Mu Yao, seorang prajurit pasukan khusus, mengalami kecelakaan pesawat saat menjalankan misi. Secara tak terduga, ia menjelajah ruang dan waktu. Dari seorang yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ia berubah menjadi anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Ia bahkan memiliki seorang adik laki-laki yang sangat menyayanginya dan selalu mengikutinya ke mana pun pergi.
Mu Yao kecil secara tidak sengaja menyelamatkan seorang anak laki-laki yang terluka parah selama perjalanan berburu. Sejak saat itu, kehidupan barunya yang mendebarkan dan penuh kebahagiaan pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seira A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Menjadi Pemegang Saham di Zui Xian Lou
Mu Yao sebenarnya malas ribut sama anak kecil. Walaupun usia fisiknya sekarang malah lebih muda dari Su Mo, tapi sebagai kakak, tetap harus punya wibawa dong!
Melihat Mu Yao nggak kelihatan marah lagi, Su Mo langsung bangkit lagi kayak barusan dihidupkan ulang. Sifat sok badungnya pun muncul lagi. Ia menatap Mu Yao sambil berkata, “Daging panggangmu itu, Gadis Mu, jujur aja ya, itu yang terenak yang pernah aku makan. Bisa nggak kamu bakarin lagi buat aku? Aku bayar satu tusuk satu tael perak, gimana?”
Kalau saja Su Mo tahu sebelumnya Mu Yao dikasih dua tael perak untuk satu tusuk, dia pasti langsung nawarin dua tael tanpa mikir!
Orang-orang di sekitar yang dengar omongan Su Mo langsung melotot. Tapi setelah itu, mereka cepat tenang lagi. Toh si Tuan Muda satu ini paling nggak kekurangan uang. Ekonomi Negara Xiling sebagian besar dikendalikan oleh keluarga-keluarga besar di ibu kota. Keluarga Su, misalnya, menguasai dunia pengobatan. Hampir di semua kota besar di Xiling, pasti ada cabang dari Ji Shi Tang. Apalagi dengan dukungan diam-diam dari Kaisar, bisnis keluarga Su makin lama makin berkembang pesat.
Mu Yao dalam hati ngedumel waktu dengar tawaran Su Mo: Anak kecil manja, kamu pikir punya duit aja aku mau bakarin daging buat kamu? Tapi masalahnya... aku emang lagi butuh duit!
Dengan senyum manis, Mu Yao menatap Su Mo, “Hmm... Su Xiaoshizi~” Tapi kemudian dia merasa panggilan itu aneh, “Aku panggil kamu Su Mo aja ya?”
Su Mo sih santai-santai aja, malah kalau bisa dia pengin Mu Yao manggil dia ‘Kakak’. Di rumah, dia cuma punya dua kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Dia selalu kepengin punya adik cewek imut-imut kayak boneka. Meskipun Mu Yao ini nggak bisa dibilang imut banget atau cantik luar biasa, tapi gayanya beda dari cewek-cewek yang pernah dia lihat—ada sedikit aura berani, keras kepala, dan licik. Entah kenapa, dia suka aja sama gadis ini... tentu aja bukan suka dalam artian cinta-cintaan ya!
“Su Mo,” kata Mu Yao, “Aku bisa kok bakarin daging buat kamu tiap hari, asal kamu setuju satu syarat.”
Baru denger janji daging tiap hari, Su Mo langsung senyum sampai ke telinga. Tapi pas dengar kata ‘syarat’, semangatnya langsung padam setengah. “Syarat apa?” tanyanya, sambil mundur pelan-pelan karena tatapan Mu Yao yang keliatan penuh rencana itu bikin dia agak merinding.
Jangan-jangan dia mau aku nikahin dia?! pikir Su Mo. Teringat bagaimana Mu Yao tadi nendangnya tanpa ampun—walau nggak sakit sih, tapi tatapannya tuh... dinginnya sampai ke tulang. Lalu bayangan Mu Yao jatuh dari tebing pun terlintas kembali. Ini cewek tuh... beneran bukan manusia biasa, ini mah mini penyihir! Kalau nanti nikah terus tiap hari dikasarin, aku bisa apa? Lawan juga pasti kalah... Masa depan gue tamat!
Semakin dipikir, Su Mo makin takut. Dia melirik Mu Yao dengan wajah penuh horor.
Mu Yao nggak nyangka banget satu kalimatnya bisa bikin bocah itu mikir sampai ke urusan rumah tangga. Kalau dia tahu pikiran Su Mo, udah dari tadi dia tendang ke luar angkasa!
Sementara itu, di suatu tempat...
Nangong Ling: Istriku memang galak tapi keren!
Mu Yao merasa tatapan Su Mo ke dirinya kayak kelinci lihat serigala. Kenapa dia jadi berasa kayak serigala besar kelaparan ya? Malah jadi pengin ketawa.
Tapi di mata Su Mo, senyum Mu Yao justru makin bikin ciut. Kakinya bahkan mulai gemetaran.
Langit: Kasian banget si Mo-Mo ini...
Mu Yao akhirnya to the point, langsung menyebutkan syaratnya.
Su Mo langsung lega. Rasanya kayak batu gede jatuh dari dada. Wajahnya pun berubah dari tegang ke santai.
