Emily tak menyangka bahwa dia masuk ke sebuah novel yang alurnya membuatnya harus menikah dengan seorang miliarder kaya.
Pernikahan absurd itu malah sangat menguntungkannya karna dia hanya perlu berdiam diri dan menerima gelar nyonya serta banyak harta lainnya.
Namun sayangnya, dalam cerita tersebut dia akan mati muda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
《Chapter 26》
Setelah dokter mengizinkan pulang, Emily naik taksi dan singgah di salah satu supermarket di sana, barang yang di jual disana lebih lengkap dari toko yang berada dekat desa.
Ia membeli beberapa susu hamil dan vitamin penguat kandungan, tak lupa membeli makanan ringan dan bahan makanan lain yang ia suka, meski ia tidak bekerja namun uangnya masih cukup untuk beberapa tahun ke depan, apalagi Albert tidak mengirimkan nomor rekeningnya.
Uang 300 juta dari Clara bisa ia simpan dengan baik, meski Emily agak merasa kasihan, ia mengikuti berita tentang Albert namun tidak mendengar berita mengenai pernikahan mereka, jadi sudah pasti Clara kesal karna sudah memberikan sejumlah besar uang padanya.
Tadi di Rumah Sakit ia sudah menebus obat dari resep dokter, ia bisa meminumnya untuk satu bulan dan kembali lagi bulan berikutnya.
Pemeriksaan fisiknya hanya memperlihatkan bahwa kedua paru-parunya sudah rusak, dan usul dari dokter adalah pencangkokkan, namun mereka tidak bisa melakukannya sekarang karna janinnya masih rentan, jadi mereka sepakat akan melakukannya bersamaan dengan kelahiran anak itu.
Emily sangat tenang, ia merasa bisa melalui ini semua.
"Kakak!! Katanya kakak masuk rumah sakit ya?," Emily baru turun dari taksi namun Annchi sudah berlari memeluknya.
Ternyata anak itu bersama ibunya sudah duduk di halaman seolah menunggu kedatangannya.
"Kami khawatir ketika mendengar berita ini dari kepala desa," jelas Bibi padanya.
Bibi membantunya membawa barang ke dalam rumah, ia tak sengaja melihat susu kehamilan di salah satu kantong belanja dan Emily dapat melihat tatapan Bibi yang bingung.
"Apa kepala desa tidak memberitahukan saya sedang hamil?," tanya Emily, karna Bibi terlihat baru mengetahuinya.
Emily merasa kepala desa adalah seorang pemimpin yang baik, ia tidak menceritakan tentang kehamilannya pada para penduduk desa, mungkin ia menghindari kemungkinan jika mereka akan menggosipkan yang tidak baik tentangnya.
"Sebenarnya saya lari dari suami saya, haha," ucap Emily membuka perbincangan tentang bagaimana ia bisa hamil, dengan perlahan ia mulai bercerita sedangkan Annchi sudah tidur di pangkuan Bibi.
"Kasihan sekali Nona.. saya tidak akan mengatakannya pada warga lain," ucap Bibi setelah mendengar ceritanya, namun Emily menolak, ia berkata, "lebih baik di ceritakan saja, perut saya juga akan mulai membesar, jadi tidak papa jika warga tau tentang ini"
Bibi terperangah, ia bisa menyimpulkan bahwa Emily merupakan wanita yang bijaksana.
"Sudah hampir malam bi, tunggu sebentar, saya akan memberikan Bibi sesuatu sebelum Bibi pulang, tadi saya membelinya di sana"
Emily masuk ke dalam rumah dan mengambil satu kantong belanja berisi cemilan untuk Annchi, permainan dan beberapa produk makanan beku seperti sosis, ham dan lainnya.
Bibi jadi tidak enak hati dan berkata, "tidak usah Nona.. ini terlalu banyak"
Emily menaruh ke tangan Bibi dan berkata, "Saya sudah anggap Bibi keluarga, saya disini sendirian dan sudah banyak meminta pertolongan Bibi dan Paman, ini tidak seberapa, di terima ya"
Bibi segera membangunkan Annchi dan pulang ke rumahnya.
