NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Futuristik

Neil tertawa kecil dari balik layar. “Akhirnya permainan dimulai. Aku akan aktifkan koneksi lama di Timur Tengah. Masih banyak yang berutang nyawa padaku.”

Zayn angkat bicara. “Aku siapkan tempat aman dan kendaraan di sana.”

Aylin menoleh, menatap pria muda yang belum dikenalnya.

“Aku urus jalur aman. Paspor baru. Tak akan terdeteksi,” Andi menimpali, dingin.

Aylin tampak ragu, namun Akay menggenggam tangannya. “Mereka di pihak kita. Sama seperti dulu, saat mereka melindungi kita di lintasan.”

Rayyan menatap Aylin dalam. “Kau bukan sekadar pewaris darah. Kau penjaga keseimbangan.”

Lalu, Buntala, yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara.

“Aku sudah lama pensiun,” ucapnya pelan, namun tegas. “Tapi demi putra sahabatku—Andi. Dan demi warisan yang bisa mengubah dunia... aku akan kembali turun ke medan.”

Neil tertawa singkat. “Lengkap sudah. Tim impian. Dan ini... akan mengubah segalanya.”

Rayyan mengangguk tipis. “Dan mungkin... membangunkan mereka yang sudah lama tertidur.”

Perlahan, Akay mengangkat sebuah buku bersampul kulit hitam. “Simbol ini... lingkaran bersilang. Campuran antara mantra kuno dan peta bintang. Aku pernah lihat ini. Di dokumen milik Uncle.”

Neil membisu. Rayyan bertukar pandang dengan Andi. Zayn menoleh pada ayah mertuanya. Buntala tetap diam, tenang.

Akhirnya, Neil bicara. Suaranya pelan, tapi sarat tekanan. “Simbol itu... berasal dari dokumen milik pria yang hendak membocorkan rahasia liontin. Tapi sebelum ia sempat bicara, ‘Mata Elang’ menembaknya. Tepat di dahi. Rapat rahasia bubar dalam kepanikan.”

Ruangan membeku.

“Setelahnya, anak buahku memeriksa tubuhnya. Dalam jasnya, tersembunyi peta tua... dan dokumen kecil, ditulis dalam aksara kuno. Penuh simbol bintang. Dan satu catatan...”

Suara helaan napas memecah keheningan.

Semua menoleh ke arah Buntala.

Pria tua itu bangkit perlahan. Tubuhnya tegap, matanya setajam elang.

“Aku kenal simbol itu,” katanya, datar. “Aku pernah menjalankan misi ke dusun tersembunyi bernama Lintar Kambang—tempat yang tak ada di peta. Di sana, para penjaga menyebut satu nama: Panjer Jagad.”

Rayyan menyipitkan mata. “Kukira itu mitos.”

“Bukan,” Buntala menatapnya lurus. “Panjer Jagad adalah sistem perlindungan. Segel kuno. Dan jika buku itu memiliki simbol yang sama... bisa jadi segel itu mulai melemah.”

Neil menimpali, “Dan jika segel itu terbuka, bukan hanya liontin—seluruh kebenaran yang dilindungi selama bertahun-tahun, termasuk asal-usul keluarga Aylin—akan terkuak.”

Aylin membeku. Akay menatap buku itu dengan tatapan baru.

Aylin... dan liontinnya.

Ini bukan kebetulan.

Ini... awal dari semuanya.

***

Hujan rintik-rintik membasahi kaca depan mobil yang melaju pelan di tengah kota. Lampu jalan memantul di permukaan aspal yang mengilap, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang menari di sisi jalan. Di balik kemudi, Akay tampak tenang, satu tangan menggenggam stir, sementara tangan lainnya bersandar santai di jendela.

Aylin memandangi jalanan dengan pikiran yang masih sibuk mencerna pertemuan tadi. Ia menoleh pada suaminya, suara lembutnya memecah keheningan di dalam kabin mobil.

“Akay… aku sudah tahu siapa Tuan Rayyan dan Uncle Neil. Tapi… dua pria yang duduk tak jauh dari Papa Andi—aku tidak mengenal mereka. Yang satu masih muda, bermata tajam. Satunya lagi… lebih tua, terlihat tenang, tapi penuh kewaspadaan.”

Akay tersenyum kecil, seolah sudah menduga pertanyaan itu akan muncul.

