NovelToon NovelToon
Dikutuk Jadi Tampan

Dikutuk Jadi Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Obsesi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Harem
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: HegunP

Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.

Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.

Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.

Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 Pemuda Tampan

“Woy Bayu, sini lo!” seru salah seorang dari 10 laki-laki itu.

Nama Bayu yang orang itu panggil adalah sosok yang sedang bersembunyi di belakang punggung Edo, dan masih mengatur napasnya yang ngos-ngosan.

“Eh … lu anak yang pake masker, lu temen Bayu, ya?” tanya orang itu lagi sambil mengacungkan senjata tajamnya ke Edo.

“Bu–bukan. Aku perantau yang baru nyampe di kota ini. Orang yang kalian kejar ini tiba-tiba ngumpet di belakangku,” jelas Edo, meluruskan dengan sedikit terbata-bata.

“Bohong bang. Dia ini temenku. Kami janjian ketemuan di sini.” Bayu di belakang malah membantah dengan berbohong. Membuat Edo makin panik.

“Bukan-bukan! Aku gak kenal orang ini. Aku cuma perant—”

“Bacot kalian berdua!” potong salah seorang lagi dari 10 laki-laki itu dengan suara tidak sabar. “Ayo kita habisi aja ada dua-duanya!”

Mendengar itu, membuat Edo makin ketakutan. Tidak disangka orang di belakangnya ini malah sengaja melibatkan orang lain agar terkena getahnya.

“Kenapa kamu ngomong gitu?” omel Edo. 

“Hehe.” Bayu malah cengengesan.

“Udah… serbu ayooo!” 10 laki-laki yang rata-rata terlihat masih berusia 20 tahunan itu mulai berjalan menantang sambil mengangkat senjata masing-masing.

Edo nampak pucat pasi, tapi tubuhnya langsung masuk mode waspada sambil sedikit demi sedikit melangkah mundur.

“Gawaat …!”

Dalam keadaan mendesak begini, tiba-tiba otak Edo mendapatkan ide saat kakinya tak sengaja membentur 2 batu seukuran kepalan tangan.

Dia pun buru-buru memungut batu-batu itu.

“Mau lawan 10 orang pakai batu, memang bisa?” celetuk Bayu di belakang. 

Edo tidak menggubris. Dia langsung melempar batu di tangannya, tapi arah lemparan batu malah diarahkan ke seberang jalan.

Cetaar!

Batu itu mendarat tepat ke permukaan kaca mobil depan yang terparkir sembarangan di pinggir jalan. 

Kaca itu pecah, memicu suara alarm mobil berbunyi bising.

Tak berhenti di situ, Edo buru-buru memungut batu lagi. Kali ini dilempar ke sebuah rumah makan. Membuat kaca etalasenya pecah. Suara pecahan kaca-kaca kembali terdengar, membangunkan pemilik warung.

Suara bising alarm mobil juga telah membangunkan orang-orang di sekitarnya yang ada di lingkungan itu.

10 laki-laki pengejar dibuat berhenti melangkah. Wajah mereka berubah panik. Pasalnya, para warga pasti akan menuduh merekalah pelaku pelempar batu.

Dan ketika gerombolan laki-laki bersenjata itu tolah-toleh dan teralihkan fokusnya, Edo cepat-cepat kabur secepat kilat.

Kocar-kacir, jauh ke depan. 10 pemuda pengejar cuma bisa bengong sambil berdecak kesal melihatnya.

“Sial. Cabut guys. Sebelum kita diamuk warga!” seru salah satu dari 10 laki-laki bersenjata itu setelah menyadari Edo dan pemuda incarannya telah pergi jauh.

Nyawa Edo telah selamat. Tapi dia terus berlari sampai merasa benar-benar aman.

“Sepertinya sudah aman. Aduh …. capek banget!” seru Edo. Napasnya ngos-ngosan setelah puas berlari.

Edo berlari cukup jauh dan entah berada di mana sekarang. Yang jelas, lingkungannya tetap sepi seperti tadi.

Ada perasaan bersalah yang sekarang menyusup ke diri Edo. Rasa bersalah gara-gara ngelempar batu ke kaca mobil milik orang dan kaca warung makan pinggir jalan hingga pecah. Padahal Edo reflek melakukan itu untuk menyelamatkan diri.

“Semoga pemilik mobil dan warung yang aku pecahkan kacanya dilimpahkan rezeki berlimpah,” doa Edo dengan rasa bersalah.

“Amin … .” terdengar suara balasan doa Edo dari arah belakang.

Edo tersentak kaget dan hampir berteriak kencang. Sosok yang menjawab itu adalah Bayu, yang tanpa ia sadari mengikuti larinya dari tadi.

“Kamu ko ngikut aku!?” hardik Edo.

“Aku mau bilang terimakasih sama minta maaf karena udah bikin kamu hampir ikut celaka,” jelas Bayu.

