NovelToon NovelToon
Senandung Sang Bunga

Senandung Sang Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Teen School/College / Karir / Fantasi Wanita / Chicklit
Popularitas:464
Nilai: 5
Nama Author: Baginda Bram

Aidol atau idol. Adalah istilah yang lumrah di zaman ini karena kehadirannya yang telah masif.

Chandra Kirana adalah salah satunya. Ia yang mulai dari nol, tak pernah berpikir untuk menjadi seorang idol.

Namun, ia "terperosok" ke dalam dunia itu. Dunia yang tak pernah ia tahu sebelumnya.

Mulai saat itu, dunianya pun berubah.

(Update setiap hari selasa, kamis, Sabtu dan minggu.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baginda Bram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Kami sampai pada tempat tujuan. Setelah mengalami perjalanan singkat dengan nyamannya, kami segera bergantian turun lalu mengikuti yang lain.

Aku berjalan bersama Viola yang tak hentinya mengajakku berdiskusi tentang cara cepat menghasilkan uang.

Di antara banyaknya ruangan yang kami lewati, staf mengarahkan untuk pergi ke ujung ruangan.

Betapa terkejutnya aku saat mendapati ruangan yang nampak kacau balau ini. Koper dan barang bawaan berserakan. Plastik-plastik berhamburan, manusia hilir-mudik seakan mereka dikejar oleh sesuatu. Antrian kamar mandi yang tak pernah kosong.

Seakan ada huru-hara. Hanya pakaian-pakaian saja yang rapi tergantung.

Aku mengenal beberapa di antara mereka. Mereka semua anggota Flow. Termasuk kak Olivia, kak Chika, juga kak Nadia. Semuanya seakan tak peduli dengan sekitar, hanya berlalu begitu saja.

Kami yang baru datang pun telah berbaur. Menjadi bagian dari huru-hara tersebut. Tanpa sadar, seperti mencebur lalu membiarkan arus membawa pergi. Langsung menyatu secara alami.

Kami mencari tempat untuk ganti pakaian. Untuk kali ini, tak ada ketentuan khusus soal pakaian yang akan kami pakai. Staf bilang, pakaiannya bebas.

Di tempat ini juga disediakan berbagai pakaian. Mulai dari baju santai, outfit stage sampai-sampai kostum aneh yang biasanya tidak dipakai di depan umum.

Kenapa ada kostum semacam itu di sini? Siapa yang membawanya sih? Siapa juga yang mau memakainya?

Sambil terheran-heran, aku memilih pakaian yang normal saja. Kuambil sebuah blazer yang terlihat menarik. Mungkin bisa dikombinasikan dengan baju lain. Tapi, bahannya yang lumayan berat dan warnanya yang gelap, akan panas jika dipakai untuk bergerak.

Lebih baik kucari pakaian yang lebih simpel dan tak membatasi ruang gerakku. Karena aku tidak tahu apa saja yang akan kulakukan nanti.

Kuletakkan blazer tadi. Mataku berkeliling, memburu kembali pakaian yang cocok. Menangkap sesuatu berwarna pink muda. Langkahku mengejar, kuraih kain itu.

Sebuah dress tanpa lengan. Mungkin warna pastel seperti ini cocok untuk kulitku yang agak kecoklatan. Untungnya tak secoklat dulu, berkat perawatan yang kujalani.

Baiklah. kupakai ini saja deh. Segera setelah kupakai, aku mencari Viola. Karena kami berdua berencana bersama sepanjang acara ini berlangsung.

Kudapati ia sedang merapikan pakaiannya. Sebuah blazer yang mirip dengan yang kuambil tadi, tapi yang ia pakai berwarna putih. Ditambah dengan warna baju dalamnya berwarna hitam dengan rok berwarna senada dengan blazer membuatnya tampak seperti orang lain.

Ia menyadariku. Berlari kecil ke arahku. Memamerkan baju temuannya dengan girang.

"Lihat nih, Ran! Ini kan baju orang kaya yang ada di film-film itu! Gimana? Udah cocok 'kan sama aku?" Tanyanya kegirangan. Sambil tak henti-hentinya melenggangkan tangan ke kanan dan ke kiri.

"Iya .. iya ... Keren kok!"

"Iya 'kan? Wow ...."

