat di kening. Gadis itu akhirnya menyerah dan membuka matanya. Sementara sang dokter masih dapat merasakan tubuh istri kecilnya itu yang gemetaran.

"Kak Marchel..."

"Ssttt...! Jangan katakan apapun! Kau mau bilang mau kembali ke kamarmu, kan?"

Bagaimana Kak Marchel tahu aku mau bilang begitu. batin Sheila.

Akhirnya, Sheila tidak jadi mengatakan apa yang ada di benaknya. Marchel kemudian menarik Sheila ke dalam pelukannya. Meresapi aroma rambut sang istri yang terasa begitu wangi baginya. Tangan kekarnya kembali mengusap puncak kepala sang istri, turun ke punggung.

"Maafkan aku, Sheila. Akulah yang bersalah sehingga mereka sampai melakukan semua ini padamu. Seandainya sejak awal aku memperlakukanmu layaknya istriku yang sesungguhnya, mungkin kau tidak akan diperlakukan buruk oleh ibu dan orang lain. Kau mau kan memaafkanku?"

Tidak ada yang dapat dilakukan Sheila selain menangis. Pertahanan gadis lemah yang selama ini berpura-pura tegar, runtuh malam itu. Untuk pertama kalinya Sheila bersikap layaknya gadis manja yang selama ini hanya dia tunjukkan pada mendiang kakaknya, Shanum. Marchel mengeratkan pelukannya saat mendengar isakan lirih sang istri.

Setelah dirasa Sheila telah puas menumpahkan kesedihannya, Marchel menangkup wajah polos itu dengan kedua telapak tangannya, dia menghapus air mata yang membasahi wajah sang istri dengan ibu jarinya.

"Sekarang jangan menangis lagi. Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian di rumah ini. Kalau kau pulang sekolah, aku akan meminta sopir membawamu ke rumah sakit tempat aku bekerja. Jadi kita akan pulang bersama. Kau mau kan?" tanya Marchel diikuti anggukan oleh Sheila.

"Tapi, apa aku tidak akan mengganggu Kak Marchel?" Kekehan kecil keluar dari bibir marchel. Sheila memang tidak secantik dan seanggun Shanum, tapi gadis kecil itu begitu menggemaskan sejak dulu di mata Marchel. Sejak Sheila menjadi pasiennya.

"Kenapa kau berkata begitu? Kau tidak pernah menggangguku. Dulu, saat kau masih masih menjadi pasienku, bukannya aku selalu mengantarmu pulang saat kakakmu sedang sibuk?"

"Itu kan..." Sheila akan mulai bicara lagi, namun Marchel meletakkan jari telunjuknya di depan bibir mungil Sheila, sehingga gadis itu terdiam seketika.

"Ayo kita mulai semuanya dari awal. Aku tahu kau masih sangat muda. Kau juga masih dalam proses pemulihan dari sakitmu. Karena itulah aku tidak akan memaksa. Tapi, kau mau kan, memberiku kesempatan untuk menjadi suami yang baik untukmu? Dan kita sama-sama belajar untuk saling menerima." Marchel menatap dalam-dalam mata Sheila dan kembali membuat gadis itu benar-benar gugup.

"Tapi Kak Marchel layak mendapatkan seorang istri yang sebanding. Aku ini siapa? Aku hanya anak yatim piatu yang miskin. Aku tidak punya sesuatu di dalam diriku yang bisa aku banggakan. Aku hanya akan menjadi beban untukmu."

"Aku kan sudah bilang, bukan kau yang harus menjadi layak untukku. Akulah yang harus belajar banyak untuk bisa layak bagimu. Aku berjanji padamu, kau akan menjadi istriku satu-satunya dan selamanya. Seiring berjalannya waktu, kita pasti bisa saling menerima."

Sheila hanya terdiam, merasakan segarnya aroma mint yang berhembus dari mulut sang suami yang kini hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. Marchel menangkup wajah sang istri, lalu tanpa aba-aba mendaratkan bibirnya di bibir Sheila. Sesuatu yang tidak pernah dibayangkan gadis itu sebelumnya. Ciuman pertamanya yang tak terduga. Dan tanpa diketahui oleh Sheila, ciuman itupun menjadi yang pertama bagi Marchel.

Dua tahun berpacaran dengan Shanum, tidak membuat Marchel melupakan batasnya. Laki-laki itu tidak pernah mau menyentuh sesuatu yang belum menjadi haknya, sekali pun itu kekasihnya sendiri. Marchel menjaga Shanum layaknya permata yang tidak boleh disentuh sebelum meminangnya.

