Di era teknologi yang melesat bak roket, manusia telah menciptakan keajaiban: sistem cerdas yang beroperasi seperti teman setia. Namun, Arcy, seorang otaku siswa SMA kelas akhir, merasa itu belum cukup. Di puncak gedung sekolah, di bawah langit senja yang memesona, ia membayangkan sistem yang jauh lebih hebat—sistem yang tak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada kekuatan energi spiritual, sebuah sistem cheat yang mampu merajut takdirnya sendiri. Mimpi itu, terinspirasi oleh komik-komik isekai kesukaannya, membawanya ke petualangan yang tak terduga, sebuah perjalanan untuk mewujudkan sistem impiannya dan merajut takdir dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evolved 2025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aturan Dilanggar
Arcy membawa siswi itu ke belakang gedung, menyandarkannya di dinding.
Ia menatap siswi itu yang tak sadarkan diri. Arcy menghela nafas berat, merasa gila pada dirinya sendiri, karena nekat melompat dari ketinggian.
Ia juga kesal dengan gadis ini, ia tidak tahu apa yang di alaminya, sampai dia ingin mengakhiri hidupnya, sepertinya dia mengalami tekanan berat, dan mencoba bunuh diri.
Gadis itu membuka mata perlahan. Arcy menengok, memperhatikan. "Sudah sadar?"
“Dimana… aku?” tanya gadis itu melihat sekeliling, ada siswa disampingnya.
Ia teringat kejadian sebelumnya, saat dirinya meloncat dari atas gedung, menatap langit yang semakin menjauh, sesaat ia melihat seorang siswa terjun dari jendela.
Sebelum ia mati, ia masi sempat-sempatnya dikejutkan oleh tingkah gila seseorang.
‘Apa yang coba dia dilakukan?’
Dari sudut pandangnya, anak lelaki itu tampak seperti kesetrum, tubuhnya berkilat-kilat sambil mendekatinya. Semakin mendekat, semakin ia merasakan sengatan listrik, dan membuatnya pingsan.
Setelah tersadar, ia melihat anak lelaki itu ada disampingnya, ia bertanya-tanya, “siapa sebenarnya anak lelaki ini?” Ia lalau bertanya pada anak lelaki itu, “s-siapa kamu? Bagaimana aku masih hidup setelah jatuh dari ketinggian?”
“Aku tidak sengaja menangkapmu." Arcy lalu bertanya dengan suara yang dalam, "kenapa kamu jatuh dari atas? Kamu sengaja?"
Gadis itu menunduk, enggan menjawabnya. Ia memeluk dirinya sendiri, mencoba menahan gejolak emosi yang kembali menyeruak.
Arcy menghela nafas, berkata dengan tenang. "Aku tidak akan mencampuri urusanmu. Tapi bunuh diri bukanlah solusi. Jangan lakukan itu lagi!"
Arcy lalu berdiri, sebelum berbalik pergi ia berkata, “aku hanya ingin membantumu, tapi kalau kamu tidak menerima niat baikku, setidaknya pikirkan lagi, setiap masalah akan ada solusinya. Kalau kamu tidak bisa menghadapinya sendiri, bergatunglah pada orang lain.”
Arcy melirik gadis itu yang menunduk. Ia melanjutkan, “seperti yang kau tahu, aku bisa menyelamatkanmu, seperti itu juga aku bisa membantumu.”
“Kenapa kamu ingin membantuku?”
Arcy terdiam sejenak, lalu menatap gadis itu dengan tatapan lembut. "Kenapa? Bukankah sudah seharusnya kita saling membantu? Sudah menjadi tugasku untuk membantu orang lain."
Gadis itu tersentuh dengan kebaikannya, ia kemudian menceritakan masalahnya.
Gadis itu mulai bercerita, semua masalah yang dialaminya, tak ada yang dia sembunyikan. Singkatnya, dia mulai mengeluhkan masalah di sekolah, percintaannya yang kandas, dan keluarganya.
Di sekolah dia sering dirundung oleh siswa lain, dia juga baru putus dari pacarnya, dan keluarganya juga sedang terlilit hutang, ayahnya sakit parah, dan ibunya terus saja berjudi. Dengan semua masalah yang dihadapinya, dia tidak sanggup lagi, dia menyerah dan berniat bunuh diri.
Mendengar penuturan gadis itu, Arcy terdiam, menganggap gadis seusianya sudah mengalami tekanan berat dalam hidup.
Arcy menatap gadis itu dengan prihatin. "Siapa namamu?"