“Pria muda itu Tuan Muda Zayn,” jawabnya pelan. “Putra Tuan Rayyan. Dia juga atasan langsungku di kantor.” Akay melirik Aylin sekilas. “Sementara pria tua yang duduk di sebelahnya… itu Pak Buntala. Mantan intelijen--mertua Tuan Zayn. Dulu sangat disegani, tapi memutuskan pensiun lebih awal setelah dikhianati rekan kerjanya sendiri. Sejak itu, beliau memilih hidup sederhana bersama keluarganya.”

Aylin mengangguk pelan. “Tapi… tetap kelihatan berwibawa, ya.”

“Banget,” sahut Akay cepat. “Orang-orang di jajaran militer dan intel masih sangat menghormati beliau.”

Aylin menghela napas, lalu tersenyum samar. “Aku nggak nyangka… kamu dan keluargamu dikelilingi orang-orang dengan latar belakang yang bukan kaleng-kaleng. Kamu pasti bangga, ya?”

Akay tertawa pelan, suaranya dalam dan hangat.

“Bangga? Kadang, iya. Tapi lebih sering merasa… tertekan,” katanya jujur. “Tuan Rayyan itu pebisnis yang jalan di jalur terang, tapi ditakuti oleh dunia terang dan gelap. Papa itu tangan kanannya—artinya, kemampuannya juga nggak bisa diremehkan. Uncle Neil? Dia ayah angkatku, dan… dia termasuk salah satu sosok mafia yang cukup ditakuti.”

Aylin terdiam, mendengarkan dengan saksama.

“Tuan Zayn…” lanjut Akay, “dia seperti duplikat dari ayahnya. Tegas, pintar, dan punya insting yang tajam. Sedangkan Pak Buntala… meski sudah pensiun, catatan pengabdiannya masih membuat banyak orang segan.”

Mobil melaju perlahan melewati perempatan jalan, lampu merah menyala dan menghentikan laju mereka. Akay menatap ke depan, lalu berkata lirih, “Berada di antara orang-orang seperti mereka kadang bikin kita ngerasa kecil. Kayak… kalau kita nggak punya kemampuan yang bisa dibanggakan, rasanya nggak layak berdiri di hadapan mereka. Tapi justru itu yang jadi motivasi. Buat buktiin kalau kita juga punya sesuatu.”

Aylin menoleh padanya, matanya hangat. “Dan kamu berhasil membuktikannya, Akay. Di mataku… kamu lebih dari cukup.”

Akay meliriknya, lalu menggenggam tangan Aylin singkat sebelum kembali fokus pada jalan. “Makasih, Lin. Kamu nggak tahu betapa itu berarti buatku.”

Di luar, hujan masih mengguyur. Tapi di dalam mobil itu, kehangatan dan pengertian saling berdiam di antara dua insan yang terus bertumbuh bersama.

***

Bengkel Aylin – Sore Menjelang Malam

Percikan api melompat dari mesin las. Bismo, pria bertubuh kekar dengan kaus lusuh dan tangan penuh bekas oli, menyeka keringatnya dengan punggung tangan. Di hadapan pria yang dipercaya Aylin mengelola bengkelnya itu, motor tua peninggalan kakek Aylin berdiri gagah, seperti baru dibangkitkan dari tidur panjangnya.

Aylin menatapnya lekat-lekat, seperti menatap kenangan masa kecilnya yang terkubur. Tangannya menyusuri jok kulit yang aus namun kokoh, lalu berhenti pada emblem kecil di tangki—ukiran singa bermata zamrud, lambang darah keturunannya.

Emblem pada kendaraan adalah logo, simbol, atau gambar yang biasanya dipasang di bagian depan, belakang, atau sisi kendaraan. Emblem ini memiliki makna tertentu dan berfungsi sebagai identitas atau ciri khas dari merek atau tipe kendaraan tersebut.

Bismo menatap motor itu seperti menemukan harta karun. “Gue udah bongkar sebagian bodinya. Kakek lo kayaknya bukan orang sembarangan. Ini motor tua, tapi... modifikasinya nyaris futuristik.”

Aylin mengerutkan dahi. “Futuristik?”

Bismo mengangguk. “Ada semacam chip tertanam di bawah tangki. Dan kabel tersembunyi yang bukan bawaan pabrik. Gue bahkan nemu semacam proyektor mini di balik headlamp.”

Ia menyentuh bagian depan motor dan menekan tombol kecil tersembunyi. Cahaya tipis menyala dari balik headlamp—peta holografik mengambang di udara, memperlihatkan garis berliku seperti pembuluh darah, dan satu titik merah yang berdenyut di ujungnya.

