Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 19
"Mas kamu mau kemana?" tanya Bella melihat Azka yang ingin pergi, padahal pria itu baru saja pulang.
"Aku mau ke rumah Ibu," ucap Azka singkat sambil mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja.
"Ke rumah Ibu? Aku ikut ya, Mas."
Azka membuang napasnya kasar mendengar permintaan istrinya itu. Dia menatap Bella dengan kesal, sambil berusaha mengatur emosinya. Tingkah Erinna yang selalu berbuat seenaknya saja sudah membuat kepalanya ingin meledak, ditambah lagi dengan sikap manja Bella yang selalu ingin ikut bersamanya, membuatnya semakin frustasi pada poligami yang telah dia lakukan.
Dia mengira semuanya akan baik-baik saja setelah pernikahannya dengan Bella, dia akan mendapat pekerjaan yang layak, Denis mendapatkan perawatan yang bagus, tentu Erinna akan menurut dan mengikuti semua perintahnya. Namun, teryata dugaannya salah besar, wanita yang lemah lembut dan selalu menuruti semua perkataannya berubah menjadi wanita pembangkang dan keras kepala. Wanita itu juga sama sekali tidak menghormati Ibunya lagi, sehingga membuatnya sibuk untuk melerai keduanya.
"Sayang! Kamu di sini aja ya. Keadaannya tidak baik sekarang, kasihan bayi kita jika harus menyaksikan keributan ini."
Mendengar ucapan Azka, Bela hanya tersenyum kecil. Dia merasa jika ini adalah sebuah kabar baik untuknya. Jika Erinna selalu membuat masalah, sudah di pastikan Azka akan muak dan memilih untuk menceraikan wanita itu. Jadi, dia akan menjadi istri satu-satunya Azka tanpa harus mengotori tangannya.
"Baiklah! tapi kamu jangan lama pulangnya ya." Bella tersenyum manja sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit.
"Ia, Sayang!" Azka mengelus puncak kepala wanita itu dengan lembut lalu mencium keningnya, tidak lupa dia mencium perut Bella terlebih dahulu lalu melangkahkan kakinya keluar.
Bella hanya tersenyum sinis menatap punggung pria itu yang mulai hilang dari balik pintu. Dia membaringkan tubuhnya di atas ranjang sambil membayangkan kebahagiaan yang sebentar lagi dia dapatkan secara utuh, tanpa harus berbagi dan mencari alasan untuk selalu bersama. Dia juga sudah mulai muak dengan semua drama ini, terlebih lagi dia takut jika kebenaran terbongkar. Bella Anatasya, pewaris tunggal pemilik perusahaan ternama ternyata istri kedua dari karyawannya sendiri, mau taruh dimana wajahnya jika itu sampai terjadi.
Sedangkan Azka fokus mengemudikan mobilnya menuju kediaman sang ibu. Dia menginjak gas lebih kuat agar bisa sampai secepatnya. Sorot matanya begitu tajam, di ikuti dengan rahang tegas yang menyimpan amarah yang siap untuk diluapkan. Dia sudah bosan, dia bosan akan aduan yang datang silih berganti. Erinna tidak pulang, Erinna membantah Ibu, Erinna .... Erinna .... Erina, nama itu selalu di sebut saat menerima telepon dari sang Ibu.
Namun, kali ini sudah kelewat batas. Erinna pulang pagi-pagi sambil membawa begitu banyak belanjaan mewah. Sehingga membuat pikiran Azka langsung melayang entah kemana. Dia mengingat perkataan Erinna tempo lalu, jika dia ingin menjadi wanita panggilan, awalnya dia ragu dengan perkataan istrinya itu. Namun, melihat tingkah wanita itu yang tiba-tiba sering pulang dengan barang mewah membuatnya hilang kepercayaan terhadap istrinya. Namun, siapa pria yang mau membeli tubuh Erinna? pertanyaan itu terus berputar di otaknya, walaupun sebenarnya dia juga kagum akan kecantikan wanita itu sekarang.
Setelah sampai, dia dengan cepat turun dari mobil sambil melangkahkan kakinya memasuki rumah dengan tergesa-gesa. Dia menatap Erinna sedang duduk santai di kamar sambil memainkan ponsel. Azka mengerutkan keningnya bingung melihat ponsel yang ada di tangan Erinna, ponsel itu bukan ponsel yang dia berikan.
"Dari mana saja kamu?" tanya Azka menatap tajam Erinna.
Erinna menatap pria itu sekilas sambil membuang napasnya kasar. "Dari rumah sakit."
"Jangan bohong kamu! Kamu tidak ada ke rumah sakit satu hari ini," ucap Azka dengan suara meninggi dia menatap tajam wanita yang ada di depannya itu dengan tatapan penuh amarah.
Erinna tersenyum sinis mendengar ucapan pria itu, tidak ada kesedihan ataupun rasa takut. Dia meletakkan ponselnya lalu berdiri di depan pria itu dengan tatapan menantang."Sejak kapan kamu perduli tentangku?"
Azka mengepalkan tangannya geram, dia berusaha mengontrol emosinya agar tidak meluap. Memang dia bukan sosok suami yang baik, tetapi dia tidak pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Jangankan melakukan kekerasan, dia meninggikan suara saja Erinna langsung menangis, dan langsung mengaku salah, walaupun penyebab pertengkaran mereka bukan kesalahannya. Namun, itu adalah Erinna yang dulu, bukan wanita yang berdiri di depannya saat ini.
"Darimana kamu mendapatkan uang untuk membayar tagihan rumah sakit?" tanya Azka dengan sangat tegas.
Mendengar pertanyaan Azka, tentu membuat Erinna juga ikut bingung. Sama seperti Azka, dia juga mengira jika pria itu yang membayar tagihan rumah sakit, lagipula dari mana dia mendapat uang sebesar itu? Dia juga bertahan dalam pernikahan ini hanya untuk biaya pengobatan Denis.
"Itu bukan urusanmu." Erinna berusaha terlihat biasa saja, walaupun dia terkejut dengan pertanyaan pria itu.
Tanpa banyak bicara, Azka langsung bergegas ke lemari. Dia melihat beberapa pakaian baru yang masi berada di paper bag, dia langsung mengambil baju itu dan melemparkannya ke wajah Erinna. "Jual diri kepada siapa kamu?"
Plak....
Tanpa banyak bicara, satu tamparan langsung meluncur ke wajah Azka. Dia refleks memegang wajahnya yang terasa panas sambil menatap Erinna yang menatapnya penuh emosi. Melihat amarah wanita itu, lidah Azka terasa kaku, dia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun lagi.
"Walaupun aku jual diri, setidaknya aku tidak menjadi pengemis kepada suamiku sendiri. Sebagai seorang pria, seharusnya kau koreksi dirimu, kenapa istrimu sampai menjual tubuhnya?" Erinna menatap tajam Azka penuh amarah. "Kamu yang memulai permainan ini, Mas. Jadi, bukan salahku mengikuti permainanmu. Aku sudah melewati garis start. Jadi, aku tidak akan berhenti sampai aku berhasil melewati garis finish."
Bersambung.....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