Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.
Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?
Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.
Yuk, simak kisah mereka di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Dia unik, itulah yang membuat aku jatuh cinta.
Anita sudah duduk anggun di sana. Rambut hitamnya disanggul rapi, gaun putih elegannya berkilau lembut, dan di hadapannya dua gelas wine sudah disiapkan.
Sampai akhirnya, dari kejauhan, langkah sepatu Nadin terdengar cepat disusul oleh Marvin yang tampak santai di belakangnya.
“Maaf menunggu, Nita,” ucap Marvin sambil tersenyum hangat. “Istriku tadi agak lama ganti baju.”
Nadin tersenyum kaku, dia mengenakan dress biru muda sederhana, rambut dikuncir setengah, tapi tetap tampak cantik natural kontras dengan kemewahan Anita. Dan justru itu yang membuat beberapa pelayan diam-diam memperhatikan.
Anita tersenyum sopan. “Tidak masalah, aku mengerti, seorang istri pasti ingin tampil sempurna di samping suaminya. Aku juga tadi mampir ke salon,"
Nada suaranya lembut tapi mengandung sedikit racun halus.
Nadin menatapnya datar. “Ah, nggak juga. Aku cuma bingung pilih baju yang muat, soalnya suamiku ini suka ngasih aku makan malam terus.”
Ia menatap Marvin sambil manyun, tapi justru Marvin tertawa kecil, menatapnya penuh kasih.
“Ya mau bagaimana, aku nggak tega lihat istri sendiri kurus,” jawab Marvin sambil menuangkan air putih ke gelas Nadin. “Minum yang banyak, kamu belum makan dari pagi.”
Anita tersenyum tipis, memainkan garpu di jari. “Manis sekali, jarang aku lihat Marvin seperti ini … dulu, dia bahkan menolak kalau aku bawakan kopi ke kampus.”
Nadin menatapnya, alis terangkat. “Oh iya? Mungkin karena dulu kamu bukan istri dia, ya?”
Senyum Nadin lebar, polos tapi menusuk. Anita terdiam sesaat, lalu tertawa pelan.
“Kau lucu juga, Nadin.”
Marvin yang duduk di tengah, menatap keduanya bergantian, berusaha menahan tawa. Dalam hati ia tahu, Nadin sedang dalam mode bar-bar versi sopan. Pelayan datang membawa hidangan utama. Anita langsung mengambil pisau dan garpu, memotong steaknya dengan elegan.
Sementara Nadin, yang dari tadi menahan lapar, langsung mengambil sendok besar dan mengaduk saus di piringnya tanpa ragu.
Anita menatapnya sekilas dan berujar, “Oh, kau suka sausnya langsung dicampur begitu?”
Nadin mengangguk polos. “Iya, biar cepat dimakan. Kalau nunggu keren, nanti keburu lapar.”
Marvin nyaris tersedak minumannya, menutup mulutnya sambil menahan tawa.
“Ya ampun, Nad…”
Anita mencoba menahan senyum miringnya. “Aku suka gayamu yang jujur. Tapi mungkin di tempat seperti ini, sedikit tata krama tidak akan merugikan.”
Nadin meletakkan sendoknya, menatap Anita dengan ekspresi serius.
“Oh, jangan khawatir. Aku tahu kok caranya makan elegan. Cuma … kalau aku lapar, semua tata krama bisa bubar.”
Marvin akhirnya tak tahan dan tertawa lepas. “Nita, kau harus terbiasa. Nadin itu … unik.”
Anita tersenyum lagi, tapi kali ini senyumnya lebih kaku.
“Unik memang kata yang tepat,” gumamnya pelan.
Setelah makan selesai, pelayan membawa dessert puding coklat yang menggoda.
Marvin langsung mendorong piring ke arah Nadin. “Ini kesukaanmu, kan?”
Nadin matanya berbinar. “Iyaaa! Kamu masih inget?”
Anita menatap mereka berdua, merasa seperti orang ketiga dalam film romantis. Ia mencoba ikut tersenyum, tapi di balik senyum itu, gengsinya sudah meledak. Ketika mereka keluar dari restoran, Anita berjalan di samping Marvin, mencoba bicara santai.
“Marvin, aku harus akui … istrimu menarik. Tidak seperti dugaanku.”
Marvin menoleh sekilas dan tersenyum kecil. “Aku tahu, makanya aku jatuh cinta.”
Anita terdiam, lalu menoleh pada Nadin yang berjalan di depan mereka sambil memainkan ponsel, senyum cerah di wajahnya.
'Kalau begitu, kita lihat saja, Nadin. Seberapa kuat kau bisa mempertahankan hati seorang Marvin Alexander.'
