Aruna terjebak ONS dengan seorang CEO bernama Julian. mereka tidak saling mengenal, tapi memiliki rasa nyaman yang tidak bisa di jelaskan. setelah lima tahun mereka secara tidak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. ternyata wanita itu sudah memiliki anak. Namun pria itu justru penasaran dan mengira anak tersebut adalah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatzra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19.
Aruna meletakkan ponsel Julian ke atas nakas. tidak tahu kenapa hatinya terasa sakit saat membaca nama Celine di ponsel Julian. Ia bertanya-tanya siapakah wanita itu dan apa hubungan mereka? ia merebahkan diri di samping pria itu, dengan guling menjadi sekat di antara mereka.
Mentari pagi menyeruak masuk melalui celah jendela menerpa langsung ke wajah Aruna, membuatnya terbangun karena merasakan panas yang menyengat kulitnya. Ia beringsut duduk, lalu membangunkan pria itu dengan menggoyangkan tubuhnya.
Julian mengusap matanya menghilangkan bekas ngantuk, lalu membuka matanya lebar menatap ke arah sekitar, ia melihat Aruna masih duduk di sampingnya, menatapnya dengan wajah datar. Pria itu beringsut duduk. "Terima kasih kau telah membangunkan aku,"
Aruna memutar bola matanya malas, "Cepat bangun dan segera pergi," ucapnya, lalu turun dari ranjang.
"Kau senang sekali mengusirku." Julian turun dari ranjang, lalu mengambil ponselnya di atas nakas.
"Cepat pergi jangan sampai ada yang tertinggal, termasuk jejakmu!" ucapnya ketus lalu meninggalkan kamar itu.
Julian mengerutkan keningnya, lalu menyusul langkah kaki wanita itu." Kau sempat melihat ponselku?"
"Melihat ponselmu untuk apa? aku tidak perduli dengan benda itu." Aruna menyibukkan diri membersihkan beberapa piring kotor untuk menghindari kontak mata dengan Julian.
Pria itu bingung, kenapa sikap Aruna bisa berubah setelah bangun tidur. mungkinkah wanita itu marah karena ia sudah memaksanya untuk tidur di sebelahnya? tanpa mengatakan apapun Julian pergi meninggalkan rumah Aruna.
Saat pria itu berjalan keluar rupanya Vincent masih tertidur di mobilnya, ia membangunkannya agar mengantarnya pulang. Pagi ini ia ada jadwal untuk meeting bersama Pak Robert.
Vincent yang baru saja membuka matanya lalu beringsut duduk sementara Julian sudah masuk ke dalam mobilnya. setelah merasa kantuknya hilang pria itu melajukan mobil dengan perlahan. setelah hampir 30 menit perjalanan mereka sampai di hotel.
Julian masuk ke dalam hotel dan langsung bersiap untuk pergi ke kantor. Kali ini meetingnya sangat penting jadi tidak boleh sampai terlambat. Hari ini mereka akan membahas tentang acara bakti sosial yang akan diselenggarakan langsung malam ini dan disponsori oleh perusahaannya.
setelah bersiap Julian segera turun dari kamarnya dan bergegas ke kantor Pak Robert. setelah sampai di kantor pria itu langsung menemui Pak Robert dan mempercepat meetingnya karena ia berencana untuk menjemput Raven pulang sekolah.
Setelah hampir 2 jam akhirnya meetingnya selesai. Pria itu memutuskan untuk langsung pergi ke sekolah Raven. Selama di perjalanan ia membuka ponselnya, ternyata banyak sekali pesan singkat yang masuk dan juga panggilan tak terjawab dari Celine. wanita itu mengatakan kalau ia akan segera bertolak ke kota itu untuk menghadiri acara yang akan di selenggarakan malam ini. Karena ia sudah tahu kabar tersebut dari jauh-jauh hari.
Selama Julian berada di kota itu, ia memutuskan Celine yang bertanggung jawab di perusahaannya karena orang yang mungkin bisa dipercaya hanya wanita itu, yang tidak pernah membuat kesalahan di kantor.
Celine memberi kabar lagi kalau ia sudah sampai di kota itu dan minta jemput di bandara.Namun, pria itu mengabaikannya memilih menjemput Raven di sekolah.
julian baru ingat kalau kemarin sempat mengambil sampel rambut anak itu. Jadi ia putuskan untuk mampir terlebih dahulu ke rumah sakit. setelah sampai di rumah sakit ia langsung menyerahkan sampel rambut itu dan juga sampel rambutnya untuk dites DNA. kalau sampai terbukti anak itu adalah darah dagingnya maka ia akan bertanggung jawab sepenuhnya dan meninggalkan tunangannya. ia merasa wanita itu tidak berguna di dalam hidupnya karena selama ini ia tidak pernah mencintainya.
Hasil tes DNA mungkin akan keluar dua hari lagi. setelah itu Julian langsung bertolak ke sekolah Raven, sesampainya di sekolah ternyata anak itu sudah keluar dari kelas dan duduk di teras menunggu jemputan. Rupanya Aruna telat menjemputnya, pria itu langsung menghampiri anak itu.
