NovelToon NovelToon
Istri Kejam Sang Mafia

Istri Kejam Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Mafia / Pernikahan Kilat / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Naelong

Aurelia Valenza, pewaris tunggal keluarga kaya raya yang hidupnya selalu dipenuhi kemewahan dan sorotan publik. Di balik wajah cantik dan senyuman anggunnya, ia menyimpan sifat dingin dan kejam, tak segan menghancurkan siapa pun yang berani menghalangi jalannya.

Sementara itu, Leonardo Alvarone, mafia berdarah dingin yang namanya ditakuti di seluruh dunia. Setiap langkahnya dipenuhi darah dan rahasia kelam, menjadikannya pria yang tak bisa disentuh oleh hukum maupun musuh-musuhnya.

Takdir mempertemukan mereka lewat sebuah perjodohan yang diatur kakek mereka demi menyatukan dua dinasti besar. Namun, apa jadinya ketika seorang wanita kejam harus berdampingan dengan pria yang lebih kejam darinya? Apakah pernikahan ini akan menciptakan kerajaan yang tak terkalahkan, atau justru menyalakan bara perang yang membakar hati mereka sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naelong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aurelia Valenza

Malam itu, langit di atas kota Valenza tertutup awan tebal. Cahaya bulan tersembunyi, hanya meninggalkan sinar pucat yang terserak di antara kabut laut. Angin dari arah pelabuhan membawa aroma asin bercampur karat dan oli kapal.

Aurel melangkah keluar dari rumah besar Leonardo dengan wajah tanpa ekspresi. Gaun malam yang tadi ia kenakan kini telah berganti menjadi pakaian serba hitam: celana kulit ketat, jaket panjang, dan sepatu boot yang berderap ringan di lantai marmer. Rambutnya diikat tinggi, menampakkan garis rahang tegas yang biasanya tersembunyi di balik senyum lembutnya.

Salah satu pengawal mendekat, wajahnya cemas.

“Nyonya, apakah Tuan Leo mengizinkan Anda keluar malam ini?”

Aurel berhenti sejenak, menatap pengawal itu dengan tatapan dingin yang membuat lelaki itu menelan ludah.

“Apakah aku terlihat seperti wanita yang butuh izin untuk menyelamatkan suamiku?”

Pengawal itu langsung menunduk. “Tentu tidak, Nyonya. Saya—”

“Cukup. Siapkan mobil. Aku sendiri yang akan ke pelabuhan timur.”

Dalam waktu singkat, mobil hitam dengan kaca gelap sudah siap di depan gerbang. Aurel masuk tanpa banyak bicara. Saat mobil melaju meninggalkan halaman rumah, ia membuka ponselnya, menekan nomor yang hanya ia gunakan untuk urusan tertentu.

“Siapkan tim Delta,” suaranya datar namun tajam. "Langsung menuju pelabuhan timur. sekarang.”

“Baik, Nona,” jawab suara di seberang dengan nada hormat.

Aurel menutup telepon, matanya menatap lurus ke luar jendela. Lampu-lampu kota memantul di pupilnya seperti bara api. Dalam dirinya, rasa khawatir dan amarah bergumul jadi satu.

Leo… kau di mana sebenarnya? Dan siapa yang berani menyentuhmu di wilayahku?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pelabuhan timur

Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil berhenti di tepi pelabuhan tua. Suasana di sana sunyi, hanya terdengar suara rantai kapal bergoyang diterpa angin dan deburan ombak menghantam tiang dermaga.

Aurel turun dari mobil, langkahnya mantap meski jalanan dipenuhi genangan air asin. Lampu-lampu jalan sebagian mati, membuat tempat itu tampak seperti dunia yang ditelan kegelapan.

Ia berjalan menuju mobil hitam lain yang terparkir miring di pinggir gudang tua—mobil yang tadi dilaporkan milik Leo.

“Mobil Leo…” gumamnya lirih. Ia membuka pintu depan, melihat bekas darah tipis di setir.

Napasnya memburu. “Leo…?”

