NovelToon NovelToon
Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Diselingkuhi Dokter, Dipinang Pemilik Rumah Sakit

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Isti arisandi

Kinanti, seorang dokter anak yang cerdas dan lembut, percaya bahwa pernikahannya dengan David, dokter umum yang telah mendampinginya sejak masa koass itu akan berjalan langgeng. Namun, kepercayaan itu hancur perlahan ketika David dikirim ke daerah bencana longsor di kaki Gunung Semeru.

Di sana, David justru menjalin hubungan dengan Naura, adik ipar Kinanti, dokter umum baru yang awalnya hanya mencari bimbingan. Tanpa disadari, hubungan profesional berubah menjadi perselingkuhan yang membara, dan kebohongan mereka terus terjaga hingga Naura dinyatakan hamil.

Namun, Kinanti bukan wanita lemah. Ia akhirnya mencium aroma perselingkuhan itu. Ia menyimpan semua bukti dan luka dalam diam, hingga pada titik ia memilih bangkit, bukan menangis.

Di saat badai melanda rumah tangganya datanglah sosok dr. Rangga Mahardika, pemilik rumah sakit tempat Kinanti bekerja. Pribadi matang dan bijak itu telah lama memperhatikannya. Akankah Kinanti memilih bertahan dari pernikahan atau melepas pernikahan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Rahasia di Gudang Belakang.

Suasana rumah kembali ramai. Setelah beberapa hari tinggal di rumah sakit, kini Kinanti dan bayi mereka, Mauren, sudah pulang.

Dua keluarga besar menyambut dengan gembira. Bu Saroh dan Pak Gandi, orang tua David, ikut serta. Demikian juga dengan Bu Padma dan Pak Hanif, orang tua Kinanti. Tak butuh banyak kesepakatan, semua memutuskan untuk tinggal beberapa hari di rumah David untuk menyambut kelahiran cucu pertama mereka.

Tawa riang dan obrolan para besan memenuhi ruang tamu. Kadang mereka saling berebut menggendong Mauren, yang tampak tenang di pelukan siapa pun yang memeluknya. Mauren seolah tahu bahwa hari ini adalah hari spesial. Hari pulang ke rumahnya.

David memerhatikan semuanya sambil tersenyum. Tapi hatinya tak sepenuhnya tenang. Matanya sesekali melirik Kinanti yang duduk agak lemas di pojok sofa, wajahnya sedikit pucat.

Luka jahitan pasca melahirkan belum pulih betul, dan ia tampak kelelahan setelah prosesi pulang yang cukup panjang dan melelahkan.

“Sayang, kamu ke kamar dulu, ya? Istirahat sebentar,” bisik David di telinga Kinanti. “Biar aku temani.”

Kinanti mengangguk, meski matanya masih menatap Mauren yang digendong oleh Bu Saroh. Dengan pelan, David menggandengnya ke kamar mereka yang terletak di belakang ruang tamu.

Kinanti lalu duduk di ranjang dan bersandar dengan dengan salah satu sisinya dengan tenang.

Saat pintu kamar tertutup dan mereka duduk di tepi ranjang, Kinanti menarik napas panjang. Matanya tampak cemas.

“Mas…”

“Hm, ada apa Beib?”

“Aku mau tanya sesuatu, tapi janji ya, jangan marah.”

David menoleh, mencoba tenang. “Nggak akan marah. Tanya saja.”

“Mas... aku lihat ada bekas merah... cupang... di leher Naura tadi pagi.”

David refleks menegang. Lehernya kaku. Matanya langsung menatap dinding kosong di depannya.

“Naura berusaha menutupinya dengan krah kemejanya, tapi pas dia menunduk di depanku, aku lihat jelas banget, Mas. Itu jelas bukan alergi atau digigit nyamuk.”

David menelan ludah. Panas dingin menjalar dari tengkuk ke punggungnya. Itu... ulahnya. Semalam.

Ia langsung membalik badan dan berpura-pura mengambil bantal, menyembunyikan kegugupan di wajahnya. “Oh ya?”

“Mas... aku khawatir banget. Jangan-jangan Naura dan Yusuf sudah kebablasan. Aku tahu Yusuf baik. Tapi kita nggak bisa tutup mata, Mas. Kalau sampai mereka sudah ‘terlalu dekat’ tanpa ikatan, bagaimana? Keluarga kita bisa malu...”

“Sayang, kamu jangan mikir yang berat-berat dulu. Kamu baru lahiran. Fokus aja sama Mauren dan ASI kamu. Nanti malah stres.”

“Justru karena itu aku stres! Aku tahu adikku. Dia kalau jatuh cinta bisa lupa diri. Mas... gimana kalau kita panggil mereka dan tanya langsung? Tanya, kapan siap menikah?”

David berpaling, lalu menghela napas panjang. “Kamu aja yang tanya. Aku takut salah ngomong.”

