Grace Li selalu mencintai Ethan dalam diam. Tak pernah berani berharap, sampai takdir mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan yang terpaksa harus mereka jalani.
Sayangnya, meski Grace Li adalah istri sah, hatinya bukanlah tjuan cinta sang suami. Semua kasih sayang lelaki itu justru tertuju pada adiknya.
Namun, bukankah waktu bisa mengubah segalanya? Akankah pernikahan tanpa cinta ini prlahan melahirkan rasa yang tulus?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERPOTEK-POTEK
Ethan memicingkan alisnya lalu tersenyum senang, “Kalau jadwalnya padat seperti ini, itu artinya dia tidak ada waktu melirik pria-pria muda itu!”
Ethan membasahi bibirnya seraya berkata kepada Sekretaris Mei. “Apa jadwalku hari ini!”
“Tidak ada, sudah selesai semua!” kata Sekretaris Mei.
Ethan sedikit tercengang, bukankah biasanya jadwal dia padat. Melihat wajah tidak percaya Ethan, Sekretaris Mei pun membacakan jadwalnya. Sebelum kedatangannya, waktu kerja Ethan banyak diinterupsi oleh Sarah sehingga menjadi tertunda selesainya.
Kali ini Sekretaris Mei. Benar-benar suda mengembalikan jalur jam kerja Ethan. “Hmm… begitu ya!” katanya pelan.
Merasa jadwal kerjanya sudah tidak ada lagi hari ini Ethan pun langsuan berdiri. “Ayo temani aku!”
“Kemana?” tanya Sekretaris Mei sambil mengikuti langkah Ethan.
“Temani aku belanja!” kata Ethan.
Mereka pun tiba di salah satu mall terbesar yang ada di bawah naungan grup Mo. Dia masuk ke butik busana pria, The Heirs. Ethan menatap sebentar lalu menunjuk setelan jas yang dia mau. Pilhan dia kali ini, terlihat berselera anak muda.
Sekretaris Mei memicingkan matanya, seraya berpikir, “Apa ada yang salah dengannya!”
Mereka pun keluar masuk dari satu butik ke satu butik yang lain. Sepatu, jaket, tas. Kaos, semua yang Ethan beli benar-benar model yang sedang digandrungi anak muda.
Para anak muda sekarang memiliki selera yang unik, ekspresif, dan berani bereksperimen. Mereka tidak hanya sekadar mengikuti tren, tapi lebih menekankan pada identitas diri.
Tangan Ethan mengambil sebuah kaos oversized putih dengan grafis retro berwarna terang, lalu dipadukan dengan celana cargo abu-abu yang longgar. Ethan juga sempat mencoba hoodie hitam polos, namun akhirnya memilih kemeja kotak-kotak lengan panjang untuk dilapisi di atas kaos agar terlihat lebih santai namun tetap berkarakter.
“Bagaimana, cocok tidak?” tanya Ethan kepada Sekretaris Mei.
“Apa ada acara tertentu yang harus kau hadiri?” tanya Sektretaris Mei sembari mencoba mengecek jadwal kerja Ethan yang tersimpan di tabletnya.
“Tidak ada acara apa-apa! Hanya saja ingin berpakaian seperti ini!” Kata Ethan sambil mematut-matut diri di depan cermin.
“Kak Ethan!” panggil Sarah.
Sekretaris Mei langsung memutar bola matanya. Merasa Sarah ini benar-benar penguntit, Melihat ini sudah lewat dari jam kerja, maka Sekretaris Mei tidak setegas jika masih di jam kerja.
Sarah mengambil tangan Ethan, “Bisa kita bicara!”
Ethan melirik ke Sekretaris Mei. Melihat CCTV bernyawa itu tidak bereaksi dia pun berkata, “Kau pulang saja, istrahat lebih awal.Eum… dan ini biarkan aku yang membawa!”
Sekretaris Mei menganggukan kepalanya, lalu pergi meninggalkan mall itu. Ethan sambil menjinjing tas belajaaan, mengajak Sarah ke restoran terdekat.
Mereka duduk di kedai teh, duduk saling berhadapan. Ethan meletakan tas belanjaan yang besar di bawah, dan yang kecil dia letakan di atas meja.
Ethan pergi ke toilet, sementara Sarah merasa penasaran dengan kotak kecil yang ada di dalam tas belanja yang ada di atas meja.
Dengan perlahan sarah mengeluarkan kotak itu. Wajahnya langsung membeku ketika melihat cincin berlian yang sangat indah. Dengan cepat dia pun memakai dan memfotonya Lalu memasukan kembali cincin itu ke dalam kotak, Seakaan tidak terjadi apa-apa.
Ethan kembali dari toilet. Sarah pun mencoba memberikan senyuman termanisnya. “Kak Ethan, kau belanja banyak sekali. Untuk siapa?”