Tidak ada jawaban. Hanya suara laut dan desiran rantai baja.

Aurel menoleh ke arah gedung tua di dekatnya. Dindingnya penuh karat dan cat terkelupas, tapi cahaya samar dari jendela di lantai dua membuatnya curiga.

Ia menegakkan tubuh, menurunkan pistol kecil dari pinggangnya, dan melangkah perlahan ke dalam.

Langkah kakinya bergema pelan di lantai semen berdebu. Di sudut ruangan, ada bekas tali, kursi terbalik, dan bercak darah segar di lantai.

“Leo…” panggilnya lagi, kali ini sedikit lebih keras.

Masih tidak ada jawaban.

Ia melangkah lebih dalam, menyusuri lorong gelap yang hanya diterangi senter kecil dari ponselnya. Angin dari celah jendela menimbulkan suara siulan menyeramkan.

“Leo, kalau ini salah satu permainanmu…” katanya pelan, “aku bersumpah, kau akan menyesal membuatku datang ke tempat busuk seperti ini.”

Namun langkahnya berhenti tiba-tiba. Di ujung lorong, terdengar suara logam jatuh.

Teng…!

Aurel refleks mengangkat pistol. “Siapa di sana?”

Tidak ada sahutan.

Dengan hati-hati, ia maju beberapa langkah. Ketika ia menoleh ke arah suara, hanya seekor kucing liar yang berlari keluar dari tumpukan besi tua.

Aurel mendesah kecil, menurunkan pistolnya. “Hebat, Aurel. Kau bahkan dikagetkan kucing.”

Ia berbalik, hendak keluar dari gedung itu dan memeriksa gedung sebelah. Tapi baru beberapa langkah, ponselnya bergetar—panggilan dari salah satu anggota timnya.

“Nona, kami sudah di pelabuhan timur. Posisi Anda di mana?”

“Dekat gudang B7,” jawab Aurel cepat. “Cari Leo di sekitar sini. Mobilnya sudah kutemukan, tapi dia tidak ada.”

“Baik, kami ke sana.”

Ia menutup panggilan dan keluar dari gedung pertama, menuju gedung kedua yang letaknya beberapa meter di seberang. Gedung itu lebih besar, dengan tulisan pudar “WAREHOUSE 03” di atas pintu besi.

Aurel mendorong pintu berat itu perlahan. Suara engsel berderit memecah keheningan.

Di dalam, ruangan tampak kosong. Hanya ada beberapa peti kayu tua dan drum besi berkarat. Tapi hawa di dalamnya terasa aneh—seperti ada banyak mata mengawasinya dari kegelapan.

“Leo…” panggilnya lagi, kali ini suaranya menggema.

Sunyi.

Langkahnya makin cepat, menembus bayangan menuju tengah ruangan.

Tiba-tiba, dari belakang tumpukan peti, muncul sosok-sosok berpakaian gelap. Lima, enam, tujuh orang. Wajah mereka tertutup masker kain, tangan membawa besi dan pisau.

Aurel berhenti, menatap mereka tanpa gentar.

“Kalian siapa?”

Salah satu dari mereka tertawa kasar. “Yaa… tentu kami hanya ingin bersenang-senang, nona. Gadis secantik kamu… sayang kalau dilepaskan begitu saja.”

Tawa mereka bergema di seluruh ruangan, menjijikkan.

Aurel menghela napas pelan, meletakkan pistol di lantai dengan sengaja. “Kalian ingin bersenang-senang?” tanyanya datar. “Baiklah. Mari kita bersenang-senang.”

Satu dari mereka melangkah maju, tertawa kecil. “Aku suka perempuan yang berani.”

Belum sempat tangannya menyentuh Aurel, tubuhnya sudah melayang ke belakang akibat satu tendangan keras di dada. Suara tulang retak terdengar jelas.

Preman lain memaki dan menyerang bersamaan, tapi Aurel bergerak secepat kilat. Tangannya menangkis, kakinya menendang, memutar, menghantam satu per satu dengan presisi.

