GUBRAAKK !! Suara itu menyerupai nangka berukuran 'babon' jatuh dari pohon yang tinggi. Xavier (Zac) segera berlari meloncati semak-semak untuk segera mengambil nangka yang jatuh. Sesampainya di bawah pohon nangka, Xavier tidak melihat satu pun nangka yang jatuh. Tiba-tiba...
"Siapapun di sana tolong aku, pangeran berkuda putih, pangeran kodok pun tidak apa-apa, tolong akuu ... "
Di sanalah awal pertemuan dan persahabatan mereka.
***
Xavier Barrack Dwipangga, siswa SMA yang memiliki wajah rusak karena luka bakar.
Aluna Senja Prawiranegara, siswi kelas 1 SMP bertubuh gemoy, namun memiliki wajah rupawan.
Dua orang yang selalu jadi bahan bullyan di sekolah.
Akankah persahabatan mereka abadi saat salahsatu dari mereka menjadi orang terkenal di dunia...
Yuks ikuti kisah Zac dan Senja 🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 : Confess Di Fly Over
Kendaraan beroda dua itu berhenti di parkiran sebuah restoran yang terlihat dari luar sangat sederhana dan kecil. Namun setelah kaki mereka melangkah ke bibir restoran, pemandangan mewah, cozy dan romantis tersaji di sana.
Restoran yang berada di tengah kota Jakarta itu menyajikan live music dan memiliki menu masakan yang beraneka ragam. Zac sudah reservasi tempat di ruang khusus yang sudah disulap menjadi meja makan ala candle light dinner yang romantis.
Lampu ruangan sedikit redup terkesan hangat, lilin aromaterapi yang beraroma lembut dan alat makan yang cantik sudah menghias meja. Zac menarik kursi untuk Senja duduk, lalu kemudian ia mengambil posisi duduk di depan Senja sambil tersenyum gugup.
"Ka, kamu mau ngapain pesan tempat seperti ini. Aku pikir kita mau makan di restoran siap saji yang ramai atau makan cemilan di cafe anak muda," bisik Senja sedikit gugup.
"Untuk kamu yang berhati indah harus aku rayakan di tempat yang mewah. Bersamamu, makan rengginang dan secangkir teh di sore hari saja, bagiku sebuah rumah." Zac meremas pahanya dengan lembut, dia sangat gugup meluncurkan hapalan yang sudah ia hapal selama satu minggu.
"Sejak kapan kaka pandai menggombal?!" tanya Senja, datar. Datar aja gitu kayak permukaan meja.
Nggak ada pipi merona dan tersipu malu, nggak ada!
Nggak ada kata-kata balasan yang membuat hati Zac berbunga-bunga, Nggak ada!
Romantisme gagal total!
"Sejak tahu kamu cengeng dan gampang menangis," jawab Zac tetap berusaha romantis walaupun sudah setengah frustasi.
"Pasti Ka Sam nih yang bocorin!" bibir Senja mengerucut.
Zac semakin frustasi. Jauh dari ekspektasi!
"Makanan sudah datang," seru Zac mengalihkan kegugupannya.
Saat makan, Senja sangat fokus dengan makanannya. Zac berkali-kali mencoba memecahkan keheningan dengan berdehem, mengomentari rasa masakannya, tapi Senja bergeming. Ia terbiasa makan tanpa suara. Dari alisnya yang berkerut saat Zac mengajaknya bicara, Zac bisa mengerti Senja terganggu. Zac akhirnya bungkam dan memilih untuk mempercepat makan malamnya.
Setelah acara makan malam selesai, handphone Senja berbunyi. Monica menelpon dan meminta mengalihkan pada panggilan video. Senja terus berceloteh pada mamanya di telepon dan memamerkan tempat makan, dekorasi ruangan yang indah juga hidangan penutup yang belum pernah ia coba.
Zac salah tingkah.
Bisa-bisanya dating diganggu telepon mama, satu jam lagi! Huft... Alamat rencana untuk menyatakan perasaan pada Senja terancam gagal. Batin Zac.
Setelah panggilan telepon di tutup. Senja tiba-tiba berdiri sambil memegang perutnya.
"Ka, aku ke toilet dulu perutku mulas." dijawab Zac dengan anggukan kikuk.
Zac meremas rambutnya yang sudah tertata rapih dengan kesal. Bibirnya yang sejak tadi terbuka karena ingin bicara kini ia gigit dengan kesal.