“Untuk aku pakai!” kata Ethan sedikit acuh tak acuh seraya mengambik tas kecil berisi kotak cincin tadi.
Hati sarah terasa terpotek-potek mengetahui kenyataan cincin yang tadi itu bukan untuknya. Dengan binar mata berkaca-kaca, dia berkata kepada Ethan. “Kak Ethan, apa kau akan pergi meninggalkanku?”
Ethan menghela napas seraya menggenggam tangan Sarah. “Kenapa kau berpikir aku akan seperti itu?”
“Sepertinya kau sekarang lebih memperhatikan Grace!” jawab sarah dengan nada suara menyedihkan.
“Aku dan dia, hanyalah… sepasang suami istri di atas kertas!” kata Ethan dengan nada datar.
“Benarkah? Tidak terjadi apa-apa diantara kalian. Kau tidak sedang jatuh cinta kepadanya kan?” tanya Sarah lagi.
Ethan tersenyum lembut kepada sarah seraya mengelus-elus lembut pergelangan tangan Sarah. “Apakah masih terasa sakit?”
“Kadang-kadang, tidak selalu setiap hari, Eum… tapi sering!” jawab sarah dengan nada lemah lembut.
Ethan mengkecup pergelangan tangan Sarah seraya berkata, “Aku akan selalu menjagamu!”
Mendengar janji Ethan, maka sarah pun langsung tersenyum puas seraya berkata. “Aku percaya padamu!”
Ethan pun mengantar Sarah pulang, begitu sampai di kediaman Li, setelah melepas kepergian Ethan. Sarah segera masuk ke kamarnya. Lalu dia mulai mengirimkan cincin yang tadi dia sematkan sendiri ke tangannya.
“Bagus tidak Kak, ini dibelikan Kak Ethan! Tanya sarah dengan sengaja.
Grace yang saat ini masih disibukan dengan pembukaan Resort baru, tidak begitu memperhatikan. Dia hanya mengirim pesan singkat. “Bagus!”
Melihat respon Grace seperti tidak menganggap hal itu penting, tidak terprovokasi. Hatinya merasa kesal.
Ekspresi Sarah terlihat muram, kakinya menghentak-hentak lantai dengan kesal. Sejak tadi Sarah berusaha menyalakan bara di hati Grace, membisikkan hal-hal buruk tentang suaminya, menyindir, bahkan menyelipkan cerita yang dipelintir agar kakaknya itu marah.
Namun hasilnya nihil, Grace sama sekali tidak terpancing. Sarah merasa semua provokasi yang disusunnya matang-matang berantakan begitu saja.
Sarah menggertakkan gigi, lalu mendengus panjang.
Hatinya penuh rasa tidak puas, karena usahanya sia-sia. Dia menginginkan keretakan, ingin melihat Grace membenci Ethan, bahkan berharap keduanya bercerai.
Dalam hati kecil Sarah, ada rasa iri yang tak terucap. Kebencian semakin membara menancap di hati Sarah. Bagaimanapun juga dia harus menjadi Nyonya Muda Mo. Dia harus bisa menyingkirkan Grace dari keluarga Mo.
“Kenapa dia yang mendapatkannya? Kenapa bukan aku?” katanya dalam hati.
Semakin sarah memikirkan, semakin kuat perasaan itu menusuk. Dia merasa hidupnya tidak adil, kakaknya seolah punya segalanya, sementara dirinya hanya menjadi bayangan yang tak dianggap.
Dengki itu membuat hatinya gelap. Sarah mulai merencanakan sesuatu, bukan lagi sekadar provokasi. Dia ingin menghancurkan hidup Grace, entah bagaimana caranya. Dalam benaknya, perceraian bukan lagi tujuan, melainkan pembalasan.
Sarah tersenyum miring, senyum yang lebih mirip kilatan racun. Dia akan mencari cara lain, sesuatu yang lebih menusuk, lebih menyakitkan, dan bisa meretakkan kepercayaan di antara semua orang.
Perasaan iri itu kini menjelma menjadi tekad kelam. Bukan lagi sekadar ingin kakaknya marah, melainkan ingin melihat Grace hancur sampai titik terendah.
Grace saat ini tidak mau meperdulikan apa yang terjadi antara Sarah dan suaminya. Dia hanya ingin melewati masa tengang perceraiannya tanpa harus menguras hati. Tepat di tengah malam Grace kembali ke rumah.
Siapa sangka, Ethan sudah menunggunya, lalu tba-tiba saja menyodorkan sebuah kotak kecil. “Untukmu!”
" Hati yang busuk mengeluarkan napas yang bau "
🤣🤣🤣🤣 bangun tidur uda bau..walaupun cantik juga...Sekretaris Mei bisa aza...Sarah diam membisu...🤭🤭🤭🤭
kudu di kubek otak c e ny
c j pede bed,,org lg ngejar grace
nat tegas lu