Kumpulan kisah misteri menceritakan tentang cerita legenda misteri dan horor yang terjadi di seluruh negeri berdasarkan cerita rakyat. Dalam kisah ini akan di ceritakan kejadian-kejadian mistis yang pernah terjadi di berbagai wilayah yang konon mwnjadi legenda di seluruh negeri bahkan banyak yang meyakini kisah ini benar-benar terjadi dan sebagian kisah masih menyimpan kutukan sampai sekarang, Di rangkai dalam kisah yang menyeramkan membuat para pembaca seperti merasakan petualangan horor yang menegangkan,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqbal nasution, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3g. Burong Pocut Siti
Atas saran sang sesepuh, Uleebalang Ikhsan akhirnya mengadakan peusejuk—upacara keselamatan—untuk menenangkan arwah putrinya. Malam itu, halaman istana dipenuhi para tetua, dayah, dan rakyat yang dipanggil hadir.
Seekor kambing jantan hitam disembelih. Darahnya ditampung dalam talam perak, lalu ditaburkan bunga-bunga tujuh rupa. Dapur besar istana pun mengepul, aroma daging kambing yang dimasak menjadi gule bule seuribe, makanan kesukaan Pocut Siti semasa hidup.
“Jika benar arwahnya marah karena rindu dan kecewa,” ucap sesepuh itu, “maka biarlah makanan yang dulu ia cintai menjadi penawar amarahnya.”
Saat hidangan gule selesai dimasak, asapnya mengepul ke langit malam. Semua orang menahan napas. Udara tiba-tiba berubah dingin, lampu minyak bergetar, dan suara angin berdesir seperti bisikan perempuan.
Lalu samar terdengar suara tangisan lirih di antara hembusan angin.
“Ayah… mengapa baru sekarang? Di mana engkau ketika aku dilempari batu hingga mati?”
Uleebalang Ikhsan gemetar, air matanya jatuh membasahi pipi. Ia berlutut, menunduk di hadapan talam gule. “Anakku… maafkan ayahmu. Aku buta oleh adat dan malu, hingga tega mengorbankanmu. Ampunilah kami…”
Tiba-tiba, periuk gule itu terbalik dengan sendirinya! Kuah panas menyembur ke tanah, darah kambing dalam talam mendidih seperti direbus api gaib.
Suara Pocut Siti berubah jadi jeritan panjang, melengking dan memekakkan telinga. Dari atap istana, wujudnya muncul: bergaun putih berlumur darah, rambut panjang terurai, matanya merah menyala.
“Ayah… sesajimu terlambat! Dagingmu hambar, darah basi! Apa bisa kambing menggantikan anakmu sendiri?!”
Orang-orang berlarian ketakutan, sebagian jatuh pingsan. Sesepuh yang memimpin upacara berusaha membaca doa, tapi lidahnya kelu seolah terikat gaib.
Arwah Pocut Siti melayang di udara, menunjuk ke arah ayahnya yang terkulai pucat.
“Ayah! Kau biarkan aku mati!
Lalu tubuhnya lenyap bersama angin kencang, meninggalkan bau amis darah di seluruh istana.
Sejak malam itu, semua orang yakin: tak ada ritual, sesaji, atau doa yang bisa menghentikan arwah Pocut Siti.
*****
Sejak malam Helmi mati dengan cara mengenaskan dan selesai upacara peusejuk di istana Uleebalang, arwah Pocut Siti tak lagi menampakkan diri di istana Uleebalang Ikhsan. Kehidupan perlahan kembali berjalan, meski bayang-bayang rasa bersalah tetap menghantui Ikhsan hingga ajal menjemputnya.
Namun, meski istana tenang, bukan berarti Pocut Siti benar-benar pergi.
Sebagian warga Aceh Besar, terutama di sekitar sungai desa Tungkop, masih sering melihat sosok perempuan berpakaian putih dengan rambut panjang terurai, wajah pucat berlumuran darah, duduk di tepi sungai sambil menangis.
Ada pula yang mendengar tawa melengking di malam sunyi, atau tangisan lirih di antara desir angin. Konon, siapa pun yang berjalan sendirian melewati sungai itu selepas tengah malam akan mendengar suara bisikan:
“Aku Pocut Siti… jangan ulangi dosamu…”
Warga percaya, meski dendam utamanya sudah terbalas, arwah Pocut Siti tidak pernah benar-benar damai. Ia masih bergentayangan, menanti jiwa-jiwa berdosa, terutama para wanita hamil di luar ikatan halal—mereka yang dianggap menodai tanah kelahirannya, seperti dirinya yang pernah dihukum dengan kejam.