"Hai Raven, kau belum dijemput?" tanya Julian seraya duduk di samping Raven.
Raven menoleh dan menatap pria itu dengan lesu. "Aku tidak tahu kenapa Mama belum menjemputku, padahal hari sudah siang."
Julian mengusap pucuk kepalanya dengan lembut. "Biar aku yang mengantarmu pulang. Ayo naik ke dalam mobil," ucapnya seraya mencubit lembut hidung anak itu.
Raven menganggukan kepalanya, mereka berjalan menuju ke mobil. Namun, ternyata mereka bertemu Aruna di depan gerbang sekolah. wanita itu turun dari kendaraannya, lalu memanggil anaknya agar ikut pulang dengannya.
Entah mengapa Aruna mendadak tidak rela kalau Raven dekat-dekat dengan pria itu, padahal kemarin ia bersikap biasa saja terhadap Julian. Mungkinkah karena Celine penyebabnya?
Julian mengerutkan keningnya, lalu melipat tangan ke dada. "Kenapa aku tidak boleh mengantar Raven pulang?"
" Karena aku sudah menjemputnya," jawab Aruna tanpa menoleh ke arah pria itu. ia terlalu malas melihat wajah Julian saat ini.
Julian memegangi lengan tangan Aruna. "Kenapa sikapmu berubah, apakah aku berbuat salah kepadamu atau kamu marah karena semalam?"
Aruna menghentakkan tangannya sehingga terlepas dari tangan Julian. "Tidak perlu perduli lagi kepadaku. Urusi saja urusanmu sendiri. "wanita itu membawa Raven pulang ke rumahnya.
Julian menatap kepergian mereka dengan penuh tanya. "sial! mimpi apa aku semalam kenapa wanita itu seperti menjauhiku," kumannya kesal.
Dengan terpaksa pria itu menjemput Celine di bandara. Setelah perjalanan hampir 30 menit akhirnya ia sampai di bandara, Julian mencari keberadaan wanita itu. Ia tak kunjung melihat wanita itu entah perginya ke mana. Ia berusaha menelponnya. Namun, wanita itu tidak mengangkatnya dan membalas dengan mengirim foto. Pria itu langsung paham di mana keberadaannya. Ia melangkahkan kaki menuju tempat tunangannya itu.
"Ayo pulang aku sudah menjemputmu," ucap Julian setelah mendapati tunangannya yang sedang duduk dengan wajah ditekuk.
Celine langsung berdiri menyeret kopernya menuju mobil Julian. Pria itu mengikutinya tanpa mengatakan apa, pun. Ia sudah paham kalau wanita itu marah dengannya, karena itu ia mengabaikannya.
"Kau tidak menanyakan sesuatu kepadaku atau kau ada yang lain ya di sini?" ucap wanita itu dengan wajah datar.
Julian terkekeh. "Kenapa aku harus menanyakan sesuatu kepadamu? kau sendiri sudah menunjukkan kalau kau sedang marah padaku," ucapnya tanpa menatap wanita itu.
"Lalu kenapa kau mengabaikanku dan tidak membujukku, apakah sudah ada penggantiku di sini?" tanya Celine, menatap curiga ke arah Julian.
Setelah beberapa menit akhirnya mereka sampai di hotel dan Julian memesankan kamar hotel untuk Celine. Ia memilih kamar yang sangat jauh supaya wanita itu tidak mengganggunya.
Sebentar lagi hari mulai gelap, Julian pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri dan bersiap menghadiri acara malam ini yang diselenggarakan oleh perusahaannya.
Rupanya surat undangan telah dikirim ke beberapa tamu yang akan menghadiri acara tersebut, salah satunya adalah Aruna wanita itu mendapatkan undangan VIP di acara tersebut.
Aruna bersiap untuk pergi ke acara itu. Namun, ia bingung memilih gaun yang akan dikenakannya. Secara acara itu dihadiri oleh kalangan menengah ke atas sementara ia tahu posisinya. Akhirnya ia menjatuhkan pilihan pada gaun berwarna pastel. Karena wajahnya sudah cantik secara alami, jadi ia tidak perlu lagi menggunakan make up yang terlalu tebal. Kali ini ia meminta Charles untuk menemani Raven, karena acara ini akan berlangsung sampai malam.
Setelah semua para tamu undangan datang lampu menyorot ke panggung. MC membacakan tuntutan acara yang akan diawali oleh sambutan CEO perusahaan sekaligus sponsor acara malam ini. saat pembawa acara tersebut memanggil nama Julian, Aruna langsung menoleh dengan cepat pria itu tampak lebih gagah dengan jas berwarna hitam, yang dipadupadankan dengan kemeja berwarna biru tua.
Pria itu memberikan sambutan dan tiba-tiba menyebut nama Aruna sebagai rekan kerjanya. sontak seluruh mata tertuju ke arah wanita itu. Bisik-bisik mulai terdengar, beberapa kamera mengarah ke arahnya blitz kamera berkedip. "Kenapa dia harus menyebut namaku di depan semua orang?"
Setelah berpidato beberapa tamu mendekati Aruna dan salah satu dari mereka menjabat tangannya. "Celine, "
Terima kasih.