Kinanti menggenggam tangan suaminya. “Mas... Yusuf kan sering curhat sama kamu. Kamu tahu lebih banyak tentang dia.”

David menunduk. Hatinya penuh sesal. Yusuf memang pernah bercerita. Bahkan beberapa hari lalu, Yusuf meminta bantuan padanya, agar David bisa membujuk Naura yang belakangan ini semakin menjauh. Tapi... alih-alih membantu, David malah... terjerumus.

Naura tak lagi gadis polos yang hanya memendam rasa. Semalam... semalam mereka saling meledak, seperti api dan bensin. Naura datang ke kamarnya dengan dalih ingin menanyakan keadaan Kinanti. Tapi setelah itu... semuanya lepas kendali. Ciuman, bisikan, tangan yang meraba, tubuh yang saling mendekap. Dan bekas merah itu... adalah jejak perbuatannya.

David merasa dadanya sesak.

“Mas... jangan diam aja.”

David berdiri. “Oke. Aku akan bicara sama Yusuf, Beib, tapi kamu jangan kepikiran lagi ya. Yusuf katanya pengen kesini sore nanti, alasan pengen ketemu dengan Mauren, tapi sebenarnya kangen sama Naura pastinya.

***

Sore itu, Yusuf datang ke rumah membawa banyak hadiah untuk Mauren, David lalu mengajak Yusuf duduk bersantai di teras belakang.

Sinar matahari mulai menguning. Angin membawa aroma tanah yang lembab. Yusuf terlihat gelisah. Sejak awal duduk, tangannya terus menggoyangkan lutut, matanya melirik ke dalam rumah.

“Dokter Yusuf ... gimana hubungan kamu sama Naura sekarang?” David membuka pembicaraan dengan pelan.

Yusuf terdiam. “Jujur, Mas... aku bingung. Naura makin hari makin jauh. Dulu dia masih suka ngobrol, sekarang boro-boro, bales pesan saja lama banget.”

David mengangguk. “Kamu sayang banget sama dia, ya?”

“Banget, Mas. Aku serius. Kalau bisa, aku mau nikahin dia. Tapi aku nggak tahu, Naura itu serius nggak sih sama aku...”

David memejamkan mata sesaat. Hatinya bergetar. Kalau kamu tahu siapa yang membuat Naura menjauh, kamu pasti mau bunuh aku, Yusuf…

“Kalau misalnya... kamu dikasih kesempatan untuk menikahi Naura dalam waktu dekat, kamu siap?”

Yusuf langsung menoleh, matanya membesar. “Siap, Mas. Aku udah siap lama.”

David mengangguk. “Besok, kamu datang pagi. Ajak bicara baik-baik sama Naura. Tanyakan langsung. Karena... Kinan juga khawatir sama dia.”

“Siap, Mas. Aku bener-bener makasih banget.”

David hanya tersenyum hambar. Satu sisi hatinya mendukung Yusuf. Sisi lainnya… masih terkena bayang tatapan Naura semalam.

Malam itu, Kinanti mengendap masuk ke kamar Naura. Ia sudah menyiapkan segelas susu hangat dan beberapa potong pisang rebus.

“Naura...”

Naura menoleh. “Kak Kinan?”

“Boleh ngobrol?”

Naura mengangguk. Kinanti duduk di tepi ranjang. “Naura... Kakak mau tanya sesuatu. Tapi tolong jawab jujur ya.”

Naura menunduk. “Tentang apa, Kak?”

“Hubungan kamu sama Yusuf.”

Naura menggigit bibir. “Masih baik, Kak... tapi akhir-akhir ini aku memang sengaja menjaga jarak.”

“Kenapa?”

Naura terdiam lama. “Aku... bingung, Kak. Aku memang suka Yusuf. Tapi... aku nggak mau menikah hanya karena orang-orang nyuruh. Aku belum siap kehilangan masa muda yang bahagia ini.”

Kinanti menghela napas. “Naura... kamu adik Kakak. Kakak sayang kamu. Tapi tadi pagi Kakak lihat sesuatu di leher kamu.”

Naura refleks menutup lehernya dengan selimut. "Kakak, ini semalam .... aku digigit ...."

“Itu bukan bekas nyamuk kan, Naura?”

Naura masih diam. Mata Kinanti berkaca-kaca.

“Naura... kamu jangan bodoh. Kamu perempuan. Kamu bisa hancur kalau kamu menyerahkan semuanya tanpa ikatan.”

"Mbak ini mikir apa sih? Kenapa pikiran Mbak jelek sekali, gak baik berprasangka buruk sama adik sendiri Mbak. Mbak sama saja menuduh Naura ini gadis murahan."

