Sepasang anak sekolah, yang tidak saling mengenal. Berteduh di gubuk reyot pinggir jalanan sepi, di tuduh berzina dan berujung di Nikahkan secara Paksa.
"Sebentar, ini salah Paham!!."
"Kami bahkan ngga saling kenal."
Namun sayangnya, suara mereka tidak di dengar. Mereka di arak menuju masjid, dan di Nikahkan di sana.
Apa yang akan terjadi, pada dua sejoli yang tidak saling kenal, tapi tiba tiba jadi suami istri?. Usia mereka masih belia dan masa depan mereka masih panjang.
Ikuti Kisahnya (^^)
Note : Berdasarkan imajinasi author, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembuktian
Cindy yang merasa terhina dan kalah tidak tinggal diam. Dia menyewa hacker untuk mencaritau siapa sebenarnya Aurora, dan dimana Alvian bisa bertemu dengannya.
Sekeras apapun dia mencari, dia hanya mendapatkan informasi jika Aurora lahir di Desa pelosok. Tidak ada foto jejak digital dan lainnya, benar benar tertutup rapat.
Itu semua berkat Ayah dan Ibu Alvian yang sudah menutup rapat semua masalalu Aurora. Karena mereka tau, banyak musuh yang akan mengincar masalalu Aurora sebagai kelemahan mereka.
Cindy tidak menyerah, dia dengan percaya diri datang ke mansion Donovan. Ingin bertemu dengan orangtua Alvian, dia akan membuat rencana lainnya agar Alvian bisa menjadi miliknya.
Ibu Alvian yang kebetulan dirumah, mengizinkan Cindy masuk dan menatap dengan dingin. Tidak mau basa basi untuk membuang waktu lagi.
"Tante inget aku kan? Aku Cindy, pacar Alvian. Aku.... aku bingung banget Tente, Alvian selingkuh dan ninggalin aku... Padahal, padahal sekarang aku lagi hamil anak dia." Ucap Cindy berderai air mata.
"Wow." Respon Ibu Alvian dengan cuek.
"Tante? Tante ngga percaya sama aku? aku Berani test DNA kok tan. Aku ngga bohong, aku bener bener hamil anak Alvian." Cindy benar-benar tidak tau malu.
"Huftthh.. Cindy, Alvian sudah punya tunangan bahkan sebelum berpacaran denganmu. Hanya saja hubungan itu di Rahasiakan atas permintaan Aurora, Alvian bahkan sudah mengikuti iman Aurora dan mereka akan menikah. Berhenti membuang waktu dengan memaksakan sesuatu yang memang bukan milikmu sejak awal." Ucap Ibu Alvian, dingin dan datar.
"Tapi apa kurangnya saya Tante!! saya bisa jadi istri Alvian. Saya dari keluarga terpandang, saya pantas bersanding dengan Alvian dari pada jalang__
PLAKKK
Tamparan keras membungkam mulut Cindy, selama ini Ibu Alvian diam karena kasihan dengan Cindy. Tapi lama-kelamaan Cindy melewati batasan.
"Jangan berani merendahkan Aurora di sini, Aurora adalah satu-satunya menantuku. Tidak akan pernah ada yang lain, kau... gadis licik dengan otak busuk, melihat semua sandiwara mu saja sudah membuat jijik. Kau pikir karena keluargamu adalah rekan bisnis suamiku, kami akan diam saja? Tidak jika itu menyangkut Aurora." Tekan Ibu Alvian.
Cindy terbelalak, tidak percaya jika orangtua Alvian pun membela Aurora. Kenapa mereka mendukung pelakor, dia ini pacar Alvian. Hanya dia yang pantas bersanding dengan Alvian Donovan.
"Tante egois sekali, kenapa Tante jodohin anak Tante sesuka hati? Alvian sukanya sama saya tante, jangan buat dia kesulitan dengan permintaan egois Tante." Ucap Cindy, masih saja tidak tau diri.