Hingga kini, di zaman modern sekalipun, kisah Pocut Siti masih jadi legenda yang diceritakan turun-temurun. Anak-anak kecil diingatkan agar jangan pulang larut malam lewat sungai Tungkop, dan para remaja perempuan sering dinasihati untuk menjaga kehormatan diri.
Karena di tanah itu, Pocut Siti masih hidup sebagai kutukan.
Arwahnya selalu mengincar… dan dendamnya abadi.
*****
Demikianlah akhir kisah tentang keberadaan arwah Pocut Siti sejak zaman dahulu, sebagaimana diceritakan oleh Teungku Zainal. Cerita itu berawal dari kematian Pocut Siti yang tragis, menjelma menjadi arwah penuh dendam, hingga akhirnya terus menghantui daerah Aceh Besar.
Kisahnya berpuncak pada tragedi yang merenggut nyawa dua orang pejinah—Zulfikar dan Rina—serta kerasukan Ayu yang menjadi pengingat bahwa dosa tak pernah luput dari balasan.
Teungku Zainal menutup kisahnya dengan suara lirih, namun penuh wibawa:
“Arwah Pocut Siti akan datang kepada siapa pun yang berani berbuat dosa. Ia adalah peringatan abadi bagi manusia yang mengotori tanah ini dengan perbuatan terlarang.”
Seluruh penduduk desa Tungkop mendengarkan dengan wajah pucat. Sejak saat itu, Ayu—yang sedang hamil—akhirnya mengikhlaskan kematian suaminya, Zulfikar.
Ia berdoa dengan tulus demi keselamatan dirinya dan anak dalam kandungannya, agar terbebas dari kutukan Pocut Siti.
Dan begitu kisah itu selesai, malam terasa kian sunyi. Hanya desir angin di tepian sungai yang terdengar, seolah membawa bisikan:
“Aku Pocut Siti… aku akan datang pada setiap manusia yang berbuat dosa…”
Kata orang tua, hingga sekarang, Pocut Siti masih menampakkan diri di tepi sungai Tungkop. Kadang ia menangis, kadang ia tertawa melengking. Konon, ia paling sering mendatangi wanita hamil yang tidak sah pernikahannya—seolah menuntut agar tidak ada lagi yang mengulangi nasib kelamnya.
Maka, setiap kali ada angin berdesir di malam sepi, orang-orang berbisik satu sama lain:
“Jangan berbuat dosa… karena arwah Pocut Siti selalu mengintai.”
**********************TAMAT***********************
Penulis mengucapkan terima kasih buat pembaca setia Novel "Kumpulan Kisah Misterii" dalam judul "Burong Pocut Siti"
Dan jangan pernah lewatkan, buat pembaca terkasih, dalam bab selanjutnya kita masih berada didaerah seputar legenda misteri dan horor dari tanah rencong yang tak kalah seru.
Sebuah cerita legenda mistis yang sampai sekarang masih menjadi cerita rakyat, dalam tajuk:
"MISTERI NONI BELANDA"
Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan, yang tersembunyi indah di Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, mempesona dengan panorama alamnya yang menakjubkan.
Namun, di balik keindahan tersebut, tersembunyi sebuah misteri yang telah menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat setempat - kisah misterius "Noni Belanda" di rumah Scooby Doo.
Rumah dua lantai yang kini berfungsi sebagai pustaka alam ini dulunya adalah sebuah vila yang menyaksikan kisah tragis seorang perempuan yang ditinggalkan oleh suaminya, dan akhirnya meninggal dunia dalam kesepian.
Konon, roh perempuan ini kini menghantui rumah tersebut, sering kali mengganggu petugas yang tertidur di malam hari dan menyebabkan suara-suara aneh terdengar dari dalam rumah.
Warga sekitar pun tidak jarang melaporkan penampakan seorang wanita berjalan-jalan di sekitar vila pada malam hari.
Semua ini telah membuat kisah "Noni Belanda" menjadi topik pembicaraan hangat di Aceh Besar.
Sejumlah peneliti paranormal dan pecinta aktivitas supranatural pun datang ke taman hutan raya ini untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Mereka menggunakan peralatan deteksi hantu dan kamera malam hari dalam upaya untuk mencari bukti mengenai keberadaan "Noni Belanda."
Namun, apakah kisah ini benar adanya atau sekadar mitos belaka, tetap menjadi tanda tanya besar bagi banyak orang.
Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan, dengan pesona alamnya yang memikat dan misteri yang menyelimuti rumah Scooby Doo, telah menjadi magnet bagi para wisatawan yang mencari pengalaman unik dan petualangan yang tak terlupakan.
Jadi, apakah Anda berani mengunjungi tempat ini dan mencoba mencari tahu kebenaran di balik kisah misterius Noni Belanda?