“Kamu mau ajak aku kerja sama bisnis? Bilang aja dari tadi. Asal bisa cuan, aku sih oke-oke aja. Tapi jangan di sekitar Kabupaten Ping ya.”
Mu Yao heran, “Emang di daerah sini udah ada warung bakar-bakaran juga?”
Su Mo menggeleng. “Bukan cuma di sini, sepengetahuanku, di seluruh Xiling juga belum ada warung atau restoran khusus daging bakar.”
Mu Yao makin bingung. “Kalau belum ada, kenapa nggak boleh buka di sini?”
Su Mo akhirnya jujur, “Daging bakarmu tuh enak banget. Cuma kurang variasi aja. Kalau ada tambahan lauk, pasti makin laku keras. Bahkan kalau dibuka di ibu kota pun, aku yakin bakal bikin kamu kaya raya. Tapi... hampir semua bisnis restoran besar dipegang sama keluarga Perdana Menteri Tang, tepatnya si Tuan Muda Tang Xuan. Sebenarnya, keluarga kami nggak takut sama mereka. Tapi ada kesepakatan tak tertulis antara para keluarga besar. Intinya, nggak boleh buka restoran Su di dekat restoran Tang. Dan sebaliknya, Tang juga nggak boleh buka apotek di dekat apotek Su. Ngerti sekarang?”
Mu Yao langsung paham. Oh, ini sama aja kayak di zaman modern. Bukan soal persaingan, tapi soal pembagian wilayah pasar. Ngalah dikit itu justru saling menguntungkan.
Dia lalu berkata, “Su Mo, aku ngerti. Tapi aku belum berencana buka toko di luar kota. Gimana kalau... daging bakarku dimasukin ke restoran Zui Xian Lou aja?”
Mu Yao tahu dari Su Mo kalau Zui Xian Lou itu milik keluarga Tang. Dia sendiri bukan siapa-siapa, kemungkinan besar nggak akan dipercaya. Tapi kalau Su Mo yang ngomongin langsung, hasilnya bisa beda. Masalahnya, mau nggak ya dia bantu?
Ternyata, Su Mo langsung setuju bantu. Nggak pakai mikir lama. Memang sih, cewek ini agak liar, suka seenaknya, dan jelas nggak anggap dia sebagai bangsawan. Tapi anehnya, dia justru nggak bisa benci sama Mu Yao. Jangankan cewek lain, cowok lain aja kalau berani bilang dia ‘bocah tengil’, pasti udah dihajar.
Di kejauhan...
Nangong Ling: Kamu yakin bukan kamu yang bakal digebukin?
Su Mo: “......”
Su Mo lalu menyuruh pelayannya, Wan Hong, untuk memanggil manajer Zui Xian Lou. Tapi yang datang malah si Tuan Muda Tang Xuan langsung. Dia ini bangsawan terkenal, tampan, karismatik, dan gaya bicaranya tenang tapi berwibawa. Pakaiannya mewah, dengan jubah sutra biru dan gantungan giok di pinggang. Langkahnya anggun banget waktu masuk ke ruangan tempat Mu Yao berada.
Mu Yao bukan tipe yang gampang tergoda sama penampilan, tapi ya... yang cakep tetap enak dilihat! Nggak heran sih kalau dia disebut sebagai pemuda paling berpengaruh di ibu kota.
Setelah memandangi Tang Xuan beberapa detik, Mu Yao langsung to the point bahas urusan bisnis. Awalnya Tang Xuan agak ilfil—masa sih cewek bisa naksir terang-terangan gitu? Tapi begitu Mu Yao mulai jelasin idenya, Tang Xuan langsung berubah pikiran total.
Ini anak bukan cewek desa biasa... Gaya bicaranya, idenya, bahkan pemikirannya lebih matang dari pedagang kawakan.
Tang Xuan, yang sebelumnya agak meremehkan Mu Yao, sekarang malah kagum. Bahkan belum sempat Mu Yao jelaskan semuanya, dia udah bisa melihat potensi besar dari ide tersebut.
Mereka pun lanjut berdiskusi tentang teknis kerja sama. Tang Xuan makin kagum. Ide-ide segar Mu Yao benar-benar membuka pikirannya. Bahkan masalah bisnis yang selama ini bikin pusing, langsung terasa mudah.
Bahkan Su Mo yang dari tadi diam-diam memperhatikan, mulai merasa kagum juga.
Nangong Ling: Istriku itu calon pebisnis top! Mana bisa salah pilih?
Akhirnya, mereka menandatangani kontrak kerja sama. Tang Xuan sebagai pemilik utama restoran mendapat 70% dari hasil keuntungan, sementara Mu Yao mendapat 30%. Jangan remehkan 30% ini—Zui Xian Lou itu punya banyak cabang! Jadi, dari persentase itu saja, Mu Yao bisa kaya raya!
Belum lama setelah itu, Mu Yao juga menciptakan menu baru: Hot Pot! Makin meledaklah popularitas restoran milik keluarga Tang. Namanya bahkan dikenal sampai ke luar perbatasan.
Tentu saja, Mu Yao nggak lupa sama kebaikan Su Mo hari ini. Beberapa resep sederhana yang ia berikan ke Ji Shi Tang milik keluarga Su, sukses membuat apotek mereka mendominasi seluruh daratan Zhongzhou!