Transmigrasi Lunara Dan Sistem

Pagi itu, di meja sarapan keluarga Hakari, Aeryn sudah duduk dengan laptop terbuka, wajahnya serius.

“Daddy, Mommy” Aeryn membuka percakapan dengan nada formal. “Aku dijadwalkan rapat transisi mendesak di kantor hukum cabang Minato. Terkait kekosongan pasca purge di Vyne Luxe. Aku izin tidak masuk sekolah hari ini.”

Sebelum kedua orang tuanya sempat menanggapi, bel mansion berbunyi.

Seorang kepala pelayan muncul di ambang pintu.

“Tuan, Nyonya, Nona Muda. Seorang wanita bernama Vale ingin bertemu dengan Nona Muda Aeryn.”

Daddy Danu dan Mommy Arisa saling pandang, jelas terkejut karena kedatangannya begitu pagi.

Aeryn menutup sebagian laptopnya.

“Dia asisten yang aku pilih untuk membantuku urus semua usahaku,” jelas Aeryn tenang. “Pekerjaan Vyne Luxe makin sensitif. Aku butuh mobilitas yang stabil.”

Daddy Danu mengangguk pelan.

“Suruh dia masuk.”

Beberapa detik kemudian, Vale masuk. Langkahnya profesional, auranya tajam tapi sopan.

“Selamat pagi, Tuan Danu, Nyonya Arisa,” sapanya sambil membungkuk. “Saya Valerie, tapi Anda boleh memanggil saya Vale. Saya asisten pribadi Nona Muda Aeryn, bertanggung jawab atas semua operasional usaha milik beliau. Hari ini saya mengantarnya ke Minato.”

Daddy Danu menatapnya dalam. “Kau terlihat kompeten. Prioritaskan keselamatan putriku.”

“Itu prioritas utama saya, Tuan.”

Dengan restu orang tuanya, Aeryn berdiri. “Aku berangkat Daddy, Mommy.”

Mereka meninggalkan mansion dengan mobil resmi Hakari. Namun sepuluh menit kemudian, mobil berhenti,Aeryn turun dan berpindah ke sedan hitam biasa lebih low-key.

Vyne Luxe milik keluarga.

Aetheria Entertainment adalah miliknya sendiri.

***

Setelah satu jam perjalanan, mereka tiba. Aeryn dan Vale melangkah ke lobi. Resepsionis dengan name tag “Clara” menatap mereka dengan percaya diri berlebihan jenis pegawai yang merasa “paling tahu” karena sudah lima tahun kerja di sana.

“Kami ada janji dengan Kepala Divisi Hukum, Bu Hanna Wijaya,” ujar Vale sopan.

Clara menatap Aeryn dari atas ke bawah lalu menyeringai.

“Nona, Bu Hanna tidak menerima tamu random. Urusan akuisisi level tinggi bukan untuk anak yang masih bau seragam sekolah. Ini kantor corporate top Asia, bukan tempat penitipan anak. Aura Anda mengganggu tamu penting kami. Silakan keluar.”

Rahang Vale mengeras. Ia langsung menelpon.

“Bu Hanna, kami sudah di lobi. Resepsionis Anda, Clara, baru saja merendahkan Nona Muda dan mencoba menghalangi penandatanganan aset.”

Hening satu detik.

Lalu suara panik.

Dua menit kemudian, lift terbuka keras.

Bu Hanna berlari keluar.

“CLARA! Apa yang kamu lakukan?!”

Clara membeku.

Bu Hanna menoleh pada Aeryn dan Vale, wajahnya pucat.

“Nona… saya mohon maaf sebesar-besarnya. Clara kau dipecat. Ambil barangmu. Kau merendahkan calon CEO baru di pintu masuk. Keluar sekarang.”

Setelah Clara pergi dengan wajah putih pasi, Bu Hanna menunduk dalam.

“Perkenalkan, saya Hanna Wijaya, Kepala Divisi Hukum.”

Aeryn mengulurkan tangan. “Aeryn Vynne Hakari. Ini Vale, asisten pribadi saya. Dan ya… insiden tadi cukup menjelaskan seberapa banyak yang perlu dirombak di perusahaan ini. Mari kita mulai.”

***

Bu Hanna menjelaskan divisi-divisi Aetheria. Aktor kelas A, top model global, grup idol, band indie, hingga program soft-power internasional.

Setelah tur, mereka menuju ruang penandatanganan.

Aeryn menandatangani kontrak terakhir.

Saat penanya terangkat getaran halus berdenyut di kepalanya, familiar namun tetap mengejutkan.

DING!!!

[SISTEM: Akuisisi Aset Berhasil

Aetheria Entertainment → Ditambahkan ke portofolio pengguna

Energi Keberuntungan: +5]

Aeryn menahan napas kecil sementara Vale melirik, tidak yakin apakah harus bingung atau sudah terbiasa.