***

Malam di rumah itu terasa tenang. Di ruang tamu, televisi menyala dengan volume kecil. Bu Padma tertidur di sofa, selimut sudah menutupi tubuhnya. Pak Gandi dan Pak Hanif sudah kembali ke kamar masing-masing. Di kamar utama, Kinanti dan bayi kecil mereka, Mauren, juga sudah lelap dalam pelukan mimpi.

Naura baru pulang dari jalan bareng dengan temannya karena menghindari Yusuf. Naura semakin enggan meladeni Yusuf yang memang dari rupa jauh sekali dengan David.

Karena haus dan lapar, Naura langsung ke dapur untuk cari cemilan.

Langkahnya ringan saat membuka pintu belakang, langsung menuju dapur. Lampu temaram menyinari meja kayu di sudut ruangan. Ia membuka kulkas, mengambil botol air, dan meminumnya langsung tanpa gelas.

“Belum tidur?” suara berat dari sudut membuatnya menoleh. David.

Naura tersenyum tipis. “Lagi haus, Mas.”

David berdiri di ambang pintu dapur, mengenakan celana pendek dan kaus tipis. Matanya memandang Naura dengan sedikit keraguan. Tak menyangka Naura akan datang ke dapur juga.

Naura berjalan pelan mendekatinya.

“Mas David...” ucapnya pelan, nyaris seperti bisikan.

David bergeming. Hanya matanya yang bergerak, mengikuti tiap langkah adik iparnya itu.

Naura berdiri di depannya, sangat dekat, hingga napas mereka hampir bertabrakan. Tangannya menyentuh dada David pelan, kemudian menarik kaus itu ke bawah seolah ingin merapikannya.

“Aku nggak bisa hidup tenang, Mas,” katanya sambil menunduk, “Aku kebayang... kejadian malam itu. Kamu nggak kepikiran?”

David menghela napas berat. “Naura, kita nggak bisa begini terus…”

“Aku tahu…” Naura menatapnya manja, mata yang teduh namun menyimpan bara. “Tapi kamu juga nggak berhenti mikirin aku, kan, ngaku kamu, Mas?”

David tak menjawab. Tapi diamnya cukup menjadi bukti. Diam yang berbahaya.

Naura menggenggam tangan David. “Ikut aku.”

“Naura… di rumah banyak orang. Kinan...”

“Semua sudah tidur.”

Naura menariknya pelan melewati dapur, menyusuri lorong sempit ke arah belakang rumah. Di ujung lorong, ada satu pintu tua yang jarang dibuka. Gudang. Tempat penuh kardus lama, alat-alat Tidka terpakai dan... ranjang besi tua dengan kasur usang, yang dulu dipakai asisten rumah tangga sebelum kamar pembantu direnovasi.

Naura membuka pintunya pelan, lalu menyalakan lampu redup di dinding. Suasana ruangan itu lembab dan beraroma kayu tua, tapi cukup luas dan tertutup. Tak ada suara dari luar. Hanya jantung mereka yang berpacu cepat.

Naura melepaskan jaketnya, lalu meletakkannya di atas meja kecil.

David masih berdiri di depan pintu.

“Kalau kamu keluar sekarang, Mas... aku akan nekat. Aku akan masuk kamar kamu malam-malam. Dan kalau ketahuan, semua akan lebih parah.”

David menutup pintu perlahan.

Tak ada kata-kata. Hanya deru napas. Naura mendekat, menyentuh wajah David, dan mencium bibirnya dengan penuh rindu yang tertahan.

David memeluknya, menarik tubuh mungil itu ke pelukannya. Ciuman mereka semakin dalam. Suara ranjang besi tua berdecit ketika tubuh mereka jatuh di atasnya.

Di halaman belakang, jangkrik bersahutan, tak tahu bahwa dalam sunyi rumah itu, dua manusia sedang membakar batas-batas dosa.

Malam itu kembali menjadi rahasia. Rahasia yang manis, namun berbahaya.

1
Ma Em
Thor semoga kebohongan Naura dgn David terbongkar sebelum Naura menikah dgn Yusuf , serapih rapihnya nyimpan bangkai baunya akan tercium juga .
Rahmi
Lanjutttt
Rian Moontero
lanjuuuuttt/Determined//Determined/
Yunia Spm
keren
Yunia Spm
definisi ipar adalah maut sebenarnya....
watini
badai besar siap menghancurkan davit naura.karna kebusukan tak kan kekal tersimpan.moga Yusuf ga jadi nikahin Naura,dan mendapatkan jodoh terbaik.
watini
suka cerita yg tokoh utamanya wanita kuat dan tegar.semangat thor,lanjut
Isti Arisandi.: terimakasih komentar pertamanya
total 1 replies
Isti Arisandi.
Selamat membaca, dan jangan lupa beri like, vote, dan hadiah
Isti Arisandi.: jangan lupa tinggalkan komentar dan like tiap babnya ya...😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!