NovelToon NovelToon
Aku Pergi...

Aku Pergi...

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Luna Maharani.

Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.

Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.

“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”



Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.

Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.

Luna.

Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.

Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21

Flashback On...

Pagi itu, langit kota masih diselimuti warna keemasan mentari yang baru muncul.

Mobil hitam milik Jovandra Millanoz, CEO muda Millanoz Group, melaju pelan di jalan utama menuju kantor pusat perusahaan.

Biasanya, perjalanan pagi seperti ini selalu ia gunakan untuk meninjau laporan atau membalas email penting. Namun hari ini, pandangannya teralihkan oleh sesuatu yang tidak biasa.

Dari balik kaca mobil, ia melihat seorang gadis muda turun dari taksi di tepi jalan.

Langkahnya tergesa tapi anggun, ia segera menghampiri seorang nenek-nenek yang tampak kesulitan menyeberang di tengah lalu lintas pagi yang padat.

Tanpa ragu, gadis itu menuntun sang nenek hingga ke seberang dengan hati-hati.

Pemandangan sederhana itu entah kenapa membuat Jovan menahan napas sejenak.

Cahaya matahari pagi menimpa wajah gadis itu, lembut, alami, dan bersinar.

Senyumnya ketika sang nenek mengucapkan terima kasih membuat dada Jovan terasa berdesir.

Jarang sekali, pikirnya, di dunia yang sibuk dan egois ini masih ada orang yang rela berhenti hanya untuk menolong orang lain.

Tanpa sadar, sebuah kata lolos dari bibirnya, lirih tapi tulus.

“Cantik…”

Sopirnya menoleh sekilas lewat kaca spion,

"Ada apa tuan?."

"Tidak ada apa-apa." ucap Jovan segera mengalihkan pandangannya, kembali menatap lurus ke depan seolah tak terjadi apa-apa.

Namun, bayangan gadis itu terus menghantui pikirannya sampai mobilnya berhenti di pelataran kantor.

Begitu memasuki lobi utama Millanoz Group, semua mata langsung menunduk.

Kehadiran Jovandra Millanoz selalu membawa aura yang berat, dingin, tegas, dan berwibawa.

Setelan jas hitamnya rapi sempurna, ekspresinya nyaris tak pernah berubah.

Namun langkahnya tiba-tiba terhenti.

Di deretan kursi depan, ia melihat para mahasiswa magang sedang menunggu giliran dipanggil HR.

Dan di antara mereka, gadis itu lagi.

Gadis yang tadi ia lihat di jalan kini duduk tenang sambil merapikan map di pangkuannya.

Rambut hitamnya jatuh menutupi sebagian pipi, dan mata itu... ya, mata yang sama yang memancarkan ketulusan saat menolong orang tua tadi.

Ada sesuatu di dalam diri Jovan yang menolak untuk berpaling.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, pikirannya terasa terusik oleh kehadiran seorang gadis. Selama ini tidak ada gadis yang bisa membuatnya setor tarik ini, bahkan terkadang Jovan mempertanyakan apakah dirinya normal atau tidak kenapa ia sama sekali tidak tertarik dengan yang namanya wanita. Tapi kali ini.....

Ia menoleh pada asisten pribadinya, Damian, yang berdiri tak jauh di belakang.

“Damian,” ucapnya tenang tapi tegas.

“Ambilkan daftar nama dan CV seluruh peserta magang yang datang hari ini.”

“Baik, Bos.”

Damian adalah sahabat Jovan sedari kecil, mereka selalu tumbuh bersama dan Jovan pulalah yang meminta Damian untuk menjadi sekretaris pribadi sekaligus asisten pribadinya. karena Jovan sangat sulit untuk mempercayai orang lain. dan yang paling penting hanya Damian yang mengerti akan semua sifat Jovan.

Beberapa menit kemudian, Damian kembali membawa tumpukan map dan menyerahkannya ke tangan Jovan.

