NovelToon NovelToon
MAWADDAH

MAWADDAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Saidah_noor

Jika perselingkuhan, haruskah dibalas dengan perselingkuhan ...

Suami, adalah sandaran seorang istri. tempat makhluk tersebut pulang, berlabuh dan tempat penuh kasih nan bermanja ria juga tempat yang sangat aman.

Namun, semua itu tak Zea dapatkan.

Pernikahannya adalah karena perjodohan dan alasannya ia ingin melupakan cinta pertamanya: Elang. teman kecilnya yang berhasil meluluh lantahkan hatinya, yang ditolak karena sifat manjanya.

Namun pernikahan membuat zea berubah, dari manja menjadi mandiri, setelah suaminya berselingkuh dengan wanita yang ternyata adalah istri dari teman kecilnya.

Haruskah zea membalasnya?
Ataukah ia diam saja, seperti gadis bodoh ...

Novel ini akan membawamu pada kenyataan, dimana seorang wanita bisa berubah, bukan saja karena keadaan tapi juga karena LUKA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selingkuhan suamiku.

Aku menghilang sejenak, diruang Elang tadi aku benar-benar sudah gila. Mencari kerja itu susah, aku malah ngamuk didepan lelaki yang memberiku pekerjaan. Aku bodoh karena tak bisa menahan diri, tapi aku juga kesal dia selalu menghinaku manja.

Apa salahnya sih, jadi cewek manja?

Aku menggaruk kepalaku, mulai histeris dengan dunia yang membuatku merasakan depresi yang berat. Aku butuh ketenangan, jadi atap adalah tempat yang bisa membuatku menjadi diri sendiri.

"Masa bodoh, gue dipecat juga. Tapi, gue butuh kerjaan." Aku mau nangis, tapi air mataku terasa kering.

"Elang sialan! Elo emang kurang ajar dari dulu," teriakku, kepada semesta yang melihatku sendirian.

Dadaku sesak, tubuhku luruh dan aku berjongkok memeluk lututku, menangis terisak dengan pandangan yang menghadap pada dunia yang menurutku kejam. Makin lama air mataku keluar juga.

Hidupku yang dulunya indah, sifatku yang dulunya manja, segalanya yang selalu mudah dan terpenuhi, karena adanya ayah kini semua itu hanyalah sebuah mimpi. Aku merasa tak punya sandaran untuk hidup, pegangan untuk bangkit, hanya sakit yang kian memenuhi hati.

"Ayah, aku kangen ayah," lirihku tak berdaya.

Aku rindu sosoknya yang selalu menenangkanku, yang selalu ada setiap aku butuh, sekarang beliau tak ada hanya pelukan hampa yang kurasakan. Matahari yang mulai terang dan panasnya yang mulai menyentuhku, tak bisa menghangatkan tubuhku yang selalu merasakan kedinginan.

Dan aku menangis sepuasnya disana, diatap gedung yang tinggi dengan lima puluh lantai.

......................

Aku turun setelah hatiku tenang, saat aku duduk di meja kerjaku memulai mengerjakan tugasku yang mungkin saja tugas terakhir, Elang keluar dari kandangnya.

Aku tetap duduk, tapi kepalaku menunduk menghormatinya.

"Ayo kita meeting!" ajaknya dengan sikapnya yang super dingin.

"Maaf, bisakah dengan pak Er saja," tolakku melirik kearah sekertaris Elang.

"Ini pekerjaan bagian lo, bukan bagian Erik," tegas Elang.

Jadi namanya pak Er itu Erik, aku baru tahu.

Aku hendak melawan dan menolaknya dengan tegas, tapi belum juga mulutku berujar bibir Elang sudah menyela.

"Tak ada tapi-tapian! Sekali ini tugas elo, ya elo yang harus kerjakan. Gue tunggu satu menit lagi, kalau gak gue tinggal," ucap bapak Elang yang terhormat.

Aku segera merapikan berkas yang akan menjadi bahan meeting, sedangkan Elang sudah jalan duluan menuju lift.

Nafasku lega, setelah aku bisa menyusul si Elang yang menyebalkan ini. Bibirku mencibir, hatiku mengghibah dan otakku mengumpatinya, kala kami hanya berdua saja didalam ruang gerak naik turun ini.

"Gak usah sok gak butuh kerjaan! Tetap kerja disini, karena diperusahaan lain belum tentu elo diterima, Jadi, bekerjalah dengan baik mulai hari ini," tutur Elang yang membuat aku tertohok.

Ting

Lift terbuka, kami akan meeting bersama dibagian pemasaran. Disana aku menulis dan mencatat poin penting hasil rapat hari ini, meski jantungku deg-degan dan saat aku berbicara sedikit gugup, namun meeting hari ini terbilang lancar.

Tapi, satu hal yang baru aku tahu. Ternyata, Elang memang dingin saat rapat berjalan. Bicaranya yang tegas memapu membuat bawahannya diam, dan wibawanya sanggup membuat para wanita disana diam-diam melirik.

Hal ini mengingatkan aku saat masih dibangku sekolah, dimana pemilihan ketua osis tengah dilaksanakan. Elang selalu yang terunggul, mata-mata para siswi memuja dan memuji sosok Elang yang dinginya sedingin kutub utara.

Namun anehnya, tatapan lelaki itu terus tertuju padaku. Bukan aku kegeeran dan berpikir ia menyukaiku, tapi perintah sang bos kudu dilaksanakan sesegera mungkin dan aku wajib patuh.

"Zea catat ini," titahnya memberikan berkas yang diberikan direktur pemasaran.

"Zea ingat itu baik-baik, jangan sampai lupa," ujarnya padaku, saat itu semua orang mulai menatapku.

"Zea ...."