"Susah banget sih! Kamu tinggal bilang, Nja aku suka kamu! Masa gitu aja kamu nggak bisa Xavier Barrack Dwipangga!" maki Zac pada diri sendiri.
Senja masuk ke dalam ruangan dengan panik, "Ka, kita pulang aja yuk. Aku tembus!" ucapnya panik sambil menyambar tas selempangnya.
"Te—tembus? Kamu menang lotre?" tanya Zac ikutan panik.
"Bukan ka! Udah yuk kita pulang!" Senja menarik lengan Zac dengan tergesa hingga Zac nyaris terjungkal.
"Iya bentar, Nja. Aku harus bayar dulu makanan kita."
"Aku tunggu kaka di parkiran!" teriaknya lalu berlari keluar restoran.
Sebelum keluar restoran, Zac menghentikan langkahnya sebentar. Berpikir sejenak apa yang dimaksud dengan tembus. Ia baru teringat jika kedua adiknya sakit perut biasanya akan datang tamu bulanan. Zac melangkah yakin, jika Senja pun saat ini sedang mengalaminya.
Di parkiran Senja berdiri dengan gelisah, ia menatap lurus ke arah pintu keluar masuk restoran. Setelah beberapa menit, Zac keluar dengan menenteng kantong plastik berwarna hitam.
Zac menampilkan senyuman satu garis, lalu menyodorkan plastik hitam ke arah Senja. "Aku sudah belikan pembalut, kamu bisa ganti dan mencucinya rok kamu yang terkena noda. Aku juga sudah minta tolong pada waiters di sana untuk meminjamkan hair dryer untuk mengeringkan rok kamu. Ayo kita selesaikan ini dulu, baru kita pulang."
"Ka Zac... " ucap Senja manja dengan mata berkaca-kaca.
Zac merangkul bahu Senja lalu mengantar Senja kembali ke toilet restoran. Ia duduk di kursi depan toilet berjaga-jaga Senja butuh bantuan. Suara di toilet begitu gaduh, mungkin senja tidak terbiasa mencuci pakaiannya sendiri. Zac berkali-kali berdiri ingin masuk ke bilik toilet dan membantu Senja, namun ia urungkan dan kembali duduk dengan gelisah.
"Yaahh basah semua!" teriak senja
"A—apanya yang basah?" balas Zac dengan suara meninggi di balik dinding pemisah.
"Wastafelnya ka, tisunya habis," teriak Senja
"Ti-tisu... Oke aku mintakan tisu dulu."
Zac kembali dengan membawa tisue, tangannya ia julurkan ke dalam bilik toilet. "Nja ini tisue nya."
"Ka Zac... Hikkss!" Senja menangis.
"Ehh kenapa? Kok nangis sih?"
"Ka baju aku basah semua," keluhnya sambil menangis sesenggukan.
"Boleh aku masuk?" tanya Zac. "Kamu tidak sedang 'terbuka' kan?" tanyanya lagi memastikan dengan bahasa diperhalus.
"Masuk aja ka, aku di depan wastafel bukan dalam toiletnya," jawab Senja sambil terisak.
Sebelum masuk Zac meminta ijin dulu pada manajer restoran untuk membantu Senja di toilet. Setelah diijinkan ia baru masuk. Alangkah kagetnya Zac melihat Senja basah kuyup terkena cipratan air dari keran yang bocor. Awalnya Gadis itu menyumpal kebocoran keran dengan tisu, hingga lima gulung tisu toilet habis, sampai akhirnya tali tas Hermes miliknya menjadi korban untuk menyumpal kebocoran keran.
"Kerannya rusak?" tanya Zac memastikan.
"Iya, aku nggak ngerti cara bukanya. Kalau keran di rumah dan sekolah pakai sentuhan aja udah keluar airnya ka... "
"Terus ini kenapa bisa patah, Nja?"
"Aku pukul-pukul biar keluar airnya."
"Ya ampun, Nja. Ini keran putar, bukan layar sentuh seperti di rumah kamu."
"Aku nggak tau, ka."
"Ya udah sini ka Zac keringkan rambut dan punggung kamu." Zac mengambil alih hair dryer dari tangan Senja, dengan telaten mengeringkan setiap helai rambut gadis itu.
Ketika jalan pulang Zac senyum-senyum sendiri, menertawakan ekspektasinya yang terlalu tinggi. Ia melirik senja dari kaca spion, gadis itu terlihat sangat menikmati perjalanannya dengan menggunakan motor. Mungkin ini pertama kali Senja diperbolehkan naik motor oleh keluarganya.
