Bertahun-tahun Nayla Larasati menyimpan rasa pada Nathan Anderson Decland, teman masa kecil sekaligus kakak angkat Nayla.
Namun.. hingga Nayla menamatkan pendidikan sebagai dokter, Nay masih memendam perasaan itu sendiri pada Nathan yang sudah menyelesaikan pendidikan sebagai dokter spesialis jantung di London.
Saat kembali ke Indonesia, Nathan telah memilih gadis lain sebagai pendamping hidupnya.
Perasaan Nayla hancur, gadis itu memilih kembali ke kampung halamannya, mengabdikan diri sebagai dokter umum di kota terpencil.
Apakah Nayla mampu menghapus Nathan dalam hidupnya?
Sementara Nathan tidak mengetahui perasaan Nayla untuknya yang sangat mendalam.
Ikuti terus kelanjutan kisah Nayla-Nathan. Semoga kalian suka 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERASAAN TERPENDAM
Nathan membuka pintu apartemennya. Laki-laki itu masuk ke dalam unit apartment mewah yang telah di milikinya beberapa tahun yang lalu. Ia langsung menuju kamarnya.
Laki-laki bertubuh maskulin dengan tinggi badan ideal itu, begitu sempurna dengan memiliki netra berwarna biru yang di wariskan mendiang ayahnya.
Namun malam ini netra biru itu nampak menunjukkan amarah dan kesal. Tatapannya begitu dingin tak bersahabat.
Nathan melempar kunci mobil ke atas nakas di samping tempat tidur berukuran besar yang ada di kamar nya.
Kamar bernuansa Palet Japanese, menjadi pilihan pemiliknya. warna yang mengkombinasikan warna putih dan warna kayu yang menarik. Kombinasi kayu dan putih memberikan nuansa maskulin dan tenang di kamar itu.
Tanpa membuka kemeja berwarna putih yang sudah berantakan dengan gulungan tangannya hingga siku, Nathan merebahkan tubuhnya.
Sorot matanya tajam menatap langit-langit kamar. Bayangan Nayla tertawa menyeberangi jalan bersama Aldi siang tadi terngiang-ngiang di kepalanya. Bahkan Aldi memeluk bahu Nayla agar mengikutinya.
Nathan yang baru tiba di klinik melihat pemandangan tersebut dari dalam mobilnya ketika itu. Sontak mencengkram kuat stir mobilnya. Mendadak darahnya mendidih hingga kepala. Sulit sekali memendamnya.
Hingga Nayla masuk keruangan mereka, darah laki-laki itu seperti mendidih. Meluapkan amarah pada Nayla yang tidak mengerti. Hingga ia melihat Nayla meninggalkan pekerjaannya, lari ke toilet dengan wajah tertunduk baru lah ia tersadar telah membuat gadis itu menangis.
Nathan yang meminta Keira datang ke kantornya, dia pula yang memintanya pergi. Sementara membenamkan diri di ruang prakteknya.
Sekarang pukul sepuluh malam, laki-laki itu memilih untuk langsung pulang ke apartemennya.
Sebelum ia pulang, Deri mengatakan Nayla masih bekerja menyelesaikan perintah Nathan di ruangan mereka. Nathan menghubunginya Amin, untuk menjemput Nayla karena hari sudah malam. Tentu saja ia tidak mau terjadi apa-apa pada Nayla.
"Ada apa dengan ku?".
Nathan bangun, membuka satu persatu kancing kemeja yang melekat di tubuhnya. Laki-laki itu menyugar rambutnya.
"Sebaiknya aku berendam sekarang. Aku penat sekali. Beberapa hari ini rasanya berat".
*
Mobil yang di kendarai Amin membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan sedang.
Sekarang sudah malam, hampir pukul sebelas. Nayla pulang setelah tahu sopir Yulia menjemputnya.
"Kenapa pak Amin menjemput ku, aku bisa memesan taksi", ucap Nayla beberapa saat yang lalu ketika sudah masuk mobil.
"Mas Nathan meminta bapak menjemput mbak Nayla. Mas Nathan kuatir jika mbak Nay pulang malam sendirian", jawab Amin sambil fokus menyetir.
Nayla menghela nafas, mengalihkan perhatiannya pada luar kaca di kursi belakang.
Kedua matanya yang sendu kembali memanas, mendengar perkataan laki-laki paruh baya tersebut.
Nathan yang meminta pak Amin menjemputnya tapi perlakuan Nathan siang tadi membuat ia sedih. Karena Nay meninggalkan pekerjaan yang diperintahkan laki-laki itu. Nathan marah sekali padanya. Padahal hanya tinggal sedikit lagi pekerjaan itu selesai, namun membuat Nathan seperti bukan dirinya. Bicara ketus sekali. Nathan naik pitam.
Nayla sangat sedih mengingatnya. Namun sekarang yang membuat lagi-lagi dadanya sesak, mengingat saat Nathan memeluk Keira di hadapannya dengan jelas akan memajukan tanggal pertunangan mereka.
Terdengar helaan nafas Nayla. Kedua netranya kembali lembab. Namun sekuat tenaga ia tahan jangan sampai menangis di mobil, apalagi sekarang ia bersama Amin.
Nayla tidak mau Amin melihat ia menangis. Bisa saja Amin nanti akan bercerita pada istrinya Yatmi. Nayla tidak mau sampai Yulia tahu masalah Nayla. Baik Yulia maupun Yoga sudah sangat baik padanya sejak dulu hingga sekarang. Keduanya telah menjadi wali Nayla sejak ikut keluarga mereka.
Jika harus di jabarkan kebaikan Yulia maupun Yoga padanya, satu buku yang tebal pun tidak akan bisa menampung rinciannya.
Bahkan Nay tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan keluarga mereka.
Namun kini Nayla tidak bisa mengendalikan dirinya, air mata yang menganak di sudut netra yang nampak sendu itu jatuh juga. Nay menangis dalam diam sambil sesekali diam-diam mengusap air mata itu dengan jemari tangannya.
"Aku tidak mau menangisinya terus menerus seperti ini. Mereka akan segera menikah. Aku tidak mau ayah dan mamah ikut merasakan kesedihan ini", batin Naila menjerit dalam diam.
"Maafkan Nayla, memupuk perasaan yang seharusnya tidak terjadi ini", ucapnya pada diri sendiri.
...***...
To be continue
sama-sama cinta tp gak sadar....