Laki-laki berwajah tampan itu lalu tanpa ragu menjulurkan tangannya. “Aku Bayu. Maaf soal peristiwa tadi. Gara-gara aku kamu jadi terlibat,” ungkapnya yang nampak tulus.

Edo yang tidak mau memperpanjang masalah, pun memilih membalas uluran tangan pemuda itu.

“Namaku Edo. Iya … aku maafin, deh.” Edo membalas uluran tangan Bayu.

Setelah itu, Edo memutuskan untuk cepat-cepat pergi. Bagaimanapun juga, pemuda itu hampir membuatnya celaka. Jadinya, dia tidak mau lagi berurusan dengannya.

Lagipula, tujuannya sekarang hanyalah ingin mencari tempat untuk istirahat. Bukan mencari bahaya.

Tapi tiba-tiba, Bayu memanggil. “Kamu bilang orang perantau, kan? Kalau lagi nyari tempat istirahat, ke apartemenku saja. Ada banyak makanan juga di sana. Sekalian aku mau balas budi karena kamu udah nolongin aku.”

Mendengar tawaran Bayu itu, Edo langsung berhenti melangkah. Itu penawaran yang tidak bisa ditolak. Tempat nyaman untuk tidur, ditambah katanya punya banyak makanan. Kalau cuma menginap satu malam, tidak akan masalah.

“Bo–boleh, deh,” kata Edo malu-malu.

“Nah, gitu dong.” Bayu tersenyum lebar.

Pada akhirnya, Edo mengikuti langkah kaki Bayu yang katanya apartemennya tidak terlalu jauh dari lingkungan sini. Tapi tidak berselang lama, arah tujuan tiba-tiba diubah tatkala Bayu yakin kalau 10 orang pengejar itu pasti sudah menunggu kedatangannya di luar area apartemennya.

“Mending kita istirahat di tempat lain saja. Apartemen gak aman. Di sekitar sini ada penginapan buka 24 jam. Di sana aja, deh,” usul Bayu.

Edo pun cuma bisa menyetujui. Dia juga tidak ingin banyak tanya, yang penting bisa mendapatkan tempat beristirahat yang nyaman dan ada makanan yang tersedia.

Mereka lanjut berjalan kaki.

Dengan tudung jaket serta masker yang belum dibuka sama sekali, Edo sempat-sempatnya memperhatikan visual wajah Bayu yang sangat tampan. Pemuda itu mungkin berusia 20 tahunan.

Lama-lama, Edo jadi merasa iri. Paras Bayu dinilainya sangat pantas masuk ke kategori ketampanan yang diidam-idamkan semua laki-laki. Bahkan orang yang sudah tampan pun mungkin akan tetap dibuat iri dengan paras Bayu ini.

Bagaimana tidak. Ketampanan Bayu bahkan menyamai para aktor korea atau china yang level gantengnya di atas rata-rata (level super). Belum lagi postur tubuhnya yang tinggi, tegap, dan proporsional. 

Dalam perbandingan: Edo tingginya cuma 170 cm. Sedangkan Bayu mungkin sekitar 185 cm.

“Andai aku ganteng kaya dia, pasti hidupku gak akan menyedihkan gini.” Edo malah menghayal punya wajah ganteng seperti Bayu.

“Ngapain kamu lihatin aku terus? Kamu cowok suka cowok, ya?” tuduh Bayu yang dari tadi menyadari tatapan Edo.

“Bu–bukan. Aku cuma kagum. Soalnya abang ganteng kaya artis. Abang artis, ya?”

Bayu malah tertawa bangga. “Bukan, aku cuma pemuda biasa. Sudah kuduga. Gak ada yang gak akan kagum dengan mukaku ini. Senangnya jadi orang ganteng. Haha!” Bayu malah menyombongkan diri.

Selama perjalanan, Bayu jadi tidak berhenti mengoceh tentang ketampanan yang dimilikinya sambil tetap tertawa senang. Itu membuat Edo jadi makin iri.

Tak mau mendengar Bayu terus-menerus menyombongkan diri, Edo cepat-cepat menanyakan hal lain.

“Bang Bayu kenapa tadi sampai dikejar-kejar sama 10 orang?”

Bayu yang nampak ceria, berubah jadi sedikit sendu. Dia lalu tersenyum.

“Itu karena aku meniduri cewek-cewek mereka semua sekaligus,” jelasnya, dengan nada bangga.

“Buset. Pantas mereka sampai bawa senjata. Kenapa Abang tega ngelakuin itu?”

“Itu karena … kutukan tampan yang aku miliki temponya akan habis. Dan beberapa jam lagi aku akan mati."

1
Sharon Dorantes Vivanco
Gak akan kecewa deh kalau baca cerita ini, benar-benar favorite saya sekarang!👍
HegunP: makasih. ikutin terus ceritanya, ya. karena akan makin seru 👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!