Dan di sisi lain, Marvin menatap istrinya sambil tersenyum lembut. Ia tahu meski Nadin bar-bar dan spontan, justru itulah yang membuatnya jatuh cinta lagi setiap hari.
Malam menurunkan tirainya dengan lembut di kediaman keluarga Mudi. Rumah besar itu berdiri megah dengan taman luas dan kolam air mancur di tengah halaman. Lampu-lampu gantung berkelip indah, tapi suasana di dalam justru tegang.
Anita berdiri di depan jendela kamarnya, menatap pantulan dirinya di kaca. Gaun yang tadi ia kenakan saat makan siang kini tergantung di kursi, dan wajahnya meski tetap cantik menyimpan sesuatu yang tak biasa, yaitu rasa kesal.
Dia masih mengingat dengan jelas bagaimana Nadin duduk di samping Marvin, tertawa bebas, disuapi puding, dan diperlakukan dengan lembut. Setiap kali mengingat adegan itu, dada Anita terasa sesak.
“Wanita itu … benar-benar tidak tahu tempatnya,” gumamnya pelan, sambil menatap bayangan dirinya. Dia menggenggam erat ujung tirai, kuku-kukunya memutih. Pintu kamar diketuk lembut.
“Anita, sayang? Kamu belum tidur?” Suara lembut itu milik Nyonya Mudi, ibunya wanita berkelas dengan senyum lembut namun penuh wibawa. Anita cepat menenangkan wajahnya, lalu membuka pintu. “Belum, Ma. Aku cuma … banyak pikiran.”
Sang ibu melangkah masuk, memandang anak perempuannya dengan tatapan lembut. “Masalah Marvin lagi, ya?”
Anita diam sejenak, lalu duduk di tepi ranjang. “Aku cuma … tidak habis pikir. Bagaimana mungkin Marvin memilih gadis seperti itu? Suaranya keras, caranya bicara tidak sopan, makannya saja seperti anak kecil. Tapi … dia tampak bahagia, Ma.”
Nyonya Mudi tersenyum samar. “Cinta memang aneh, sayang. Kadang yang terlihat tidak cocok justru paling kuat.”
Anita menatap ibunya, tatapan matanya tajam. “Aku tidak akan membiarkan perempuan itu merebut apa yang seharusnya jadi milikku. Aku mengenal Marvin lebih dulu, Ma. Aku tahu segalanya tentang dia. Nadin hanya … keberuntungan sesaat.”
Ibunya duduk di sampingnya, menepuk lembut tangan Anita. “Kamu tahu, orang seperti Marvin tidak mudah dipengaruhi. Tapi kalau kau ingin menunjukkan siapa dirimu sebenarnya … lakukan dengan elegan. Bukan dengan amarah.”
Anita terdiam, lalu perlahan tersenyum. Wajahnya yang tadi muram kini berubah menjadi tenang dan penuh perhitungan.
“Elegan, ya…” katanya lirih. “Mungkin … aku akan menunjukkan siapa yang lebih pantas berdiri di samping Marvin Alexander.”
Dia berdiri, melangkah ke meja rias, dan menatap pantulan dirinya dengan tatapan penuh tekad.
“Ma,” ucapnya sambil memegang perhiasan di lehernya, “aku ingin ulang tahunku tahun ini dibuat … spesial. Lebih mewah dari tahun lalu. Semua orang penting harus hadir, termasuk keluarga Alexander.”
Nyonya Mudi menatapnya heran. “Untuk apa, sayang?”
Anita menoleh, senyum manis terbit di wajahnya senyum yang samar tapi berbahaya.
“Untuk memastikan … Nadin tidak akan lupa siapa yang sebenarnya pantas berdiri di sisi seorang Marvin.”
Sang ibu hanya menghela napas kecil. “Baiklah, kalau itu yang kau mau. Mama akan siapkan semuanya.”
Anita mengangguk puas, lalu berjalan ke balkon kamarnya. Angin malam meniup lembut rambut panjangnya. Ia memejamkan mata sebentar, membiarkan bayangan Nadin dan Marvin di restoran tadi berputar di kepalanya.
“Kau pikir kau menang hari ini, Nadin?”
“Tunggu saja. Di hari ulang tahunku nanti, aku akan membuatmu tahu ... perempuan bar-bar sepertimu tidak seharusnya berdiri di dunia kami.”
Dan senyum licik perlahan terbentuk di bibir Anita. Sementara di kejauhan, lampu rumah keluarga Alexander masih menyala, tanpa tahu badai kecil sedang bersiap datang dari seberang kota.
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