Ia terus tersenyum lebar, seperti anak kecil yang sedang mencoba baju baru hadiah dari ibunya.

"Ayo kita make up, Ran!" Ajak Viola.

Kami berdua duduk berleseh. Viola mengeluarkan kaca kecil dan beberapa alat make up dan kecantikan lainnya.

Aku pun begitu, tapi peralatan kecantikanku tak sebanyak miliknya. Tapi, kalau melihat sekeliling kami, Viola dan aku termasuk duo yang paling sedikit peralatan riasnya.

Aku lihat milik orang lain dengan kuas stipling serta stipling-nya, penjepit bulu mata, kuas mata, kuas eyeliner, kuas concealer dan bahkan kuas bibir.

Aku bisa saja membelinya, tapi apa gunanya kalau tidak bisa makainya? Lebih baik aku dandan sebisaku.

Aku dan Viola memoles wajah. Sebagus yang kami bisa. Aku hanya memakai foundation, pensil alis dan lipstik yang mana tak memakan banyak waktu.

Viola memandangiku dengan heran.

"Sudah?" Tanyanya.

Aku mengangguk cepat seraya berdiri.

"Yang benar aja!"

Viola menarik lenganku. Aku yang setengah berdiri, terduduk kembali.

"Sini, biar tambah cantik."

Viola menatapku intens. Kuas yang dibubuhi sesuatu di ujungnya, mendarat di pipi. Sentuhan lembut yang terasa geli bermula dari puncak tulang pipi sampai bagian sisi pipiku. Ia juga menyisir alisku dengan sisir mungil.

"Nah, begini seharusnya."

Aku memiringkan kepala. Viola mengangguk puas. Dirasa cukup, kami bangkit lalu menuju pintu yang terdapat arah tanda panah. Tertulis juga di sana entrance.

Sebelum kami masuk ke pintu itu, kami bertanya apa yang mesti dilakukan pada penunggu pintu yang sedari tadi berdiri siaga. Tak lupa dengan kalung yang menandakan kalau dia adalah seorang staf.

"Pak, kami harus ngapain ya?" Tanyaku.

"Kalian dari gen tiga ya? Buat gen baru, kalian akan menunggu stand khusus."

"Stand yang mana, Pak?"

"Kalian tinggal pilih stand yang kalian mau di sini."

Pria itu menyodorkan secarik kertas berisi denah lokasi. Ada beberapa kode yang tertulis di denah. Tertulis di catatan kaki arti dari kode-kode di bawahnya.

Ada beberapa pilihan yang bisa dipilih. Di antaranya, stan makanan, stan minuman, stan merchandise, bahkan stan elektronik.

Aku tak masalah dimana pun. Tinggal Viola maunya kemana.

"Vi, kamu mau pilih yang mana?"

Viola mengangkat alis.

"Yang bonusnya paling gede yang mana ya, Pak?"

"Bisa coba elektronik."

Viola mengangguk-anggukan kepala.

Elektronik mungkin pilihan yang tepat kalau kita mencari bonus, tapi bukankah kita ada disini untuk melatih interaksi kita?

Kalau begitu, lebih baik untuk mengambil stan yang sering dikunjungi pengunjung seperti makanan dan minuman yang menjadi kebutuhan semua orang.

Belum lagi, banyaknya pembeli yang membutuhkan barang tersebut. Walaupun bonusnya kecil, tapi kuantitasnya banyak, tak menutup kemungkinan kalau bonus di sana bisa lebih besar.

Kalau begitu, stan makanan adalah pilihan terbaik.

"Vi, kita ambil makanan aja yuk!" Ajakku.

Viola memicingkan mata, "tapi, kan ...."

"Vi, makanan memang bonusnya enggak seberapa, tapi elektronik juga jarang laku. Apalagi kita ini enggak terkenal, mana mungkin bisa menarik banyak pembeli. Mending kita ambil yang bonus sedikit tapi lakunya banyak, daripada bonus banyak tapi lakunya sedikit."

Viola mencubit dagu. Sedang mencerna perkataanku.

"Masuk akal sih. Kalau begitu, kita ambil stan makanan aja deh."

1
SakiDino🍡😚.BTS ♡
Bagus banget deh, bikin nagih!
KnuckleDuster
Buat gak bisa berhenti baca!
Coke Bunny🎀
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!