NovelToon NovelToon
YOTH: The Mystery Laboratory

YOTH: The Mystery Laboratory

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Konflik etika / Perperangan / Robot AI
Popularitas:410
Nilai: 5
Nama Author: Radit Radit fajar

seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.

kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.

Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.

Akankah mereka menemukan tempat tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menghadapi Ujian Pertama

"Kamu tidak apa-apa Zamir?" kakek bertanya mendekat kepadaku.

"tidak apa-apa, hanya nyeri punggung." jawabku, aku sudah bangkit dan menepuk-nepuk bagian pakaianku yang berdebu.

Teman-temanku juga mendekat setelah menginjak monster rajut.

"oke, kalau begitu kita obati saat pulang nanti. Karena sekarang kita harus cepat ke ruang security yang dicari sebelum monster itu kembali bangun." kata kakek.

Aku mengangguk. Lebih baik kami bergerak cepat dibanding kena serang lagi.

Kami kembali ke lobi melewati lorong yang lumayan sempit sebelumnya. Tidak ada kerusakan disini padahal tadi monster rajut yang bertubuh besar itu melewatinya. Pasti dia menggunakan kekuatan yang seperti tadi, menguruskan badan dan tubuhnya jadi tinggi sehingga dia menunduk melewati lorong ini.

Saat tiba di lobi, efek monster rajut tadi baru terasa. Karena disini ada beberapa baris kursi yang di pinggir ruangan dan terbalik.

Kami menghiraukan itu. Langsung naik kembali ke tangga lantai dua karena bergegas.

"oh ya Zamir, tarikan mata kancing yang dilakukan olehmu tadi sampai ngembuat nata monster tadi sedikit keluar. Dan tadi ada aliran listrik juga disekitar bagian itu, mungkin jika nanti masih ada, kita bisa mencungkil mata kancingnya lebih kuat. Jadi kita bisa menyerang bagian dalamnya langsung." Eron berkata saat kami sudah mulai berlarian di teras unit lantai dua.

Aku mengangguk sambil berlari. Walau aku sendiri juga tidak yakin monster itu akan membiarkan kerusakannya, tadi saja rencana kami untuk mendorong kakinya terbaca.

"kalau kalian nanti ada yang kelelahan bilang saja, kita bisa berhenti sebentar jika mau." kakek yang berlari di posisi paling belakang berkata.

Aku dan teman-temanku mengangguk. Aku yang berada di depan memimpin jalan sudah melihat tikungan pertama ke sisi kiri gedung.

Kami melewatinya. Karena ruangan security yang kami cari berada di bagian belakang gedung. Aku juga tidak bisa melihat monster rajut yang tadinya ada dibawah, karena dia tadi jatuhnya persis dibawah pagar teras.

Suhu dingin di malam hari tidak membuat kami mengeluh. Karena yang ada kami bukan kedinginan, tapi keringat dingin karena tegang.

Sampai akhirnya tiba di tikungan kedua. Yang anehnya monster tadi belum ada, aku memang tidak mengharapkan dia datang. Tapi kalau lama hanya ada dua kemungkinan, dia memang masih terbaring di halaman dalam, atau dia mencoba memperbaiki mata kancingnya itu.

Kami melewati tikungan kedua. Dan saat sudah sampai di depan ruang security yang dicari, kakek langsung memasukkan batu aksesnya ke dalam alat di samping pintu. Pintunya bergeser ke samping, terbuka, kami masuk ke dalam.

Kakek memencet logo security di aksesnya sampai kembali jatuh lalu masuk sehingga pintunya kembali tertutup.

Seperti yang dilakukan kakek sebelumnya ke pintu besi menuju lantai satu ini. Jadi ditinggalkan tertutup agar monster itu tidak bisa masuk melewati pintu.

Kami istirahat dulu sebelum melanjutkan mencari petunjuk ke ruangan tukang. Kami minum air putih yang dibawa masing-masing.

Aku melihat sekitar ruangan ini, cukup luas. Ini lebih luas dari ruangan security lain, dan ada bagian kursi kayu yang punya beberapa kabel listrik disekelilingnya.