"Namaku Wulan."
"Wulan, apapun masalahnya, jangan pernah berpikir untuk bunuh diri. Aku tahu ini berat, tapi kamu tidak sendirian. Ada banyak orang yang peduli padamu dan ingin membantumu. Bunuh diri itu bukan solusi, itu hanya akan mengakhiri kesempatanmu untuk merasakan kebahagiaan di masa depan."
Arcy tiba-tiba mendapat telepon dari Elis.
“Iya, Elis, kenapa?”
“Kamu sedang apa?”
“Aku lagi ngobrol dengan teman.”
Dibalik sudut dinding yang tak jauh dari mereka, seorang gadis berkacamata sedang berbicara dengan seseorang lewat ponsel. Orang yang sedang diajak bicara oleh gadis itu adalah Arcy.
“Rina ingin bertemu denganmu di taman sekolah. Katanya ada yang ingin dia bicarakan," ucap Elis dari seberang telepon.
Arcy terkejut mendengar hal itu. "Baiklah, aku akan segera ke sana." Ia kemudian menutup telepon, dan berbalik menghadap Wulan. "Aku harus pergi sekarang. Pikirkan baik-baik apa yang sudah aku katakan. Jangan pernah berpikir untuk bunuh diri! Ok?"
Gadis itu tersenyum, mengangguk. "Um."
Saat Arcy akan pergi, Wulan tiba-tiba memanggilnya. “Tunggu, siapa namamu?”
“Namaku Arcy.”
Gadis itu membalas, “terimaksih, Arcy.”
Arcy tersenyum, berkata, “Wulan, kalau kau ingin minta bantuan, hubungi saja aku?”
Tiba-tiba ponsel Wulan ada notifikasi pesan masuk.
“Itu nomorku, hapus saja kalau tidak mau,” ucap Arcy sambil menjauh.
Wulan terkejut, membuka pesan. Bertanya dengan bingung, ‘bagaimana dia bisa mengirim pesan? Padahal dia belum memberikan nomornya.'
Wulan menatap Arcy dari kejauhan dengan wajah bingung, merasa orang itu begitu misterius.
***
Sesampainya di taman, Arcy melihat Rina duduk menunggunya.
Arcy menghampiri Rina dengan senyum ramah. "Hai, Rina. Ada apa ingin bertemu denganku?"
Rina menatap Arcy dengan tatapan tajam. "Arcy, aku sangat kecewa padamu. Kenapa kamu tidak mendengarkan kami? Kamu sudah dilarang menunjukkan kekuatanmu di depan umum, tapi kamu malah melakukannya!" tegur Rina dengan kesal.
Arcy mengerutkan kening, bingung. "Apa maksudmu? Bagaimana kamu tahu?" tanya Arcy.
Rina menjawab dengan tegas, "Bagaimana aku tahu, itu bukan urusanmu. Dengar, kamu seorang awaken tidak boleh menunjukkan kekuatanmu pada manusia biasa!"
Arcy mencoba membela diri, "Aku hanya menolong orang. Aku tidak bermaksud menunjukkan kekuatanku pada orang lain."
Namun, Rina tetap tidak menerima pembelaan Arcy. "Tetap saja, kamu melanggar aturan. Jangan ulangi hal ini lagi!" tegas Rina.
Arcy terdiam sejenak, lalu bertanya, "Jadi, aturan itu melarang kita menolong orang yang membutuhkan pertolongan?"
Rina menjawab singkat, "Keberadaan kita para Awakening, tidak boleh diketahui oleh orang biasa. Bukankah Elis sudah menjelaskannya padamu?"
Arcy terdiam, tampak berpikir keras. "Persetan dengan aturan itu!" serunya tiba-tiba. "Untuk apa aku memilih kekuatan, kalau tidak bisa membantu orang lain?"
Rina menghela nafas mendengar perkataan Arcy. "Baiklah, aku mengerti. Begini saja, aku punya saran. Setiap kali kamu menolong orang, tolong pastikan setelah itu kamu melaporkan pada Elis supaya Elis menghapus ingatan orang itu."
Arcy terdiam, sedikit tidak menyukai tindakan tersebut.
"Menghapus ingatan orang lain seenaknya? Apa hak kita melakukan itu? Siapa yang memberi mereka wewenang untuk bermain-main dengan pikiran dan perasaan orang lain? Aku merasa sistem di dunia ini harus diubah."
Arcy menatap pohon rindang.
"Aku... akan merajut takdir yang baru."