NovelToon NovelToon
Manuver Cinta

Manuver Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / CEO / Dark Romance
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: _Luvv

Pernikahan tanpa Cinta?

Pernikahan hanyalah strategi, dendam menjadi alasan, cinta datang tanpa di undang. Dalam permainan yang rumit dan siapa yang sebenernya terjebak?

Cinta yang menyelinap di antara luka, apakah mereka masih bisa membedakan antara strategi, luka, dendam dan perasaan yang tulus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _Luvv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4

"Diandra." suara berat yang terdengar familiar di telinganya. Diandra menoleh melihat siapa yang memanggilnya, ia hanya menghela napas panjang. Ia tidak butuh konflik hari ini.

"Aku sedang sibuk, Mike," ujarnya datar, hendak berbalik pergi. Namun tangan Mike lebih cepat mencengkeram pergelangannya.

"Ini rumah sakit, Mike. Tolong, jangan buat keributan."

Nada suaranya tajam tapi tetap terkendali. Ia tidak ingin menjadi tontonan.

"Lima menit saja. Aku hanya butuh lima menit untuk bicara," pinta Mike, matanya memohon.

Banyak mata mulai menoleh. Diandra sadar, ia tidak bisa membiarkan hal ini jadi drama publik. Mau tidak mau akhirnya ia menahan diri untuk tidak terpancing emosi apalagi saat ini ia tengah berada di rumah sakit.

"Kita bicara di taman." ucapnya dingin, lalu berjalan lebih dulu menuju taman kecil di samping rumah sakit. Mike mengikuti dalam diam.

Mereka duduk di bangku kayu yang agak tersembunyi. Suasana taman tenang, hanya ditemani semilir angin yang menyejukan.

"Cepat, aku masih banyak urusan." kata Diandra tegas.

Mike membuka ponselnya dan menyodorkan sebuah video.

"Semua yang kamu lihat malam itu, itu jebakan, Ra. Aku nggak seperti yang kamu pikirkan."

Video itu menampilkan malam yang menjadi titik akhir hubungan mereka, ia melihat Mike dengan seorang wanita, dan sebuah kamar hotel. Tiga bulan lalu. Tapi kali ini, dari sudut pandang berbeda.

"Aku tahu, ini sudah terlambat. Tapi aku harus meluruskan semuanya," lanjut Mike.

Diandra menatap layar sebentar, kemudian mengembuskan napas. "Untuk apa, Mike? Apa pun alasannya, semua udah terjadi."

"Tunggu," potong Mike cepat. Ia membuka satu video lagi, namun kali ini kualitasnya lebih buruk, tapi suara dua orang yang sedang berbicara terdengar jelas

Mata Diandra membelalak. "Apa... ini-" kata-katanya tertahan. Ia terdiam. Membeku.

"Selama ini kamu penasaran, kan? Sekarang kamu tahu." Mike berdiri, menyimpan kembali ponselnya ke saku.

"Terima kasih, karena saat semua orang menyalahkanku... kamu adalah satu-satunya yang tetap percaya, walaupun aku tahu kamu kecewa. Aku sadar, aku sudah sudah menghancurkan kepercayaanmu, Diandra." ia tersenyum kecil, menatap Diandra untuk terakhir kalinya.

"Sekali lagi aku minta maaf, dan keputusan itu sekarang ada di tangan kamu."

Mike berbalik, meninggalkannya sendiri di bangku taman. Sementara Diandra masih duduk diam, tubuhnya kaku, pikirannya porak-poranda.

Apa yang ia lihat... dan dengar... barusan, bisa mengubah segalanya.

___

"Dok, ada yang mau bertemu," suara seorang perawat memecah lamunan Diandra yang tengah menatap kosong ke arah jendela ruangannya.

Ia mengangkat kepalanya perlahan. Di ambang pintu, berdiri Marissa dengan wajah sembab, matanya merah sudah ia pastikan pasti sahabatnya itu habis menangis.

"Ca, lo kenapa?" tanya Diandra cemas. Ia segera bangkit dari duduknya, menghampiri sahabatnya, lalu menggiringnya masuk sebelum menutup kembali pintu ruangan dengan pelan.

Tanpa sepatah kata pun, Marissa langsung memeluk Diandra erat dan menangis tersedu di pelukannya. Diandra membalas pelukan itu, mengusap punggung sahabatnya dengan lembut, mencoba menenangkan meski kepalanya dipenuhi tanda tanya.

Setelah tangis Marissa sedikit mereda, Diandra mengambil sebotol air mineral dari meja dan menyodorkannya.

"Minum dulu. Dan lo nggak harus cerita sekarang kalau belum siap," ucap Diandra tenang. Ia tahu sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.

Marissa menatapnya penuh rasa bersalah. Matanya berkaca-kaca.

"Maafin gue, Ra... Maaf banget..."

"Maaf buat apa, Ca? Lo nggak salah apa-apa sama gue," jawab Diandra lembut, menggenggam kedua tangan Marissa untuk menenangkannya.