Disini lampunya juga menyala remang, menerangi ruangan yang sudah tua dan berdebu ini. Tapi dibalik ketuaan dan debu ruangan ini, masih banyak hal yang berfungsi, lihat saja robot boneka rajut tadi, kami tidak tau umurnya berapa, tapi dia masih tetap kuat. Aku tidak bisa membayangkan kalau itu belum kondisi primanya.

Setelah selesai minum. Kakek menyusuri ruangan, kali ini kakek tidak melihat-lihat kedalam lemari atau laci. Tapi melihat ada apa dengan kursi itu, karena ada pintu di belakang kursi itu yang tidak bisa dibuka.

Lalu kakek menekan satu tombol berbentuk persegi panjang yang ada di dinding secara horizontal.

Tek! Tombol itu mengeluarkan suara halusnya.

"halo para pekerja di ruang security, kalian mau coba melihat ruangan tukang yang ada di belakang kursi kayu di ruangan ini? Kalian datang di ruangan yang tepat. Jika kalian mau pintu terbuka, harus ada satu yang duduk di kursi itu dengan pergelangan tangan yang digelangi besi tipis yang sedikit panjang. Kalian yang tidak duduk harus menjawab harus menjawab sepuluh pertanyaan yang kulanturkan, jika salah, orang yang akan ada di kursi akan makin kesakitan, tapi jika selesai, orang yang duduk di kursi akan bebas. Tekan tombolnya sekali lagi jika sudah ada yang siap dan duduk di kursi itu." suara itu muncul dari speaker di sudut langit-langit ruangan.

Itu bukan suara The Lockmaster, suaranya masih suara pria, tapi sepertinya itu pekerja di apartemen ini. Aku tidak menduga tombol tua tadi ternyata masih berfungsi.

Kakek langsung berjalan hendak duduk di kursinya. Tapi aku lebih dulu memegang pergelangan tangan kakek, memberhentikannya.

"jangan kek, nanti kalau pertanyaannya ada yang tidak bisa kami jawab tapi bisa kakek jawab, kakek tidak akan bisa menjawabnya saat duduk di kursi. Apalagi pengetahuan kakek bisa lebih dari kami, biar aku saja yang duduk." aku berkata, menawarkan.

Kakek sudah berenti, aku melepas genggaman tanganku. Kakek kembali balik kanan menghadap kepadaku.

"tapi kamu tadi baru jatuh dari lantai satu Zamir, jangan." kakek berkata.

"kalau begitu, boleh aku menawarkan diri?" Bhanu bertanya.

"kamu tidak masalah jika ini akan sakit?" tanya kakek.

"tidak masalah, lagipula aku sendiri yang mau mencobanya. Akan kutanggung resikonya." jawab Bhanu sambil maju lalu duduk di kursi itu.

Naurah, Eron, dan Elysia juga mendekat, mereka juga tegang dan cemas.

"baiklah, kamu yang memilih." kakek berkata, menekan tombol yang ada di dinding tadi kembali.

Saat tombol ditekan, langsung ada gelang besi yang sedikit panjang dan tipis melingkari pergelangan tangan Bhanu.

"1. Kenapa tanaman biasanya berwarna hijau?" suara dari speaker tadi terdengar.

Aku mengerutkan dahi, bingung, kenapa pula ada pertanyaan seperti ini? Ini tidak nyambung sama sekali dengan pekerjaan mereka.

Setelah lima detik, kami berpikir keras, Elysia yang hendak menjawab. Kakek langsung memberinya mic kecil yang ada di dekat tombol tadi, bentuknya bukan seperti mic biasa, tapi bentuk mic yang sudah tua.

"karena klorofil menyerap gelombang cahaya matahari terutama berwarna biru dan merah. Sedangkan warna hijau dipantulkan oleh klorofil." jawab Elysia.

"benar." suara dari speaker terdengar.

Kuris yang diduduki Bhanu tidak berubah apa-apa.

Tapi kalau model pertanyaannya begini bisa bahaya jika kami tidak tau jawaban. Ponsel kami tidak punya sinyal disini untuk mencari di internet, dan jika tidak dijawab jelas Bhanu tidak akan bisa bangkit.

Aku juga tidak bisa berpendapat begitu dengan mudah, karena teman-temanku juga punya kecerdasan di bidang masing-masing, semoga kami semua bisa menjawabnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!