BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Setelah Malam Pertama
Dara memegang erat-erat selimut di dadanya.
Apa... yang mereka lakukan semalam?
Mereka benar-benar...
'Oh, shit...' batinnya, memejamkan mata.
Kenangan yang terjadi semalam kembali berputar di ingatannya.
Dara sebenarnya sudah nge-reog, tapi Nio tetap menangkapnya dengan tangan dan kaki besarnya itu. Akhirnya setelah perang Baratayuda tersebut, Dara pasrah dibawahnya. Nio memenangkan pertarungan itu meski wajah, leher, dada, dan punggungnya menjadi korban keganasan istri kecilnya yang mungkin adalah jelmaan siluman kucing.
Dia menoleh ke samping dengan kesal, dimana suaminya tidur dengan wajah yang tampak berkilauan. Berbeda dengan dirinya sendiri yang kacau luar dalam.
'Dasar laki. Kayaknya semalam dia nagih jatah sekalian nyedot daya hidup gue, deh.' batinnya lagi.
Dara hendak berbalik, namun tubuhnya serasa pegal disana-sini. Belum lagi---
Dia merasakan sesuatu mengganjal di selangkangannya.
'Anjir, belum dilepasin.'
Dia menarik diri perlahan-lahan, berusaha tidak membangunkan si macan birahi di sampingnya. Lenguhan kecil terdengar pelan dari bibir Dara. Dia berbalik, memunggungi suaminya. Namun, Nio yang merasakan pergerakan kecil tersebut malah ikut terbangun. Dia menoleh ke arahnya, tersenyum kecil.
"Hmm, Sayang..."
Dia memeluknya dari belakang. Dicium-ciuminya puncak kepala istrinya. Dara pura-pura tidak tahu, pura-pura masih tidur. Matanya dia pejamkan dengan sengaja.
"Dara, istriku. Istriku Dara yang udah enggak dara lagi..." katanya lagi.
Pipi Dara langsung memerah mendengar itu. Bagaimana bisa Nio mengakui bahwa dia sudah mengambil keperawanan istrinya seperti itu? Memalukan!
Dia langsung menyikut perut Nio dengan keras.
"Berisik!" kesalnya.
Nio mengaduh, memegangi perutnya yang terkena sikutan. Dia kemudian tertawa.
"Oh, sudah bangun ternyata..." katanya, meledek.
Karena Nio pastinya tahu bahwa istrinya itu sudah bangun lebih dulu. Dia kembali mendekat, menempel di belakang istrinya dan memeluknya lagi.
"Gimana tidurnya semalam? Nyenyak?" tanyanya.
Dara mendengus mendengar itu.
"Gimana tidurnya semalam? Nyenyak?" dia mengikuti ucapan Nio dengan nada mengejek, "Kayak yang enggak sadar aja apa yang diperbuatnya semalam."
Nio langsung tertawa terbahak-bahak.
"Loh, tapi kan kamu suka."
"Suka apaan? orang gue di tabokin."
"Kan kamu juga nampar aku, sayang. Aku kira kamu suka yang kayak gitu."
Dara langsung berbalik badan, menghadapnya dengan ekspresi bak mau memakannya.
"Itu bukan karena gue suka BDSM, kampret! Emang gue pingin lo pergi! Eh lo nya malah lanjut." omelnya.
Nio malah tertawa terbahak-bahak mendengar itu. Dia kembali menarik sang istri ke dalam pelukannya, memeluknya lebih erat.
"Yaudah, lain kali pelan-pelan." katanya.
Bibir Dara sudah bergerak ingin nyinyir. Lain kali, katanya? Memangnya ada lain kali? Ini saja Nio sudah melanggar perjanjian pra nikah mereka, kok.
Eh, tapi... setelah Dara pikir-pikir, memang benar Nio tidak mengiyakan apapun saat dia mengatakan bahwa Nio dilarang menyentuhnya. Mereka juga tidak membuat perjanjian bermaterai tentang itu. Argh, berarti Dara diakal-akali oleh Nio, dong?
'Nyebelinnn! Untung aja semalem dia nurut waktu gue suruh pake helm. Kan gue enggak ada persiapan untuk ini! kalau gue langsung tekdung, kan, enggak lucu!'
Dia mendorongnya menjauh.
"Udah, ah. Gue mau mandi. Bentar lagi subuhan."
Nio bergeser, kepalanya lalu menengok ke arah jam dinding. Pukul empat pagi.
"Hm, iya. Perlu ditemenin, enggak?" tawar suaminya dengan senyum nakal.
Dara mendengus.
"Enggak jadi mandi kalau lo ngikut, auto di ewe lagi."
Nio terkekeh pelan, tahu saja istrinya ini dengan rencananya.
"Mana tahu kamu enggak tahu cara mandi junub, Sayang. Aku bisa ajarin kamu." katanya.
"Gak usah, gak perlu. Gue udah hapal." tolak Dara.
Mata Nio berbinar.
"Oh, jadi kamu udah persiapan buat malam pertama kita, Sayang? Sampe udah dihapalin niatnya. Jadi makin sayang sama istriku ini."
Nio kelihatan senang dan bangga sekali pada istrinya. Sedang Dara, dia memberikan tatapan geli-geli pingin nimpuk kepada suaminya.
'Pede nya itu loh, overrr banget. Perasaan orang tuanya kalem-kalem bak orang keraton semua kemaren. Sifat si Oom nurun dari siapa, sih?' batinnya.
Melihat tatapan istrinya, Nio kembali tersenyum.
"Kenapa? berubah pikiran? Pingin aku---"
"Diem!" dia membekap mulut suaminya, "Gak perlu! gue bisa mandi sendiri."
Wanita yang sudah tak lagi gadis itu segera turun dari ranjang, memunguti pakaiannya dan memakainya kembali. Tak mungkin dia ke kamar mandi dalam kondisi telanjang, apalagi di rumah masih ada banyak saudaranya yang menginap.
Tapi saat dia hendak berdiri---
"Anjirrr!"
Dia memegangi pinggangnya. Asli, pinggangnya sakit sekali. Selangkangannya juga. Dia memang sudah merasa sakit selama berbaring tadi, tapi setelah berdiri... sakitnya berkali-kali lipat. Seolah tulang-tulang di tubuhnya mau rontok semua.
'Eh gila ni Om-Om. Gue udah ngerasa tenaganya enggak main-main semalam, tapi gue enggak nyangka kalau dia bakal bikin gue jadi encok kek beginiii!' kesalnya dalam hati.
"Kenapa, Sayang?" Nio segera duduk, "Sakit? Mau aku bopong ke kamar mandi?"
Dara menggeleng dengan cepat. Akan jadi cerita lawakan tiga generasi jika sampai Papanya tahu dia dibopong ke kamar mandi setelah malam pertama ini.
"Enggak, gue bisa sendiri. Makasih!"
Dara langsung ngibrit, pergi ke kamar mandi meski sambil berjalan bak seekor pinguin.
Nio terkekeh pelan melihat betapa menggemaskan istrinya. Jari-jemarinya menyusuri bekas darah di sprei mereka---tanda kemurnian sang istri yang telah dia ambil.
"Akhirnya kamu jadi milikku juga, Dara." Gumam Nio pelan.
***
Author enggak tahu mau ngomong apa ini 🙈
Pokoknya like, komen, dan subscribe aja deh, ya 😂
Bye-bye, sampai jumpa di bab selanjutnya~
Acha bakal punya adekkk🤣
ayook, antonio gpl kejar target, biar cpt dapet dollar..