Rangga, seorang pria biasa yang berjuang dengan kemiskinan dan pekerjaan serabutan, menemukan secercah harapan di dunia virtual Zero Point Survival. Di balik kemampuannya sebagai sniper yang tak terduga, ia bercita-cita meraih hadiah fantastis dari turnamen online, sebuah kesempatan untuk mengubah nasibnya. Namun, yang paling tak terduga adalah kedekatannya dengan Teteh Bandung. Aisha, seorang selebgram dan live streamer cantik dari Bandung, yang perlahan mulai melihat lebih dari sekadar skill bermain game.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Angga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8: Panggung Utama dan Sorotan Tak Terduga
Hari H Turnamen Online Zero Point Survival akhirnya tiba. Meskipun hanya disaksikan melalui layar di berbagai penjuru dunia, suasana di lobi virtual turnamen terasa lebih hidup dan mendebarkan daripada konser musik mana pun yang pernah Rangga bayangkan. Avatar pemain-pemain profesional yang dikenal dari papan peringkat global bertebaran, masing-masing memancarkan aura kepercayaan diri dan ketegangan. Nama-nama tim besar, seperti "Oblivion", "Phoenix Legion", dan "Crimson Fury", terpampang di layar-layar holografik raksasa, seolah-olah mereka adalah raksasa yang siap menelan siapa saja.
Jantung Rangga berdegup kencang di balik kostum Synapse VR-nya. Sensasi itu, perpaduan antara kegugupan dan adrenalin murni, jauh lebih kuat dari apa pun yang pernah ia rasakan di dunia nyata. Ia berada di samping Aisha, Guntur, dan Bara. Meski hanya avatar, ia bisa merasakan energi tegang yang terpancar dari mereka.
"Oke, tim, ingat rencana kita," Aisha berkata, suaranya tenang namun penuh otoritas. "Ren, fokus pada high value target. Aisha dan Guntur, kita push garis depan. Bara, amankan flank dan siapkan kejutan. Komunikasi terus-menerus. Jangan ada yang egois."
Rangga mengangguk, napasnya tertahan. Ia sudah tidak sabar.
Debut yang Mengguncang
Pertandingan pertama babak penyisihan dimulai. Tim "Phantom Strikers" terjun ke dalam map Hutan Belantara yang sudah sangat familiar bagi mereka. Namun, kali ini, ada tekanan yang berbeda. Ini bukan latihan, ini adalah turnamen sesungguhnya.
"Musuh di pukul dua, dua orang! Bergerak ke arah kita!" suara Aisha memecah keheningan.
Ren segera mencari posisi. Ia melihat dua siluet samar bergerak di balik dedaunan lebat di kejauhan. Ia mengangkat senapan sniper-nya. Visirnya menampilkan pemandangan yang diperbesar, memperlihatkan target dengan jelas. Ia menarik napas, membuang sebagian. Fokusnya absolut. Ia melihat musuh itu bergerak sedikit, mencoba mencari perlindungan.
DORRR!
"PLAYER DOWN! REN HAS ELIMINATED 'STORM_BRINGER'!" Notifikasi merah menyala di langit virtual, begitu nyata hingga rasanya bisa disentuh, diikuti dengan suara ding yang menggelegar. "HEADSHOT!"
Di sudut kanan atas pandangannya, angka "PLAYERS REMAINING: 180" berkedip.
Seluruh penonton virtual di lobi turnamen, yang menonton live feed setiap match, langsung bergemuruh. Teriakan kaget dan pujian memenuhi udara. Nama Ren, yang sebelumnya tidak dikenal, mulai disebut-sebut.
"Gila! Siapa itu Ren?! Snipernya bersih banget!" terdengar bisikan-bisikan takjub.
"Ini namanya debut yang luar biasa! Nggak nyangka tim Aisha punya rookie kayak gini!"
Aisha mengangguk puas. "Bagus, Ren! Satu lagi!"
