NovelToon NovelToon
Pemain 999

Pemain 999

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / TKP / Romansa / Trauma masa lalu / Permainan Kematian
Popularitas:645
Nilai: 5
Nama Author: Halo Haiyo

Marina Yuana Tia, dia menyelesaikan permainan mematikan, dan keluar sendiri dalam waktu sepuluh tahun, tetapi di dunia nyata hanya berlangsung dua minggu saja.

Marina sangat dendam dan dia harus menguak bagaimana dan siapa yang membuat permainan mematikan itu, dia harus memegang teguh janji dia dengan teman-temannya dulu yang sudah mati, tapi tak diingat keluarga mereka.

Apakah Marina bisa? Atau...

ayo baca guys

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Halo Haiyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9.Tujuan awalku adalah mati

Bab Sembilan

"Aku tak bisa."

"APA MAKSUDMU? TAK BISA?"

"Orang sepertimu takkan mengerti. Kau sendiri belum diberitahu, mana mungkin aku menjelaskan sesuatu yang belum kau lihat."

Gevan tak bisa berkata-kata, dia memijat kepala pusing. Tak bisa mempercayai mitos, tapi luka tusukan tadi serasa sangat menyengat di dadanya.

"Kau bisa bantu aku?"

"Bagaimana caranya?"

"Aku bisa masuk bersamamu-"

"Tak mungkin bodoh! Kau sudah menang! Kau sudah jadi pemenang!"

"Enak ya kalau menang, kau sekarang kaya. Benar kan? Katanya kau diberi kupon-kupon itu, apalah, tapi kau sudah berhasil, kau satu-satunya yang berhasil."

"Enak sekali bisa hidup seratus tahun. Bukankah harusnya senang?"

"Hum?" Tanya lelaki itu, enteng tak ada bobot.

Marina menghela napas, 'kalau kau sudah bertemu orang-orang yang bersamamu, kau akan tahu... '

"Aku tak yakin bisa menang, kalau aku tak ikut main aku akan terus ditakdirkan mati pada hari itu, kan?"

"Eung." Angguk Marina.

"Kalau aku menerima permainan itu, aku dari seribu orang pemain apa ada rasio keuntungan bisa menang?"

"Tap-tapi biasanya dalam permainan ada sesi pulang sejam, itu bisa kamu gunakan untuk meminta bantuan."

"Bantuan? Pasti tak semudah itu kan Marina? Mendengar ceritamu, aku tahu itu takkan mudah."

Deg-

Marina langsung teringat sesuatu, saat itu dia terus berlari, berlari dari kejaran monster dan para hantu yang mengejarnya. Dia berkali-kali melihat kebelakang, dan sempat terjatuh.

"Ah!"

"Marina...." Seru si hantu perlahan menghampiri.

Marina mencoba berjuang, dia melihat ada seseorang dari dunia nyata, bukan bagian dari game. Dia meminta tolong pada orang itu,"kumohon... Tolong aku... Tolong aku..."

"Aku mau hidup seperti kalian,"

"Apa maksudmu?"

"Kumohon! Bantu aku! Tolong panggilkan polisi!"

"Kau tak apa?"

"AAAAA!"

Leher Marina diseret oleh rantai besi milik pengawas, ditarik mundur menjauh dari dunia manusia.

Manusia yang diminta tolong tadi langsung tak ingat apapun.

"Apa yang mau aku lakukan? Oh ya, aku mau beli buah-buahan."

"Na~na~nana..."

Dari kejauhan, tangan Marina sudah berharap lebih. Dia menggapai jauh ke atas.

"Akh! Sakit! Lepaskan... Lepaskan!"

"Tapi kamu tidak menurut,"

"Kenapa begitu nona Marina? Kalau anda tidak mau menuruti saya, dan melanggar aturan, bukankah itu tak adil?"

Cuih! Marina langsung meludah di wajah pria awet muda itu. Dia tak takut sama sekali, biar dia ditembak dengan pistolnya, dirajam dengan besi, gadis itu tak peduli.

"Bukan masalahku. Mengerti?"

"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Dasar pria-"

Marina punya ide, dia melonggarkan baju seragamnya."TOLONG ADA PRIA MESUM DI SINI! TOLONG AKU!!!"

Pengawas bajingan itu tertawa, dia menutup sebagian wajahnya. Tertawa melihat kelakuan pemain satu ini,"nona... Kamu pikir mereka akan mendengar?"

"Kamu pikir mereka akan tahu kau berada disini? Padahal kita sedang berbaik hati, membiarkan kalian makan diluar, menikmati hotel, sarapan di mall, tapi hanya nona saja yang heboh sendiri disini."

"Lalu kenapa? Mau membunuhku! Kalian-kalian menjanjikan kehidupan, tapi bagi kami bertahun-tahun sudah berlalu!!"

Leher Marina ditarik, tangan pengawas menyentuh jejak rantai yang mengikat lehernya.

"Sudah saya eratkan, tapi tidak terasa sakit sama sekali?"

"Apa kurang?"