Namun kini, Sheila telah menjadi istrinya, seseorang yang halal baginya.

Marchel meresapi lembut dan hangatnya bibir Sheila. Dan ketika Sheila ingin melepaskan diri dari ciuman mendadak itu, Marchel menahan tengkuknya sehingga posisi gadis itu seperti terkunci oleh Marchel. Laki-laki itu memberi gigitan lembut disana, membuat Sheila hanya mampu meremaas piyama yang dipakai Marchel.

Ciuman mendadak itu pun berubah menjadi ciuman manis, karena Marchel begitu dimabukkan dengan sesuatu yang belum pernah dirasakannya. Lum*tan-lum*tan kecil yang lembut diberikan oleh Marchel, namun begitu menuntut balasan. Tentu saja, Sheila yang polos belum mengerti cara berciuman. Dan, setelah beberapa saat kemudian, kedua bibir itu terlepas dari pangutannya. Mata dan mata saling bertemu.

Wajah Sheila yang tadinya memucat sudah berubah merah bagai buah tomat. Tidak pernah disadari sebelumnya oleh Marchel bahwa istri kecilnya begitu menggemaskan dan sangat manis dengan segala kepolosannya sebagai gadis remaja berusia 17tahun. Kini, Sheila sudah menggeser posisinya agar sedikit menjauh dari Marchel. Namun, laki-laki itu reflek melingkarkan tangannya di pinggang Sheila.

"Kau jangan takut, aku tidak akan melakukannya sampai kita sama-sama siap," ucap Marchel dengan seutas senyum yang mengembang di bibirnya yang seksi, "Mendekatlah kemari! Aku hanya akan memelukmu saja." Marchel merentangkan tangannya meminta Sheila mendekat padanya. Dan, akhirnya Sheila menuruti ucapan suaminya. Dia mendekat, sehingga mereka dapat berpelukan.

Marchel membelai rambut Sheila hingga tertidur. Dan, tanpa disadari oleh gadis polos itu, sang suami sedang meneteskan setitik air matanya.

***

BERSAMBUNG

1
Tuthy Dzaky Syarif
Shella milyarder cilik
Tuthy Dzaky Syarif
mulai baca , saya curiga jagan2 jantung yang didonor kan itu punya kakak nya
Karmila Wanto
sepertinya audry LG menuker ank nya
Nartadi Yana
dini padahal tidak pernah disebutkan Willy pernah pacaran sama shanum ya tapi kenapa patah hati sama shan, apa cinta bertepuk sebelah tangan arena Shan sudah sama marchel
Nartadi Yana
foto yang paling atas Sheila kaya Tante Tante lebih tua dari marchel
Nartadi Yana
eh Thor kok musuhnya semua bisa dirawat dirumah sakit yg sama 💃
Nartadi Yana
audry dah dpst karma langsung dari author mau dimatikan dia 😜😜😜
Nartadi Yana
asyik Sheila sudah diambil om arman
Nartadi Yana
haduh Bu itu otak dimana kalau berkelas mana mau jadi perusak rumah tangga orang jangan ² dah bolong tu audry jadi menyodorkan diri dan nempelin suami orang
Nartadi Yana
besok² kamu pasti akan berterima kasih sama Reyhan karena sudah menjaga istrimu selama ini
Nartadi Yana
telfon Marcel lah bi masa ngga punya no telp, dan biar Marcel lihat CCTV masa ia ngga ada
Nartadi Yana
kalaukamu merasa layak audry harusnya tidak mau dong jadi pelakor , jadi disini endidikan tinggi tidak menjamin akhlak seseorang menjadi baik
Nartadi Yana
Halah nanti ibunyamarcel ngemis² tu alias csrmuk begitu tau Sheila pewaris tunggal dan kaya raya dibanding Marcel 😠😠😠😠 dasar Mak lampir
Nartadi Yana
bagaimana shanum memacari 2 orang sekaligus Willy dan marcel
Puspita Sari
kisahnya maya dan Reyhan ga ada kah thor
Cucu Sumarni
Kecewa
Cucu Sumarni
Buruk
Aceng Saepudin
Luar biasa
Annie Soedjono
Trm kasih thor tuk karya2 dikau yg slalu mwantaapp enak dibaca..
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
dasar mak lampir modar bae sialah audry
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!