Ren menggeser bidikannya. Musuh kedua mencoba melarikan diri, tapi Ren lebih cepat. DORRR!
"PLAYER DOWN! REN HAS ELIMINATED 'IRON_CLAD'!" "HEADSHOT!"
"PLAYERS REMAINING: 179".
Dua headshot berturut-turut di menit-menit awal. Sebuah pernyataan.
Badai di Tengah Laga
Pertandingan kedua, "Phantom Strikers" berhadapan dengan tim "Phoenix Legion", salah satu tim unggulan dengan pro player terkenal. Aisha dan Guntur terlibat baku tembak sengit di garis depan, menahan gempuran lawan. Bara sudah menyebarkan perangkapnya, mencoba memotong jalur musuh.
Ren mengambil posisi di atap gedung yang hancur, memberikan cover dari ketinggian. Ia melihat support musuh sedang mencoba menyembuhkan tank mereka yang terluka parah. Itu adalah target krusial.
DORRR!
"PLAYER DOWN! REN HAS ELIMINATED 'PHOENIX_HEALER'!" "HEADSHOT!"
"PLAYERS REMAINING: 56".
Sesaat setelah itu, ia melihat sniper musuh, 'Phoenix Eye', yang bersembunyi di kejauhan, mencoba membalas tembakan. Bidikan Ren terkunci. Ia menarik pelatuk lagi. DORRR!
"PLAYER DOWN! REN HAS ELIMINATED 'PHOENIX_EYE'!" "HEADSHOT!"
Kedua tembakan Ren itu memecah dominasi "Phoenix Legion", membuat mereka kewalahan dan akhirnya tumbang. Tim "Phantom Strikers" berhasil memenangkan match itu dan melaju ke babak selanjutnya.
Euforia yang meluap-luap dalam diri Rangga tak terlukiskan. Ia telah melakukannya. Ia telah menjadi sorotan. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, namun hatinya dipenuhi kebanggaan yang belum pernah ia rasakan.
Ren Booming di Media Sosial
Keesokan harinya, ketika Rangga pulang dari kafe, ia langsung menyalakan ponselnya. Layar ponselnya langsung dipenuhi notifikasi. Pesan dari teman kerjanya, Dodi, membanjiri.
"ANJIR RANGGA! LO MAIN ZPS?! KENAPA NGGAK BILANG-BILANG?!"
"ITU REN DI YOUTUBE BANYAK BANGET HIGHLIGHTNYA! ITU KAN LO?!"
Rangga membuka YouTube dan berbagai platform media sosial lainnya. Benar saja. Potongan-potongan video dari turnamen kemarin malam sudah bertebaran di mana-mana. "ROOKIE SNIPER BIKIN KEJUTAN DI ZPS TOURNAMENT!" "REN: THE NEW KING OF HEADSHOTS!" "SIAPA REN, SNIPER MISTERIUS YANG MENGGUNCANG ZPS?"
Nama "Ren" dan tim "Phantom Strikers" menjadi trending topic utama di kalangan komunitas gamer. Clip-clip tembakan headshot spektakuler Ren diputar ulang berkali-kali, dianalisis oleh para pro player lain. Komentar membanjiri, memuji akurasi, kecepatan, dan nalurinya. Beberapa bahkan menyebutnya "pemain yang lahir untuk menjadi sniper".
Aisha mengirim pesan. "Selamat, Ren! Kamu sekarang terkenal! Aku sudah bilang kan, kamu punya bakat!"
Rangga tersenyum lebar. Senyum yang tulus, yang jarang sekali terlihat di wajahnya selama bertahun-tahun. Ia tahu, hidupnya tidak akan sama lagi. Ia adalah Rangga si pelayan kafe, ya, tapi ia juga adalah Ren, sang sniper yang menjadi sorotan. Dunia virtual telah memberinya identitas dan tujuan yang selama ini ia cari. Ketenaran ini, meskipun hanya di dunia gaming, memberinya validasi pada dirinya.