Jaka Keling murid padepokan Adisekar dari golongan rakyat biasa, tidak sengaja berkonflik dengan murid dari golongan darah biru, Untuk bertahan di dunia persilatan dan melindungi keluarga dia harus menjadi kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kang Mus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Kadipaten Manahan
"ini berbeda dengan kehidupan kita di desa" Rawing merasa senang, Manahan adalah kota kadipaten. Ini pertama kali Rawing dan Jaka Keling ke kadipaten Manahan.
Biaya hidup cukup tinggi. Selain untuk makan, mereka juga harus menyewa penginapan. Mereka tidak bisa tidur di sembarang tempat seperti di desa.
Sebelumnya jika ikut rombongan Rawing tidur berdempetan dengan rombongan lain, sebagai kuli dia tidak bisa tinggal ditempat layak ketika berada di kota.
"tenang saja uang yang ada masih cukup" Jaka Keling punya cukup uang, di dalam sabuk peninggalan ayahnya, ada koin emas dan perak yang lumayan, Sabuk selain untuk menyoren senjata, juga dijadikan tempat penyimpanan uang atau jimat.
Sabuk peninggalan ayahnya terbuat dari kulit dan memiliki beberapa kantong penyimpanan, ini adalah sabuk kualitas tinggi dan memiliki harga yang mahal.
Sebelumnya Jaka Keling hanya menggunakan sabuk yang terbuat dari kain biasa. Saat ini sabuk lama Jaka Keling dipakai Rawing, Saat ini mereka berbagi suka suka berdua.
"akhirnya kita bisa hidup seperti tuan muda" Rawing tetap santai, berada di penginapan dan makan dirumah makan menjadi impian yang terwujud saat ini. Walau uang yang digunakan adalah uang Jaka Keling.
Saat ini mereka menyewa satu kamar yang cukup nyaman, juga bisa makan di rumah makan kelas menengah.
"apakah kau dapat informasi" Jaka Keling dan Rawing berada di kadipaten Manahan selain untuk istirahat juga mencari informasi desa Bodas.
"besok ada rombongan yang akan pergi ke desa bodas, kita bisa pergi dengan mereka" Rawing menjelaskan, Rawing tidak hanya menikmati kehidupannya, dia juga tahu harus mencari informasi agar perjalanan mereka bisa lebih cepat dan aman.
Desa Cibodas adalah tempat Ki Alap yang disebutkan dalam surat yang ditulis oleh ibunya.
Dengan mengikuti rombongan mereka bisa lebih mudah pergi ke desa tujuan.
"baiklah lebih baik kita beristirahat, supaya besok pagi kita tidak tertinggal oleh rombongan" Jaka Keling dan Rawing sudah dua hari berada di kadipaten Manahan.
Rombongan akan meninggalkan kadipaten pagi hari. Jika tidak ada halangan mereka akan sampai desa Bodas pada sore harinya.
"aku harap kita segera bertemu dengan Ki Alap" Walau punya cukup uang, Jaka Keling ingin segera bertemu Ki Alap teman ayahnya.
******
"Jaka Keling sudah keluar dari kadipaten Majalaya, mereka menuju daerah Manahan, tetapi aku tidak tahu tujuan pastinya" Arya Jipang melaporkan.
"baiklah itu sudah cukup, bagaimana selanjutnya itu tergantung dirinya sendiri, aku harap dimasa depan dia tidak menjadi musuh kerajaan" Patih Suanda, Sebagai orang yang berkuasa kedua dibawah Raja.
Kehadiran Cepot menandakan akan adanya perubahan, saat ini ketidak Adilan dan keserakahan menjadi kebiasaan para penguasa.
"Arya Jipang pergilah ke kadipaten Suryalaya, disana Senapati Adijaya kesulitan menumpas pemberontak, kau mungkin bisa membantu meredakannya" Patih Suanda memberi perintah.
"mohon maaf Patih bukankah pemberontakan yang kian marak akibat ulah penguasa daerah mulai bertindak semaunya dan memeras rakyatnya, kenapa kita tidak menindak mereka..?" Arya Jipang bertanya.
Sebagai bawahan Patih Suanda yang bergerak dibelakang layar, dia mengetahui banyak pemberontakan dilakukan karena tidak puas kepada penguasa daerah yang mulai korupsi dan memperkaya diri atau kelompok mereka saja.
"aku tahu, tetapi kita tidak bisa bertindak tanpa bukti yang kuat, saat ini yang bisa kita lakukan hanya meredam pemberontakan agar tidak merugikan rakyat kecil lebih besar" Sebagai prajurit kerajaan Patih Suanda tidak bisa bertindak tanpa alasan.
Para penguasa daerah mulai dari lurah, Demang Bakan Adipati mulai memperkaya diri dan kelompoknya, budaya korupsi dan sewenang-wenang menjadi kebiasaan.
"aku tahu kau masih sangat muda dan berharap bisa adil kepada semua, tetapi kau adalah prajurit sepertiku, suatu saat kau akan mengerti ada hal yang tidak bisa dilakukan" Patih Suanda tidak menyalahkan pertanyaan Arya Jipang.
Saat ini Maespati berada dalam masa jayanya, tetapi terkadang kejayaan membuat penguasa terlena, mereka mulai berbuat sesuka mereka dan memperkuat kelompoknya.
mcnya penakut naif kurang kejam terhadap musuh JD ngk seru