***

Para manajer senior sudah menunggu.

Saat Aeryn masuk, ruangan seketika hening.

Beberapa manajer saling melirik kaget, bingung, mulai menghitung risiko. Mereka tahu reputasi keluarga Hakari… tapi tak pernah membayangkan pemilik barunya adalah siswi SMA yang melangkah dengan dingin dan percaya diri.

Aeryn duduk di kursi utama, Vale dan Bu Hanna di sisi kanan-kirinya.

“Selamat pagi,” ucapnya mantap. “Saya Aeryn Vynne Hakari. Mulai hari ini, perusahaan ini berganti nama menjadi Arashine Entertainment.”

Bisik-bisik meledak kecil, tapi Aeryn mengangkat tangan.

“Prioritas utama adalah Restrukturisasi Total.”

Ruangan membeku.

“Bu Hanna akan memimpin evaluasi menyeluruh. Staf atau talent yang terlibat skandal, pelanggaran etika, atau korupsi: pemutusan kontrak. Yang tidak memenuhi standar penurunan posisi atau pengurangan job.”

Aeryn kemudian menyampaikan visi barunya dengan suara yang tajam

​"Visi Arashine Entertainment adalah menjadi pusat industri hiburan Asia yang bersinar dengan integritas, inovasi, dan talenta berkualitas dunia, membangun ekosistem kreatif yang bersih, profesional, dan berkelas internasional."

​"Dan untuk mencapai Visi tersebut," lanjut Aeryn, "Misi perusahaan ini akan segera dieksekusi. Ini adalah standar baru Anda semua.

​Menegakkan Integritas Tanpa Kompromi: Menerapkan standar etika tinggi, memberantas korupsi, skandal, dan penyalahgunaan kekuasaan di seluruh level perusahaan.

​Menciptakan Talenta Kelas Dunia: Membina artis dan kreator dengan pelatihan intensif, fasilitas profesional, dan manajemen karier yang transparan.

​Membangun Lingkungan Kerja Sehat & Aman: Menjamin semua staf dan talent bekerja tanpa diskriminasi, intimidasi, maupun eksploitasi.

​Mengedepankan Inovasi Kreatif: Menggabungkan teknologi, sistem data, dan strategi global untuk menciptakan karya yang relevan dan berpengaruh.

​Memperkuat Soft Power Asia,Mendorong karya-karya yang tidak hanya populer, tapi juga merepresentasikan budaya, nilai, dan kualitas Asia ke panggung internasional.

​Transparansi dalam Manajemen & Proses: Semua keputusan, kontrak, dan evaluasi dilakukan terbuka, terukur, dan tanpa permainan belakang.

​Memprioritaskan Profesionalisme Memberikan penghargaan dan kesempatan hanya berdasarkan kinerja, bukan koneksi, senioritas palsu, atau politik kantor." Lanjut Aeryn

Aeryn lalu memberi instruksi pertama.

“Bu Hanna, aktifkan tim PR dan Komunikasi. Fokuskan narasi pada reformasi besar, sistem integritas, transparansi, dan standar profesional terbaru. Kita tidak membangun kultus pemimpin kita membangun kredibilitas. Jangan beri ruang glorifikasi figur. Fokus hanya pada perubahan struktural.”

“Siap, Nona,” jawab Bu Hanna.

***

Dalam perjalanan pulang, Vale duduk di samping sopir.

Aeryn membuka email yang baru masuk.

Guru Bisnis Internasional:

“Karena masalah teknis, semua siswa diwajibkan presentasi ulang dalam bentuk Public Debate terbuka minggu depan. Hadir: Dewan Sekolah, alumni penting, dan orang tua.”

Aeryn tersenyum kecil.

“Panggungnya gratis.”

Aeryn menatap Vale.

“Kontak PR Arashine. Aku butuh data pasar spesifik untuk presentasi. Narasi fokus pada reformasi, bukan persona. Kita tidak membangun kultus pemimpin kita membangun kredibilitas. Draft harus masuk malam ini sebelum publik mulai berspekulasi.”

“Baik, Nona. Saya koordinasikan sekarang. Semua materi selesai sebelum pagi.”

Vale menerima pesan, lalu menunjukkannya pada Aeryn.

“Laporan untuk Nona. Narasi mengenai sistem kerja baru dan transparansi telah kami dorong sesuai arahan Bu Hanna. Untuk instruksi tambahan dari Nona, kami menyiapkan materi komunikasi yang menekankan profesionalisme serta peningkatan standar operasional. Konten dijadwalkan tayang besok pagi secara bertahap untuk penerimaan yang lebih natural. Draft final akan kami kirim malam ini untuk ditinjau.”

Aeryn mengetuk layar pelan.

“Baik. Kita mulai dari sini.”

Bersambung....