Luna terjebak dalam pernikahan kakaknya dengan william, pria itu kerap disapa Tuan Liam. Liam adalah suami kakak perempuan Luna, bagaimana ceritanya? bagaimana nasib Luna?
silahkan dibaca....
jangan lupa like, komen dan vote
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19.
Luna tersentak. cengkeraman Dion di lengannya terasa jauh lebih posesif daripada biasanya.
Jantungnya berdegup kencang bukan karena cinta, melainkan karena ketakutan bahwa rahasia pernikahannya dengan Tuan Liam akan terbongkar di tempat yang paling tidak tepat, dilorong rumah sakit ini juga?
"Tuan Li... Tuan Lingkungan sekitar sini maksudku! aku sedang mencari petugas kebersihan karena tumpahan air," bohong Luna dengan suara bergetar.
Ia benci harus membohongi Dion, pria yang selama ini mengisi hatinya, namun kenyataan bahwa Ia telah terikat sebagai istri kontrak Tuan Liam adalah beban yang terlalu berat untuk dikatakan pada Dion.
Dion menyipitkan mata, seolah mencari celah dalam kebohongan itu. namun, sebelum Ia sempat mendesak lebih jauh, ponsel di saku celana Luna bergetar kuat.
Luna merogoh saku dan melihat sebuah notifikasi pesan singkat, matanya membelalak.
"Aku melihatmu, ingat perjanjian kita.... Luna. jangan biarkan tangan kotor pria lain menyentuh milikku. pulangkan dia, atau aku yang akan datang ke sana untuk mengusirnya secara paksa."
Luna merasa seolah ada es yang merambat di punggungnya. Tuan Liam tidak benar-benar pergi.
Dia meninggalkan mata-mata untuk mengawasiku.
"Siapa?" tanya Dion mencoba mengintip layar ponsel Luna.
"Hanya... pesan dari Dea" jawab Luna cepat-cepat sambil menjauhkan ponselnya.
"Dion, kamu sebaiknya pergi. aku dan ibu bisa menjaga ayah. aku tidak ingin kamu kelelahan. lagipula sepertinya kamu tidak baik-baik saja," Luna berbicara dengan mencoba meyakinkan Dion agar pria itu cepat-cepat pergi kalau tidak habislah dirinya dan tamat sudah hubungan mereka.
"Luna... ada yang aneh denganmu," Dion melangkah maju, suaranya merendah.
"Siapa dia? dan kartu hitam yang kulihat di tasmu tadi... itu bukan kartu sembarangan. dari mana kamu mendapatkannya?" Dion mendesak Luna agar jujur padanya.
'Cepat pergilah Dion, kumohon! aku masih menyayangimu, jangan biarkan dirimu salah padam padaku.'
Suasana menjadi sangat kaku. di ujung lorong.. langkah kaki sepatu pantofel yang tegas bergema di lantai rumah sakit yang kebetulan sunyi.
Sosok tinggi tegap dengan jas mahal yang sangat Luna kenali muncul kembali.
Itu bukan orang lain melainkan itu Tuan Liam.
Dia kembali bukan karena urusan ayah, melainkan karena dia tidak suka miliknya disentuh oleh orang lain. ya... aku memang miliknya sekarang, Luna pasrah jika ada adegan tak terkendali.
Tatapan Liam terkunci pada tangan Dion yang masih memegang pergelangan tangan Luna.
"Sepertinya istriku butuh bantuan untuk menjelaskan siapa aku, sayang?" suara berat Liam menggelegar di lorong, memecah kesunyian dengan aura dominasi yang mencekam.
Dion mematung. Luna menahan napas dan menutup wajahnya dengan kedua tangan, habis sudah.
Rahasia itu tidak lagi tersimpan di balik perasaan yang Ia berikan pada Dion selama bertahun-tahun ini.
Dion melepaskan tangan Luna perlahan, matanya membelalak tak percaya saat melihat sosok yang berdiri hanya beberapa meter darinya.
Aura dingin dan berkuasa itu tidak mungkin salah lagi.
"Tuan... Tuan Liam?" suara Dion tercekat. "Anda... apa yang Anda lakukan di rumah sakit ini? dan apa maksud perkataan anda tadi?"
Liam berjalan mendekat dengan langkah tenang namun mengintimidasi. Ia berdiri tepat di samping Luna, lalu secara posesif melingkarkan lengannya di pinggang Luna, menariknya mendekat ke sisi tubuhnya yang tinggi atletis.
"Sepertinya dunia memang sempit...Dion," ucap Liam dengan nada datar, mata elangnya melirik kasar ke arah Dion.
"Aku tidak menyangka mitra bisnisku dari D-Group adalah pria yang khawatir pada istriku di jam kerja."
Dion terpaku, wajahnya memucat seketika. air matanya mengenang menatap Luna yang tidak memberikan respond bahkan diposisi seperti itu dengan Tuan Liam.
"Shit! Istri? Luna... kau istri Tuan Liam?"
Luna hanya bisa menunduk, meremas ujung bajunya. Ia ingin bicara, tapi tenggorokannya terasa tersumbat. keadaan ini jauh lebih buruk dari yang Ia bayangkan.
"Tuan tolong... jangan di sini," bisik Luna lirih.
Memohon agar pria itu tidak membuat keributan di depan ruang ICU.
Liam mengabaikan permohonan Luna. matanya tetap tertuju pada Dion, dan semakin memanas ketika melihat Dion menatap Luna seperti seorang pria yang sedang dikhianati.
"Proyek yang sedang kita kerjakan, Dion... aku tidak tahu kalau kau punya kebiasaan menyentuh milik atasannya."
Dion tertawa getir, tawa yang penuh dengan luka dan kemarahan yang tertahan. Ia menatap Liam dengan tatapan yang kini tak lagi penuh hormat sebagai mitra bisnis.
"Milikmu?" Dion melangkah maju, menantang dominasi Liam. "Anda mungkin bisa membeli perusahaan saya, Tuan Liam. anda bahkan mungkin bisa membeli status suami di atas kertas. tapi anda lupa satu hal..."
Dion menatap Luna dengan mata berkaca-kaca. dia yakin dibalik alasan Luna membohongi nya dan masih melanjutkan hubungan mereka, Luna pasti menikah atas dasar sebuah perjanjian. Luna bahkan memanggilnya dengan sebutan Tuan.
"Luna adalah alasan saya membangun bisnis itu. dia adalah wanita yang ternyata anda rebut dari saya saat saya ingin serius dengannya!"
Liam menyunggingkan senyum tipis yang kejam. "Ah, rupanya kau pria muda dan lemah yang mewarnai harinya? ini cukup menarik. jadi sekarang kau kembali dengan sedikit uang dan berharap bisa mengambil istriku?" Liam maju selangkah ke hadapan Dion dan mencengkram kuat pundak pria itu.
Bersambung...