"Nja!" teriak Zac
"Hmm... "
"Kamu suka naik motor seperti ini nggak?" tanya Zac
"Suka ka, suka banget! Ini pertama kalinya aku boleh dibonceng motor."
"Betulkan, Zac!" gumamnya dalam hati.
"Aku punya spot yang bagus untuk kamu nikmati saat naik motor."
"Dimana, ayo ajak aku ke sana ka!" seru Senja
Tanpa menjawab, Zac memutar arah laju kendaraannya ke arah fly over Kota Kasablanka (Kokas), di sana Zac menepikan motornya di pinggir trotoar. Spot terbaik di jantung ibu kota Jakarta yang menyajikan city light ibukota. Lampu berwarna-warni dari gedung bertingkat, dari kendaraan yang masih berlalu lalang. Ibukota selalu berdenyut di setiap detiknya.
"Bagaimana bagus gak?" tanya Zac
"Ka, aku baru pertama kali ke sini. Biasanya aku hanya bisa melihat ibukota di malam hari dari atas helikopter tidak pernah sedekat ini," ucapnya takjub.
"Taaraaaa ... Sekarang pemandangan ini milikmu!" seru Zac.
"Ka terima kasih ya sudah memberiku banyak hal. Andai saja ada lelaki baik seperti kaka, aku pasti mau jadi pacarnya."
"Laki-laki lain? Kenapa nggak aku aja sih!" jawab Zac jengkel.
"Emang kaka mau sama aku?!" tanya Senja suaranya hampir melengking
"Ya mau lah, emang itu yang mau aku ucapkan dari tadi, Nja," jawab Zac terbawa emosi, campuran kesal, bingung dan bahagia. "Nja, kok jadi kamu yang confess ke aku? Harusnya aku duluan Nja'... " bahu Zac merosot
Semua diluar ekspektasinya.
Makan malam sudah dibuat romantis, kata-kata sudah ia siapkan selama satu minggu. Akan tetapi semua hancur tidak sesuai rencana.
Malah ucapan itu keluar dari bibir senja sendiri di atas fly over Kokas. Tanpa lilin aromaterapi, tanpa makanan enak, tanpa alunan musik romantis.
"Nja, bener yaa... Semua terasa jauh lebih mudah saat bersamamu. Aku menyiapkan banyak hal untuk nembak kamu malam ini, tapi ternyata ucapan itu keluar begitu aja saat kita berdiri keanginan di atas jembatan, dihiasi lampu-lampu gedung dan kendaraan yang sesekali menyorot terang menerpa wajah kita, dikelilingi asap dan polusi udara, alunan suara klakson saling bersahutan. Dan di depan kita tidak ada makanan!"
Ahh! Zac mendesah sekaligus geli menertawakan kisahnya. Senja tersipu malu melihat senyum manis Zac.
"Aku tahu kaka gugup di restoran tadi, aku juga begitu ka... Itu kenapa keran di restoran sampai rusak, karena aku terlalu gugup. Tapi aku tidak ingin pulang sebelum aku tahu perasaan kaka padaku. Aku kuatir nggak bisa tidur malam ini, karena penasaran."
"Ya Tuhan, Nja'!"
Zac sudah kehabisan kata-kata, ia hanya mampu menarik tubuh Senja yang gemoy masuk dalam pelukannya. Mengecup pucuk kepala gadis itu dengan begitu dalam.
"Maukah kamu jadi pacarku?" tanya Zac suaranya berbisik.
"Aku mau minum teh dan makan rengginang di sore hari bersama kaka, di rumah mbok Darmi atau di taman rumahku. Karena aku menemukan hati yang lapang dan penuh kesabaran dalam diri ka Zac. Maukah Ka Zac menjadi rumahku, tempat aku berkeluh kesah, tempat aku menampilkan sisi gugup ku, konyol ku, marah dan tawaku—"
"Stop! Sisakan pertanyaan lain untukku, aku nggak mau hanya menjawab iya atau mau. Kamu yang harus menjawab, aku yang bertanya."
"Aku mau ka... Mau jadi pacar kamu." Senja memeluk pinggang Zac dengan erat.
,, perbedaan usia itu jauh lebh bagus dn lebh matang dan dewasa 😌
tapi berdua 😚
kekny harusny Zac ya 🤔
,, selamat k Dee,, semoga kontrakny lulus 🤗