Aylin terbelalak. “Itu... Istanbul?”

Bismo tersenyum bangga. “Lebih tepatnya: rute masuk ke kota bawah tanahnya. Motor ini kayak kompas mekanik.”

Aylin menarik napas dalam, menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata yang sudah menggantung di ujung.

“Kakek... bahkan setelah tiada, masih menjagaku.”

Jemarinya menyentuh lambang singa di tangki bensin.

“Kakekku selalu bilang, yang penting bukan siapa yang pegang kendaraan... tapi arah yang dituju,” ucap Aylin lirih.

Bismo mengangguk. “Gue udah sinkronin ulang kompas internal dan panel sensor. Kalau ada ‘jalan tersembunyi’ yang lo cari, motor ini bisa bantu lo nyari.”

“Terima kasih, Bis.”

Bismo menepuk pundaknya. “Kalau lo bisa ngobrol sama kakek lo sekarang... gue yakin dia bakal bangga setengah mati.”

Bismo menatap motor Kakek Aylin. "Motor ini siap tempur besok pagi. Tangki udah gua isi. Sistem peta aktif. Dan satu lagi…” Ia menyerahkan helm tua berlapis kulit dengan ukiran sama seperti emblem di tangki.

Aylin meraihnya, dan dalam sekejap, dunia lamanya terasa menyatu kembali—dengan dunia yang sekarang.

Ia menggenggam helm itu erat, merasakan dinginnya besi menyentuh kulit, namun yang mengalir justru hangat—kenangan, harapan, dan tekad yang diwariskan.

Aylin menatap ke depan. Bayangan Istanbul masih samar di peta, tapi tujuannya kini lebih jelas dari sebelumnya.

"Perjalanan ini tak akan mudah," bisiknya. "Tapi jika aku gagal mengambil yang menjadi hakku... maka tak seorang pun akan memilikinya."

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
abimasta
waaauuu kereenn thor
Fadillah Ahmad
Mudah-Mudahan Bisa Lolos 80 Bab Terbaik Ya Kak Nana. 🙏🙏🙏 Aku Sangat Berharap Loh Kak. 😁😁😁 Dan Kalau Rezeki Syukur-Syukur Msnang Lomba Juga Kak Nana. Aminn.
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin.🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
tak bersisa...
Mrs.Riozelino Fernandez
o'ow... 😳😳😳😳
Puji Hastuti
Aylin and the genk /Good//Good/
asih
👍👍👍👍👍 bacanya sampi tegang
Puji Hastuti
Kerreeeennn
syisya
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼 gak bisa berkata" lagi thor
Anonim
Akay keren juga ya punya anak buah yang siap melindungi Bos nya.
Jantung masih aman niihhh..... bacanya sambil nahan nafas wkwkwk
Lilik Aulia
seru banget semangat thor
Mrs.Riozelino Fernandez
itu ternyata 😅😅😅
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳😳
Anonim
waduuuuuhhhh peluru Akay habis jadi semakin m e n e g a ng kan
Hanima
👍👍
Linda Setyo
👍👍👍
Linda Setyo: 🤲amin...
🌠Naπa Kiarra🍁: Aku ikut prihatin, Kak. Semoga cepat pulih dan jaga kesehatan, ya!"
total 4 replies
Anonim
waaahhh Akay cara boncengnya benar-benar membahayakan jiwa ragamu ya.....
Anonim
keren nih othor....
benar-benar mencekam membaca serasa ikut menghindar dari kejaran musuh wkwkwk...dan ikut mensupport Aylin dan Akay untuk menggeber motornya semakin kencang namun tetap waspada demi formula untuk keselamatan banyak orang
Fadillah Ahmad
Sudah Aku Duga,kak Nana Lebih Hebat Membuat Cerita Mafia,ketgangannya dapat Sekali. Semangat Kak Nana...
sum mia
dag dig dug... dag dig dug ... dan tiba-tiba harus berhenti karena to be continued .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana, Ceritanya Seru Kak Nana, Semangat Kak Nana. Ayo Aylin Akay,maju Terus Pantang Mundur. Sekali Maju Jangan Pernah Menoleh Lagi Ke Belakang Aylin Akay. Selesaikan Apa Yang Telah Menjadi Keputusan Kalian. Semoga Setelah Misi Ini Dunia akan Damai Kembali. 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!