Emily kembali ke dalam dan mengatur semua belanjaannya dengan hati yang gembira, mulai besok pasti banyak warga desa yang akan mengunjunginya, tadi Bibi Vei mengatakan bahwa di desa seperti ini, angka kelahiran masih rendah akibat kekurangan penduduk, mereka akan sangat bahagia ketika mendengar berita kehamilan.
Untung aja Emily tadi membeli banyak cemilan, jadi besok ia bisa menghidangkannya pada para warga yang datang.
***
9 bulan kemudian
Melahirkan adalah masa yang paling di nantikan untuk menjadi seorang ibu, merasakan sakit untuk melihat buah hati yang di sayang akan menjadi hal paling indah.
Begitu pula dengan Emily, meski melahirkan secara sesar, namun semua ibu tetaplah ibu.
"Sayang, tadi semua barang milik Nona sudah di bawa semua kan?, tidak ada yang ketinggalan?," tanya Bibi pada suaminya.
Sore tadi mereka membantu membawa Emily ke Rumah Sakit karna wanita itu menelpon mengatakan bahwa ia sudah menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan, semua keperluan sudah ia atur dalam koper sejak beberapa minggu yang lalu, sehingga gampang di bawa dalam keadaan darurat seperti ini.
Kepala desa tidak bisa ikut ke sana karna harus mengikuti rapat desa besok, jadi ia hanya meminjamkan mobil pick up untuk di bawa oleh Paman.
"Iya, sudah semua, tenang.. kita tunggu operasinya," jawab Paman.
Annchi yang duduk sambil bermain boneka yang Emily belikan untuknya, tadi ia sempat menangis namun di tenangkan oleh Ibunya dengan iming-iming akan memberikan mainan baru.
Beberapa jam kemudian lampu merah di depan pintu operasi sudah mati, menandakan bahwa operasi telah selesai.
Dari dalam sana, tenaga medis mendorong ranjang Emily, membawanya ke ruang pasien yang sudah di pesan.
Mereka dapat melihat bayi yang di baringkan tepat di samping badan Emily.
Entah mengapa, Bibi menangis melihat itu membuat Annchi bingung.
"Mama kenapa menangis?," tanyanya.
Bibi tidak menjawab, ia menggendong Annchi untuk sama-sama pergi ke ruang itu.
Emily masih belum sadar, karna ia di bius total guna operasi paru-parunya.
Bayi mungil yang Emily lahirkan sudah di taruh dalam box bayi di samping ranjang Emily, itu adalah anak laki-laki dengan wajah tegas seperti Albert, namun kulitnya putih seperti Emily.
Bayi itu belum bangun, jadi mereka tidak bisa melihat warna bola matanya, namun yang pasti ia sangat tampan.
"Wah, dedek bayi tampan ya ma," ucap Annchi yang melihat wajah bayi itu, ia membelai pipi bayi tersebut.
"Bibi.."
Mereka terkejut, Emily sudah bangun, Bibi segera berpindah mendekati Emily.
"Boleh minta tolong ambilkan air?, saya sangat haus"
Paman segera menuang air dari botol ke gelas lalu memberikan pada Bibi, ia membantu Emily minum menggunakan sendok.
"Apa Nona sudah mempunyai nama untuk bayinya?," tanya Bibi kemudian.
"Ya, Robert El Juan"
Begitulah anak pertama Emily lahir dengan baik dalam suasana hangat.
Selama pemulihannya, keluarga Bibi dan beberapa warga selalu membantunya, mereka merasa senang mendengar suara tangisan bayi di desa itu, sudah lama mereka tidak menggendong bayi, jadi banyak orang tua dan langit yang datang kesana.
Tentu Emily merasa senang karna bisa istirahat atau bersantai saat mereka menggendong anaknya jalan-jalan di desa
Rasanya ia tidak akan mau pergi ke manapun, tempat ini sudah membuatnya nyaman, terlebih juga operasi paru-parunya berjalan lancar, jadi ia akan hidup lama.
"Hei penulis! Entah kamu atau aku yang sudah mengubah alur ceritanya, tapi aku pastikan akan terus berusaha hidup lebih baik bersama anakku! Jangan masukkan cerita sedih lagi ya.."
Emily berteriak sambil memandang ke arah langit, seolah penulis cerita ada di atas sana dan mendengarkan permohonannya.