Dengan santai, Jovan berdiri di dekat jendela besar ruangannya dan mulai menelusuri satu per satu berkas.

Hingga matanya berhenti pada satu nama.

“Anisa Putri F....”

Ia membaca CV itu dengan seksama, mahasiswa penerima beasiswa penuh, aktif di berbagai kegiatan sosial, nilai akademiknya nyaris sempurna.

Ada sesuatu yang berbeda dari gadis ini, sesuatu yang menarik perhatiannya sejak pertama kali ia lihat.

“Mahasiswa beasiswa penuh,” gumamnya pelan. “Menarik.”

Jovan menutup map itu, lalu menatap Damian yang menunggu instruksi.

“Pindahkan gadis ini ke posisiku. Ia akan menjadi sekretaris pribadiku selama masa magang.”

Damian menatapnya kaget. “Sekretaris pribadi lo, Bos? Tapi... posisi itu sensitif. Anak magang dan staff lain mungkin...”

“Jika ada yang ingin protes,” potong Jovan dingin, “suruh mereka bicara langsung sama gue.”

Nada suaranya rendah, tapi cukup untuk membuat siapa pun tak berani menentang.

Damian menunduk dalam. “Baik, Bos. Akan gue atur segera.”

"Dan satu lagi Demian gue mau lu cari semua informasi tentang gadis itu, dan jangan ada yang tertinggal."

"Loo kenapa bos, lo sehat kan?."

"Gue sehat."

"Jangan bilang lo jatuh cinta sama cewek itu bos."

"Lo mau gua pecat?."

"Jangan Bos, oke deh nanti gue selidiki semuanya."

Begitu Damian keluar dari ruangan, Jovan kembali menatap ke arah taman kecil di bawah gedung, tempat para peserta magang berkumpul.

Dari balik kaca, ia melihat Anisa tertawa kecil bersama sahabatnya. Senyumnya sederhana, tapi mampu membuat hati yang beku sekalipun terasa hangat.

Sebuah senyum samar muncul di bibirnya, sesuatu yang bahkan dirinya sendiri tak sadari.

“Mari kita lihat,” gumamnya pelan.

“Sejauh apa kamu bisa bertahan di dunia ini, my sunshine...”

Sementara itu Damian menggerutu kesal dalam perjalanannya menuju ke aula pertemuan..

"Gila si Bos, sekalinya jatuh cinta bikin nyawa gue di ujung tanduk, Tapi nggak papa gue senang ternyata dia normal, gue pikir dia belok dan suka sama gue."ucap Damian terkekeh sendiri sibuk dengan pikirannya.

Flashback Off..

Jam di dinding menunjukkan pukul 21.00 WIB saat Nisa akhirnya tiba di apartemen.

Tubuhnya terasa begitu lelah dan pegal setelah seharian bekerja serta menempuh perjalanan jauh dari kantor Millanoz Group.

Ia hanya ingin mandi, lalu beristirahat.

Hari ini benar-benar melelahkan, tapi di sisi lain, ia juga tak sabar menyambut hari pertamanya sebagai sekretaris pribadi Jovandra Millanoz esok pagi.

Air hangat dari shower seolah menenangkan tubuhnya yang kaku. Ia menghela napas lega, menatap pantulan dirinya di cermin, dengan lingkaran mata hitam dan pipi yang sedikit pucat.

Namun baru saja ia melangkah keluar dari kamar mandi, ketukan keras di pintu kamarnya menggema.

"Anisa! Buka pintunya!”

Suara itu…suara Luna.

Dengan langkah ragu, Anisa membuka pintu.

Di hadapannya berdiri Luna dengan wajah cemberut, rambut acak, dan nada suara tinggi yang terdengar memerintah.

“Gue lapar! Buatin nasi goreng, sekarang.”

Anisa menatapnya dengan tenang, mencoba tetap sopan meski lelah.

“Maaf,Mbak... aku baru saja sampai dan sangat capek. Besok aku juga harus bangun pagi, takut telat ke kantor. Aku....”