"Siapa yang menjodohkan siapa? Alvian sendiri yang menemukan Aurora, tidak ada yang memaksa karena kami hanya mendukung pilihan anak kami." Ucap Ibu Alvian, tegas tak terbantahkan.
"Ngga mungkin, ngga mungkin selera Alvian gadis kampung miskin. Ah, gimana kalau rumor ini tersebar ya? kira kira apa yang akan terjadi dengan kekuatan Donovan?." Ucap Cindy tersenyum smirk.
"Ya tidak akan terjadi apapun, memang fakta kok. Aurora bahkan sangat senang menunjukan sisi kampungnya, karena dia tidak punya gengsi. Daripada itu, bagaimana jika rekaman Cctv tindak kriminal yang kau lakukan pada Putraku di sebar? Ada 15 bukti Cctv yang sudah kami kantongi, 6 saksi yang siap memberikan keterangan. Kira-kira apa yang akan terjadi pada keluargamu?." Ibu Alvian mengancam balik.
"A-apa, aku ngga ngerti maksud Tante." Cindy panik.
"Aduh, aku tau kau dimanja. Tapi setidaknya kau harus tau, di dunia ini yang punya kuasa bukan hanya Ayahmu." Dingin Ibu Alvian.
"Itu fitnah, pasti akal akalan Aurora untuk menodai namaku." Ucap Cindy, Denial.
"CK dimana sih anak itu Nemu cewe gila begini, bikin pusing saja." kesal Ibu Alvian.
"Kasih tau saya ,dimana Alvian saat ini. Saya akan membujuk Alvian Tante, saya akan buktiin kalo cinta Alvian lebih besar untuk saya dibandingkan Aurora." Ucap Cindy bersikukuh.
"Dengan dirimu yang di tinggalkan seperti ini, sudah terlihat putraki cinta kepada siapa. Pergi sana, jangan pernah menginjakkan kaki disini, karena tempat ini tidak menerima orang gila." Dingin Ibu Alvian.
"TUNGGU!! ANDA TIDAK BISA MELAKUKAN INI." Teriak Cindy.
Ibu Alvian memanggil Bodyguard untuk menyeret Cindy pergi, Cindy merasa kemarahannya memuncak. Merasa buntu, tapi dia tidak mau menyerah, Alvian harus menjadi miliknya.
"Lihat aja setelah ini, gue yakin Lo bakal balik ke gue Al." Bisik Cindy, tidak tau malu.
Di rumah Aurora, kini sepasang suami istri muda itu sedang duduk di ruang keluarga. Makan makanan enak dan tidak mempedulikan berisiknya dunia luar, mereka menikmati hari dengan santai.
"Ra." Panggil Alvian.
"Apa?." Aurora menoleh.
"Gimana kalo kita motoran, jalan-jalan sore." Ajak Alvian.
"Tapi kan kita masih masa pemulihan, gimana kalo nanti kita dikeroyok lagi. Bisa mati konyol." Ujar Alvian.
"Emang lo ngga suntuk di rumah terus?." Tanya Alvian.
"Ngga, soalnya lagi cape." Ucap Aurora bersandar di sofa.
"Gara-gara semalem, maaf ya gue nggabisa berhenti." Ucap Alvian, merasa malu.
"Bukan nggabisa tapi nggamau." Sinis Aurora.
"Ya gimana, pengalaman pertama yang .... enak banget." Lirih Alvian.
Bugh!
"Mesum!!!." Aurora melempar bantal sofa, karena merasa salting.
"Hahahaha, ngomong-ngomong Lo pengen ke Desa Lo ngga?." Tanya Alvian.
"Kenapa tiba-tiba tanya?." Sinis Aurora.
"Yaa... siapa tau Lo pengen ke makam nenek Lo." Ucap Alvian.
