Rudi seorang anak muda berumur 23 tahun, dari kota Medan.
Berbekal ijazah Diploma bertitel Ahli Madya, Dia berhasrat menantang kerasnya kota Batam.
Di kota ini, akankah dia menggapai cita, cinta dan masa depannya?
Karya ini terinspirasi dari kisah nyata seorang teman. Ditambah bumbu-bumbu imajinasi penulis.
Cerita tanpa basa-basi dan tanpa ditutup-tutupi. Hitam putihnya kehidupan anak manusia menjadi Abu-abu.
Ini bukan kisah seorang pahlawan tanpa cela dan juga bukan sholeh tanpa dosa.
Inilah realita kesalahan manusia yang diiringi sedikit kebaikan.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Manik Hasnan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.19 Salah Kaprah
Pagi hari yang cerah dua orang pemuda sedang duduk menikmati dua cangkir kopi hitam. Ditemani asap nikotin dan sinar mentari yang hangat. Terlihat indah kehidupan mereka. Walau nyatanya tak sesuai yang terlihat.
"Bang, aku mau pamit pulang" ucap Doni.
"Kok cepat amat, Don?" tanya Rudi.
"Kemungkinan job kami di galangan sudah ada dua hari ke depan" jelas Doni.
"Okelah, hati-hati di jalan, ya.. " pungkas Rudi.
"Baik, bang" balas Doni sambil berdiri dan mencium tangan Rudi kemudian memeluknya. Setelah itu Doni berlalu.
Sekitar setengah jam setelah kepergian Doni sekitar pukul delapan pagi, Rudi terlihat keluar dari ruli.
Dia berniat mengunjungi sekretariat perhimpunan almamaternya yang masih satu lokasi dengan tempatnya yaitu dekat simpang Pemda II.
Tujuannya adalah mencari informasi pekerjaan sekaligus bersilaturahim dengan alumninya.
"Semoga saja nantinya ada yang aku kenal" gumamnya sambil berjalan kaki menikmati udara pagi yang segar.
Kira-kira sepuluh menit berjalan kaki dengan lumayan santai, akhirnya tibalah Rudi di tempat tujuan. Kelihatan pintu rumah masih tertutup tapi geliat kehidupan sudah terasa dari dalam rumah. Ini ditandai dengan suara obrolan penghuni rumah mungkin ada sekitar tiga orang.
Dengan langkah pelan Rudi menghampiri pintu rumah.
Tok.. tok.. tok...
"Permisi" sapa Rudi dari depan pintu.
Kemudian pintu terbuka, dan muncul seorang pria dengan hanya mengenakan baju kaos dan celana pendek.
"Ehh.. kamu bro?" ujar pria tersebut sedikit kaget.
"Eh..bro Thomas.. " tidak kalah kaget.
"Boleh Saya masuk?" harap Rudi.
"Oh, silahkan bro" balas pria tersebut dengan antusias.
Setelah dipersilakan duduk, Rudi kemudian mulailah perbincangan mereka dari topik kampus, dosen-dosennya dan keadaan kota Medan sampai berakhir ke Batam.
Perlu diketahui Thomas adalah senior dua tingkat di atas Rudi dan kebetulan satu program studi. Meskipun mereka tidak satu tingkatan, tapi mereka kenal satu sama lain. Ini disebabkan Rudi termasuk terkenal di kampusnya dikarenakan Rudi adalah salah satu pilar kampusnya jika ada pertandingan sepak bola.
Sementara Thomas adalah seorang anggota pencinta alam yang sering terlihat di basis mereka di bawah salah satu pohon rindang di kampus. Dan perlu diketahui Rudi memanggil bro ke Thomas karena mereka masih seumuran. Setelah tamat dari sekolah menengah kejuruan, Rudi tidak langsung kuliah tapi rehat sejenak. Baru setelah tahun depannya dia mendaftar di perguruan yang sama dengan Thomas.
Sekitar sepuluh menit berbincang-bincang dua orang pria keluar dari kamar dan ikut nimbrung. Mereka adalah Jack dan Jhon yang keduanya merupakan senior Rudi satu tingkat, tapi beda jurusan.
"Eh.. Rudi" ucap mereka kompak.
"Iya bang" balas Rudi bingung karena merasa tidak mengenal Jack dan Jhon.
"Sudah berapa lama di Batam, Rud?" tanya Jack.
"Dua bulan, bang" jawab Rudi.
"Ooh.. Baru dua bulan," balas Jack sambil tersenyum penuh arti.
Ternyata dua bulan jadi penganggur di Batam bukanlah hal yang luar biasa. Bahkan banyak orang sampai dua tahun tak mendapat pekerjaan yang jelas dan akhirnya menyerah pulang kampung.
"Kamu sudah melamar, Bro?" tanya Thomas kemudian.
Lalu Rudi menjelaskan semua yang dilakukannya ketika melamar di Batamindo Muka Kuning.
"Walaaah.. Bukan seperti itu," lanjut Thomas.
Kemudian Thomas menjelaskan dengan panjang lebar. Bahwasanya untuk lulusan Diploma tiga sampai ke atas tidak perlu menggunakan KTP Batam dan surat-surat yang lain. Hanya perlu menggunakan Fotokopi KTP asal dan fotokopi surat tanda tamat beserta transkrip nilai.
"Waduh.. Aku salah kaprah selama ini" ucap Rudi pelan dengan muka sedih.
"Kamu tahu, bro. Aku sudah dua tahun di Batam, dan telah beberapa kali pindah perusahaan. Jangankan KTP, bahkan Ijazahku belum pernah diverifikasi pihak perusahaan" jelas Thomas kemudian.
"Satu lagi perlu kamu ketahui" lanjut Thomas.
"Lowongan kerja untuk lulusan seperti kita ini secara normal hanya ada di surat kabar Batam Post setiap hari Sabtu" pungkas Thomas.
Rudi hanya terdiam dengan lesu mendengar semua penjelasan dari teman-temannya. Info terakhir yang Rudi dapat bahwa kebanyakan alumni baru berada di Pulau Bintan yaitu kawasan industri Lobam. Dari pelabuhan Punggur dengan menaiki Jet Speed hanya butuh waktu setengah jam. Thomas juga menyarankan jika Rudi berminat untuk mencoba keberuntungan di Pulau Bintan tersebut.
Setelah mengorek informasi sekitar satu jam akhirnya Rudi pamit undur diri.
"Semoga berhasil ya, Bro!" semangat Thomas.
Dengan kepala yang agak berat setelah mengetahui kenyataan. Rudi berjalan dengan gontai kembali ke ruli.
Di tengah jalan, banyak hal-hal berkecamuk dalam benaknya. Selama ini dia telah membuang waktunya dengan percuma disebabkan ketidaktahuan.
Sesampainya di ruli dia duduk sebentar sambil bergumam.
"Dua hari lagi. Semoga ada lowongan" harapnya.
"Sekarang... Ini dulu" gumamnya sambil menyiapkan alat-alat kerjanya.
Bersambung...