Namun kalimat itu bahkan belum selesai...

Plakkk!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kirinya.

Kepalanya menoleh spontan, dan dari sudut bibirnya mengalir sedikit darah.

Matanya bergetar menahan air mata, tapi Luna justru semakin menggila.

“Berani banget lo nolak perintah gue, hah?! Jangan lupa lo itu cuma numpang di apartemen ini! Kalau bukan karena Bima, lo udah gue usir dari sini!”

Suara Luna bergema tajam di ruangan sempit itu.

Namun kali ini, Anisa tak ingin diam. Dengan suara pelan tapi tegas, ia menatap balik.

“Aku tahu posisiku, mbak. Tapi di kontrak pernikahan aku dan Mas Bima, tidak tertulis kalau aku harus melayani siapa pun di sini. Aku cuma menjalankan kewajibanku di depan orang tuanya. Bukan di sini…”

Ucapan itu malah membuat Luna makin murka.

Wajahnya berubah merah padam. Ia maju, menyentak rambut Anisa dengan kasar hingga tubuh gadis itu terhuyung lalu terhempas ke lantai.

“Berani banget lo ngelawan gue!”

Anisa meringis kesakitan. Kepalanya berdengung. Air matanya jatuh tanpa bisa ditahan.

Namun di tengah amarahnya, suara pintu apartemen terdengar terbuka.

Klik…

Langkah kaki berat terdengar masuk. Luna yang mendengar itu segera berubah wajah.

Ia menatap sekilas Anisa yang masih di lantai, lalu dengan cepat membenturkan kepalanya sendiri ke pintu kamar hingga berdarah sedikit, kemudian menangis keras.

"Beb!!! Tolong aku!!! Nisa nyerang aku!!!”

Bima yang baru masuk langsung terkejut melihat kekacauan itu.

Pandangan pertamanya tertuju pada Luna yang menangis dengan darah di pelipisnya, lalu ke arah Anisa yang masih terduduk di lantai dengan wajah lebam.

Namun tanpa berpikir panjang, ia langsung menarik tangan Anisa dan menamparnya keras.

PLAKK!

“Lo keterlaluan, Nisa! Apa lo sudah gila, kenapa lo nyakitin Luna?!”

Anisa menatapnya dengan mata berkaca, berusaha bicara, tapi suaranya tercekat.

“Aku… aku nggak...."

Namun Bima sudah menatapnya dingin. Ia lalu merangkul Luna, membantu gadis itu berdiri, dan membawanya masuk ke kamar tanpa menoleh sedikit pun pada Anisa yang masih terjatuh di lantai.

Pintu kamar mereka tertutup keras.

Dan untuk pertama kalinya, Anisa menangis sejadi-jadinya di kamar yang kini terasa begitu asing baginya.

“Kenapa aku harus ada di sini…”

suaranya lirih, nyaris tak terdengar.

1
Ma Em
Anisa kalau Luna berbuat macam macam pada Anisa lawan saja jgn mau dihina atau diinjak injak harga diri Anisa , Anisa bkn babu tapi istri sah daripada Luna cuma selingkuhan , Anisa berhak usir Luna dari apartemen yg Anisa tinggali dan kalau Bima marah lawan jgn diam saja .
Ma Em
Cepatlah enam bulan berlalu agar Anisa bisa secepatnya meninggalkan Bima , semoga Anisa berjodoh dgn Jovan .
Ma Em
Anisa semangat dan sabar semoga enam bulan cepat berlalu lalu tinggalkan Bima seumpama Bima berubah jadi jatuh cinta sama Anisa jgn mau terima biarkan Bima dgn Luna , semoga Anisa bisa berjodoh dgn Jovan dan berbahagia .
Ma Em
Thor banyak typo harusnya disita negara bkn disiksa negara 🙏🙏
Call Me Nunna_Re: nanti di revisi ya kak🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!