"AKH!!!"

"SA-SAKIT..."

Marina tak tahan dengan rasa sakit yang menjalar dari kaki sampai ke otak, rasanya seperti tersengat listrik.

"Dasar... Bajingan-se-tan..."

Bruk!

Pengawas mengelus dahi lega,"akhirnya gadis ini pingsan juga, aku khawatir dia membuat masalah lain. Kalau tidak dengan cara begini, mungkin aku bisa dimarahi bos."

Pria itu menggendong tubuh pingsan Marina ke pundak lebarnya, terbukalah lorong hitam didepan mereka berdua.

Flashback selesai.

Marina yang melamun membuat Gevan ikut penasaran,"hei! Hei!"

"Marina! Marina..."

"Ah, iya?"

Dia kebanyakan berpikir sampai baru sadar masih ada Gevan didepannya.

"Lalu bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan?!"

"Apa aku kabur aja ke negara lain?"

"Swedia? Paris? Ayahku bisa bawa aku ke manapun dia pergi,"

"Jangan," Marina menggeleng kecil, itu bukan ide bagus.

"Kalaupun guru bk tidak membunuhmu, mungkin ada pembunuh bayaran yang mereka sewa untukmu."

"Kau mau mati di negara asing?" Tanya Marina menaikkan sebelah alis.

Gevan sudah merengek sendiri,"lalu bagaimana dong! Apa kuncimu bisa memenangkan permainan!!"

"Aku..."

"Marina, hanya tersisa kita berdua disini..."

"Hiks... Hiks... Hiks..."

"Marina! Semangatlah! Ingat kata-kataku ini ya!!"

"Kalau a-ku... Per-gi... To-long- si-a-pa-pun beri-ta-u orangt-ua ku... Ba-hwa... Aku-per-nah, me-re-ka... La-hirkan..."

Gluk-

"Lihat ini, jangan kebanyakan ngelamun Marina!!!" Seru Gevan menepuk tangan keras didepan wajahnya.

"Eh iya."

"Maaf"

"Kita serius kali ini,"

Gevan tertawa heran mendengarnya,"jadi maksudmu daritadi kau mempermainkanku? Kau tak pernah serius?"

"Bukan begitu, aku mengingat masa-masa sulit."

"Masa-masa sulit? Bahkan itu bukan di medan perang! Apa sulitnya!!"

"Kau tak tahu-"

"Tak tahu apa?! Aku yang akan mengalaminya! Kau tak peka, seharusnya bantu aku dengan semaksimal mungkin!"

"Bisa saja ada cheatnya atahu apa biar aku menang. Kau juga tak tahu itu?"

Marina menggeleng.

Gevan mendesah kesal,"dasar gadis tolol."

"Bagaimana teman-teman mu yang sudah mati itu, bukannya mereka harus marah padamu? Kau tak melakukan hal berguna sampai akhir, merepotkan untuk mereka."

Bugh!

Marina tak terima, dia langsung memberikan bogeman spesial untuk Gevan dan membuat dia jatuh terkapar tak berdaya.

Gevan langsung histeris sendiri.

"Jangan bunuh aku! Jangan!!!"

Kepalan tangan Marina berhenti di udara. Dia langsung terdiam dengan sikapnya yang sembrono, Gevan meringis mendapat pukulan yang tak terduga akan dilayangkan seorang gadis.

"Jangan bunuh aku dengan tangan yang sudah memecahkan jendela itu,"

"Aku-"

"Bahkan sebelum waktu matiku berhenti, aku sudah mati duluan di tanganmu. Wah hebat bukan?" Tanya Gevan, sambil bertepuk tangan.

Lalu mendorong tubuh Marina pergi dari dirinya.

Laki-laki itu membenahi seragamnya, dia terus meringis kesakitan. Darah keluar dari sela gusinya.

"Permainan itu membuatmu juga berubah Marina, benar kata Hana rupanya. Aku tak berharap apa-apa pada pemenang sepertimu, sungguh, tak ada harapan."

Brak!

Pintu ditutup sangat keras, Marina jatuh terduduk tak berdaya. Matanya tercengang menatap lantai rumah.

Dia memejamkan mata, perlahan diam-diam mencoba menangis.

"Aku tak punya lagi sisa air mata, karena sudah habis ditempat itu."

"Aku hanya tikus beracun,"

"Seharusnya aku lah yang mati. Bukan mereka, dari awal itu tujuanku."

"Dan aku... Aku sekarang kehilangan mereka semua, bahkan diriku lah yang monster itu."

"Harusnya aku tak ada di permainan, harusnya aku mati."

"Andai saja aku tak memiliki acrophobia"

(Takut ketinggian)

"Andai saja saat itu aku percaya diri, membentangkan kedua tangan, melingkarkan diri ke pelukan awan,"

"Andai saja saat itu... Aku memilih tenggelam dalam derasnya lautan... Bukan menerima permainan bodoh, bodoh berkepanjangan..."

Bersambung...

1
Fanchom
silakan komen atau report kalau ada salah kata penulisan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!