"Tapi karena gue... lo..." suara Marissa tercekat. Ia tak sanggup melanjutkan.

Diandra hanya menatapnya, berusaha memahami, tetap sabar menunggu.

Akhirnya, Marissa membuka suara dengan suara parau.

"Lingga... Dia mau lo, Ra."

"Hah?" Diandra terperangah. "Li-Lingga? Maksud lo apa?"

Marissa kembali menangis, sesenggukan membuat kalimatnya terputus-putus.

"Perusahaan bokap gue... bangkrut. Dan satu-satunya orang yang bisa nolong... Lingga."

Diandra terdiam, mencoba mencerna kalimat yang baru didengarnya. Apa hubungannya Lingga dengan perusahaan ayah Marissa?

"Maksud lo gimana? Jelasin, Ca. Gue nggak ngerti."

Marissa menarik napas panjang, lalu mulai bercerita dengan suara bergetar.

"Kemarin, Lingga ngajak gue ketemu. Di situ, dia bilang tahu soal kondisi perusahaan bokap gue yang lagi di ujung tanduk. Lo tau kan, sejak kasus korupsi itu mencuat beberapa bulan lalu, semuanya makin kacau. Dan... bokap gue desperate. Dia... dia nemuin Lingga, minta tolong. Tapi dengan satu syarat..."

"Jangan bilang-"

"Bokap gue nawarin gue buat nikah sama Lingga, demi nutup semua utang dan biaya berobat nyokap. Tapi... Lingga nolak."

Diandra menahan napas, hatinya berdebar kencang.

"Terus? Kenapa lo bilang dia mau gue?"

"Karena dia bilang... dia tertarik sama lo. Dia setuju bantu perusahaan bokap gue asal dia bisa nikah sama lo."

Diandra mematung. Dunia seakan berhenti berputar.

"Apa? Gila!" umpatnya, suara tingginya dipenuhi kekesalan dan ketidakpercayaan.

"Ini jebakan, Ca. Lingga dan gue? Mustahil! Keluarga kita aja musuhan dari dulu. Kenapa sekarang dia tiba-tiba mau nikah sama gue?"

"Gue juga nggak ngerti, Ra. Gue shock banget waktu dia ngomong gitu."

Suasana mendadak hening, hanya suara napas berat keduanya yang terdengar di ruangan itu. Lalu Diandra menatap Marissa penuh tekad.

"Gue akan temui Lingga."

Marissa langsung panik. "Ra, jangan gegabah. Keluarga Wijaya bukan orang sembarangan. Mereka licik... dan bisa merusak hidup lo."

"Gue tahu, Ca. Tapi selama dia masih manusia, kita sama. Gue nggak akan biarin lo dijadikan alat barter hidup."

Diandra mungkin dikenal sebagai sosok wanita tangguh, pemberani, dan berprinsip kuat. Namun, di balik semua keberanian itu, tersimpan luka-luka lama dan pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah mendapat jawaban.

"Ra... gue cerita sama lo supaya lo bisa jaga diri. Bukan buat lo makin dekat sama Lingga," ujar Marissa dengan suara lirih, matanya masih sembab. "Gue nggak mau lo jadi korban dari semua kekacauan ini. Cukup gue aja."

Tujuan Marissa datang hari itu jelas untuk menyelamatkan Diandra dari bahaya yang mungkin akan datang.

Selama ini, Diandra selalu ada untuknya. Dalam duka, dalam senyap, dalam jatuh. Tapi sebanyak apapun ia ingin diselamatkan, Marissa tak pernah ingin menjadikan sahabatnya itu sebagai tumbal penderitaannya.

Diandra memegang kedua tangan Marissa, menggenggamnya erat. Tatapannya tajam namun hangat.

"Lo tenang dulu. Jangan lakukan apa pun, Ca. Gue bakal omongin ini sama bokap gue. Dia pasti bisa bantu lo. Dia punya koneksi, dia ngerti hukum, dan yang paling penting... dia sayang sama gue. Gue yakin dia nggak bakal tinggal diam," ucap Diandra, berusaha menenangkan.

Tapi jauh di dalam dirinya sendiri, keraguan mulai tumbuh.

Bisakah ia benar-benar percaya pada ayahnya?

Marissa menatapnya lekat, penuh kekhawatiran.

"Gue takut, Ra. Keluarga Lingga bukan orang biasa. Lo pikir lo bisa ngelawan mereka sendirian?"

Diandra menghela napas, mencoba tetap tenang.

"Gue nggak sendirian. Gue punya lo. Dan... gue punya keyakinan, kalau yang salah harus dilawan. Seenggaknya, kita nggak diem aja."

1
Erika Solis
Duh, sakit banget hatiku. Terharu banget sama author!
Isolde
🙌 Suka banget sama buku ini, kayaknya bakal aku baca lagi deh.
Madison UwU
Gak sabar lanjut baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!