Dalam hitungan detik, tiga orang terkapar.

“Masih mau bersenang-senang?” serunya dingin, mengambil kayu panjang di dekat drum.

Salah satu dari mereka mencoba menyerang dari belakang, tapi Aurel berputar cepat, menghantam wajah pria itu hingga berdarah. Ia menatap mereka dengan mata menyala—bukan seperti gadis lembut yang biasa mereka kenal, melainkan seperti predator yang bangkit dari kegelapan.

“Haa… kalian masih berani meremehkan perempuan?” bentaknya, menghantam lagi salah satu dari mereka hingga terjatuh pingsan.

Aurel berhenti hanya saat satu-satunya pria yang masih bisa berdiri berlutut di depannya, gemetar.

“Ampun, nona… mohon, ampun…”

Aurel menatapnya dingin. “Siapa yang menyuruh kalian?”

Pria itu menunduk, tak berani bicara. Aurel memegang dagunya kasar. “Jawab!”

“K… kami… hanya disuruh… seseorang…”

“Siapa namanya!”

“Dia… dia bilang jangan sebut namanya kalau masih mau hidup…”

Aurel mendengus kesal, melempar pria itu ke dinding. “Sampah.”

Ia melangkah mundur, berniat keluar dari gedung itu untuk menghubungi timnya. Tapi baru saja ia hendak menjejakkan kaki di ambang pintu, suara berat terdengar dari arah pintu masuk.

“Akhirnya…”

Langkah sepatu berat terdengar mendekat, disertai bayangan panjang yang tertarik oleh cahaya lampu rusak di langit-langit.

“...kau tunjukkan aslimu juga, Aurel.”

Aurel membeku di tempat. Suara itu…

Bersambung.....

1
Eka Putri Handayani
kak pembaca yg melunjak ini boleh minta up nya dilebihkan gak? gak puas baca kak😫tp ttp smngt ya kak tolong kak lebihkan up nya
Naelong: makasi🩵. di usahain up nya di lebihkan ya☺
total 1 replies
Eka Putri Handayani
uh dalam mimpi km bisa rebut leo🤣pulu² mau disandingkan sm berlian ya mana bisa, terlalu menganggap aurel reme bngt dasar orng serakah
Ode Nael: betul.. betul.. dasar Bianca.
total 1 replies
Eka Putri Handayani
lanjut pokoknya kak, ttp smngt ya😍
Naelong: makasi sudah mampir🩵
total 1 replies
Eka Putri Handayani
ih siapa ya? apa jangan² leon ya yg menguji aurel
Naelong: siapa yaa??
total 1 replies
Eka Putri Handayani
smngt thor😍
Naelong
sabar yaa☺
Eka Putri Handayani
bagaimana maksudnya thor? kakeknya aurel suka gtu sm menantunya? atau bagaimana ya aku kok krng paham
Naelong: maaf typo, harusnya kakek Aurel sangat menyanyangi mami Aurel.
total 1 replies
Eka Putri Handayani
uh dasar pulu² serakah, itu jg ayahnya aurel knp gak bisa tegas bngt
Naelong: karna terlalu cinta sama istri ke duanya
total 1 replies
Emi Widyawati
bagus sekali, cerita berbeda, karakter kuat. good job thor 👍👍👍
Naelong: makasi sudah mampir☺
total 1 replies
sukahati
Lanjut thor
Naelong: masih sementara di reviuw. di tunggu kelanjutannya. makasi sudah mampir☺
total 1 replies
Asryani ode123
sangat keren ceritanya
Naelong: terimakasi
total 1 replies
Asryani ode123
mantap ceritanya smoga smpai tamat iya.
Naelong: makasi🙏
total 1 replies
Naelong
makasi sudah mampir ☺🙏
Eka Putri Handayani
keren sih, smg ramai yg baca, ttp smngt thor
Naelong: makasi☺
total 1 replies
Ode Nael
ceritanya bagus
Bé tít
Gemesin banget nih karakternya, bikin baper!
Waode Agustina08
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!