Aurora termenung, sebenarnya dia ingin. Sangat ingin berziarah ke sana, tapi dia belum siap bertemu dengan penduduk Desa yang sudah memfitnah nya dengan keji.
"Untuk sekarang ngga." Lirih Aurora.
"Lo punya wish list?." Tanya Alvian.
"Punya lah." Ketus Aurora.
"Apa? biar gue yang kabulin semua wish list Lo." Ucap Alvian.
"Pertama, gue pengen sekolah di sekolah elite ternama. Kedua aku pengen punya pacar, ngrasain jalan-jalan ke banyak tempat, foto-foto kenangan, punya handphone canggih, naik gunung, sedekah, rajin ibadah, Haji, Umroh, Kurban. Pokoknya banyaakkkk, banyak bangettt wish list aku." Ucap Aurora.
"Beberapa udah tercapai, untuk punya pacar gaboleh ya. Udah diganti Punya Suami, kalo mau jalan-jalan ke banyak tempat, Ayo pergi penuhin semua wish list wisata yang lo pengen. Gue bakal wujudin semuanya, selagi dalam batas kemampuan gue." Ucap Alvian, tegas.
"Beneran?." Aurora menatap berbinar.
"Iya, serius. Anggap ini sebagai permintaan maaf tulus dari gue, gue harap hubungan kita bisa jadi lebih baik." Ucap Alvian.
"Bentar, Apa sih alasan kamu berubah sampai segitunya. Mencurigakan bangett tau, aku trust issue." Ucap Aurora, masih curiga.
"Gue sendiri nggatau, gue ngrasa sakit hati aja liat Lo nangis. Gue nggatau perasaan gue kaya gimana, cuma gue nggasuka liat Lo sedih, liat Lo nangis, liat Lo cuek kaya ngga ada semangat hidup. Tanpa sadar gue jadi pengen liat senyum Lo, liat binar di mata Lo. Pokoknya gue gatau kenapa." Alvian terlihat bingung sendiri, saat menjelaskan.
"Makasih Al, itu awal yang baik. Tapi ini kesempatan terakhir. Kalo kamu kecewain aku lagi, aku gaakan memaafkan lagi, kalau kamu ingkar janji artinya kamu siap menjandakan aku dan liat aku di pinang orang lain." Ucap Aurora, dia serius.
"Gue janji, Ra. Cuma gue butuh bantuan lo, gue cuma manusia biasa yang bisa aja bikin salah paham. Intinya kesalahpahaman kita kemarin karena kita kurang komunikasi kan, setelah ini gue bakal berusaha lebih terbuka sama Lo. Lo juga berusahalah lebih terbuka lagi, begitu pun dengan Lo. Jangan di Pendem sendiri, kalo marah ya marah aja, kalo mau nangis, nangis di depan gue." Ucap Alvian.
"Aku nggamau terlalu bergantung sama laki-laki." Tolak Aurora.
"Oke gue paham, Lo takut di kecewain kan? gue ngga akan maksa, tapi setidaknya Lo kasih gue feedback." Ucap Alvian.
"Kita jalanin aja, semoga sesuai dengan jalan yang kita mau." Ucap Aurora memutuskan.
"Oke, kalo Lo hamil?." Tanya Alvian tiba-tiba.
"Ya gimana, hamil ya hamil aja." Cuek Aurora.
"Lo ngga masalah punya anak di usia muda?." Ucap Alvian.
"Kalo rezekinya di kasih cepet, ya mau gimana lagi. Kalau lama pun ngga masalah, yang jadi Masalah itu kamu. Gimana kalau kita lama di kasih anak? apa kamu bakal selingkuh atau nikah lagi?." Tanya Aurora.
"Ngga, gue bakal tetep sama Lo mau punya anak mau ngga. Gue ngga peduli." Ucap Alvian.
Aurora hanya tersenyum tipis, berusaha percaya meskipun sedikit. Setidaknya, Alvian sudah berusaha menenangkan hatinya yang gundah gulana.