"Zea ...."

Dan "Zea, kau sudah mencatat semuanya?" tanyanya menatapku lagi dan lagi.

"Iya, Pak." jawabku singkat.

Aku menghela nafas panjang dan menghembuskan nafas yang tidak lega, karena pekerjaanku kini menumpuk.

Aku harus menghapal semua poin penting, mengingat wajah orang-orang tadi dan juga mengerjakan tugasku secepat mungkin. Tapi, berkat itu semua aku bisa melupakan sejenak masalahku dan fokus pada pekerjaan yang menghasilkan cuan.

Jam berdetak terus, detik demi detik berlalu. Aku duduk dimeja kerjaku bekerja dan bekerja yang aku lakukan. Sampai tak terasa, jam makan siang aku lupakan hari makin sore warna jingga bahkan mulai melebar.

Aku pergi kekamar kecil, membuang racun dan membasuh mukaku agar terlihat lebih segar.

Saat kembali, ada bingkisan dimeja kerjaku. Tentunya ada tulisannya juga dari si pengirim itu yang membuatku antara terenyuh dan miris.

"Makanlah dulu, elo butuh gizi untuk hidup dan jangan mati dulu sebelum cerai dengan Reza,"

Aku menganga membacanya.

Begitulah isi tulisan bapak Ceo tersebut, entah ini sebuah perhatian atau sebuah peringatan kematian. Kuku ku yang mulai panjang sudah ingin mencakar muka sok gantengnya itu, tapi perutku berdering memberikan notifikasi bahwa cacingku sedang lapar.

Pikiranku terombang-ambing antara makan atau tidak. "Suer, takut ada sianida didalamnya."

Biasanya, dalam tulisan "jangan mati dulu", berarti "matilah kau!"

Namun, pada akhirnya dari pada aku kelaparan aku memilih menikmatinya. Tak apa jika aku mati sekarang asal karma terus berjalan.

......................

Akhirnya aku pulang, kurebahkan punggungku pada ranjang empuk menurut standarku. Melemaskan ototku dan melupakan pekerjaan tadi siang yang begitu melelahkan, tak ada suara yang mengganggu. Entah dimana suamiku itu?

Malam ini belum kulihat batang hidungnya.

Aku pejamkan mataku, tapi baru saja sekian detik aku tidur suara pemberitahuan ponsel membangunkan aku. Awalnya aku abaikan, namun malah terus menyala dan menggangguku.

Aku mencarinya, karena itu bukan dering ponselku tapi milik mas Reza.

Dimeja nakas samping ranjang aku menemukannya, aku lihat telepon genggam yang masih menyala dan berbunyi. Tertera nama "Kekasihku love love," dari namanya saja aku sudah tahu siapa dia, hanya saja nama panggilannya membuatku ingin muntah.

Ku geser tombol hijau diaplikasi hijau itu kemudian menempelkannya pada telingaku.

"Mas, kamu dimana sih? Katanya malam ini, tapi kamu belum datang juga. Inget ya, Mas. Aku gak akan kasih kamu jatah, kalo kamu masih tidur sama istri kamu," ujar wanita disebrang sana, yang ku ingat adalah suara Alana.

"Mas, kapan kamu cerai sama istri kamu? Aku sudah pisah sama Elang, tapi kamu ... Aku gelisah sekarang, aku sudah berikan semua yang kamu mau. Tapi kamu malah gantung hubungan kita," kata wanita itu lagi.

"Mas, kamu kok diem aja, sih. Dateng, ya. Aku tunggu! Anak kita juga sudah tidur, diakan sudah sehat sekarang, Mas."

Aku terdiam mendengarnya, seingatku mas Reza pernah bilang bahwa anaknya dengan Alana punya penyakit ... Aku tak sanggup mengatakannya, baru mendengarnya saja dadaku sudah terasa dihimpit batu kenyataan yang pahit.

"Hallo, mas Reza abimana," panggil Alana dengan lembut dan manja.

"Hallo, siapa ini? Jawabku bergetar, pura-pura tak tahu siapa wanita disebrang sana.

Jantungku berdebar cepat, menyapa selingkuhan suamiku. Dari kata-katanya, Alana sepertinya tidak tahu siapa istri dari pria bernama Reza abimana. Aku ingat saat pesta ulang tahun Elang, kupikir waktu itu ia pura-pura tak tahu.

Ternyata Alana belum tahu, siapa aku?

1
vj'z tri
semangat sayang tunjukan pesona istri sah jangan kalah sama ani ani 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
🥳🥳🥳🥳🤩🤩🤩🤩
Arga Putri Kediri
keren elang
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 puassssss
vj'z tri
langsung promosi cuy 🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
aduhhhh senyum nya itu loh yang bikin anak orang tambah deg deg ser 🫣🫣🫣🤣🤣
vj'z tri
tak kenal maka tak sayang 🤭🤭🤭
vj'z tri
segini mah kurang kenyang aku Thor tambah lah 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri
pembukaan kok langsung bikin emosi meluap 😤😤😤😤
vj'z tri
jangan bosan bertemu akoh lagi 🤭🤭🤭🤭
🌀 SãñõõR 💞: pengen ketemu kamu lagi loh 😅
total 1 replies
vj'z tri
aku mundur Alon Alon Mergo sadar aku sopooo🥺🥺🥺
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘIncha ᴳᴿ🐅❤️⃟Wᵃf
lagi donk
vj'z tri
aku disini hadir kembaliiiii 🤗🤗🤗🤗🤗
mamah fitri
pengen tak tonjok laki modelan gitu.. udah ngasi duit 1jt doang tiap bulan dan istri tidak bekerja padahal suami mampu.. uang receh juga ditanyain mana?

kenapa harus pelit sih ma istri..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!