Adhya Kadhita Megantari,
sedang menikmati masa jomblonya,tenang tanpa ada gangguan dari para pria.
Nyatanya ketenangan hidupnya harus diganggu oleh playboy macam Hasabi Laka Abdullah.
Tiba-tiba tanpa ada aba-aba.
Gimana gk tiba-tiba, kalau pada pertemuan pertama Papa Desta memaksa menikahkan Adhya dengan Laka.
mau gk yaa?
Yuk, baca cerita pertama saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayidah Syifaul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laka untuk Adhya
"Pft...! Ekhm!" Adhya terus saja menertawakan Laka sejak tadi. Ia sudah berusaha menahannya. Tapi tetap tertawa lagi.
"Udah dong, Yang. Masak masih diketawain mulu," Laka cemberut. Sementara Agam yang menyetir mobil mereka, diam saja, tak berekspresi apapun.
"Ya, habisnya kamu ngapain, sih, pakek acara akting begitu?" Adhya kembali tertawa.
"Gak bisa bayangin kamu ciuman sama Agam, pft....!" Adhya tertawa lagi.
"Yang, aku cium loh, kalo masih ketawa," Laka memperingatkan Adhya. Mengapa aibnya ini harus terbuka di depan istrinya ini, sih?
Adhya berusaha menahan tawanya sekuat mungkin, hingga wajahnya memerah.
"Yaa, aku gak tau, Yang,. Yang kepikiran saat itu ya cuma itu,"
Adhya hanya bisa mengangguk ngangguk, karena kalau membuka mulutnya , takut ia akan tertawa lagi.
"Oh, iya Yang, aku lupa mau bilang sama kamu," Laka berusaha mengalihkan topik pembicaraan agar Adhya tidak terus terusan menertawakannya.
"Apa?" syukurlah Adhya mulai tertarik.
"Aku.....," Laka mengambil jeda, lalu menggenggam tangan Adhya. Menatap matanya lekat lekat.
"- udah putus sama pacar pacarku," sambung Laka.
Tapi ekspresi yang Adhya tunjukkan tidak sesuai ekspektasi Laka. Ia kira Adhya akan girang, tersenyum, atau memeluknya. Namun Adhya malah mengernyitkan dahinya, heran.
"Masak?" tanya Adhya. Mana mungkin ia percaya begitu saja dengan bajul modelan Laka begini.
"Iya, Yang! Nih aku tunjukin," Laka menyodorkan hpnya untuk Adhya lihat.
"Ini sengaja nggak ku hapus karena nanti kalau kamu nggak percaya, aku bisa nunjukin bukti ini," Laka membuka chatnya bersama para mantan.
Ya, semua chat itu berakhir dengan kata "kita putus". Dan semua kontaknya sudah diblokir.
"Aku hapus, ya?" Laka melihat terlebih dulu wajah Adhya yang nampak serius memerhatikan layar ponselnya. Lalu menghapus semua riwayat chatnya dengan para mantannya.
"Serius, kamu?" Adhya bertanya setelah Laka menghapus semua chatnya dengan para mantan.
Laka mengangguk, " ini semua buat kamu," Laka kembali menggenggam tangan Adhya.
"Yang, aku cin-"
"Bos, kita sudah sampai," sial, lagi lagi Agam merusak suasana hati Laka. Padahal ia hampir mengungkapkan cintanya pada Adhya.
Laka menggeram tertahan dan melirik tajam pada asistennya yang sangat cerdas itu.
Sedangkan Adhya yang sudah punya firasat akan apa yang dikatakan Laka, pun segera membuka pintu mobil. Ia berniat turun lebih dulu sebelum Laka berhasil mengatakan cinta. Bukan karena apa, namun Adhya tak ingin Laka mengungkapkan cinta sebelum ia benar benar yakin akan perasaannya.
Adhya hanya takut terluka. Takut tak bisa memaafkan Laka apabila ia nanti kembali ke mode bajulnya. Sementara seperti ini dulu, tunggu hati sama sama yakin, baru kita mulai semuanya.
"Yang!" Adhya yang sudah turun dari mobil pun, jadi kejengkang dan ambruk di pelukan Laka karena Laka menariknya tiba tiba.
Laka bukannya menarik Adhya karena ingin kekeuh mengungkapkan cintanya, namun ada hal lain yang lebih darurat.
Setelah memandang tajam pada asistennya tadi, Laka menengok ke arah Adhya. Sebenarnya memang niat awal ingin tetap mengungkapkan cintanya. Namun matanya melotot begitu melihat bercak merah di gamis Adhya.
Laka bukannya tidak tau noda apa itu. Itu adalah darah, dan pasti sekarang Adhya sedang datang bulan. Bahkan Laka sudah pernah beberapa kali menemui gal semacam ini, dengan siapa lagi kalau bukan dengan pacar pacarnya itu. Jadi, soal urusan per-pembalutan Laka sudah ahli kalau disuruh beli.
"Kamu jangan berdiri," ucap Laka. Karena Adhya berusaha melepaskan pelukan Laka darinya. Nggak tau saja si Laka kalau Adhya, tuh deg deg an. Sebenarnya Laka juga, sih. Tapi ia lebih ke seneng karena sekali lagi dapat memeluk Adhya, hingga rasa senangnya mampu mengalahkan deg deg an nya.
"Kenapa?" Adhya bertanya. Berusaha untuk menjaga nada bicaranya agar stabil. Tak seperti orang yang gugup.
"Kamu kayaknya datang bulan, deh Yang,"
"Hah! Trus ini gimana? Tembus emang? Banyak?" satu satu sayang kalau nanya.
"Nggak banyak, tapi kelihatan,"
Adhya malu sekarang, semoga hanya Laka yang melihatnya.
"Kamu diem, ya?" ujar Laka. Adhya kira Laka akan naik lebih dulu untuk mengambilkannya sesuatu untuk menutupi noda di gamisnya. Atau kalau nggak, Laka pakek jasnya untuk menutupi. Tapi ternyata....
Haaah....! Adhya berteriak dalam hati dan menutup mulutnya. Tak menyangka kalau Laka akan menggendongnya denga gaya pengantin. Seperti waktu tragedi mogok kemarin.
Agam yang dari tadi memperhatikan hanya geleng geleng. Setelah bos besarnya masuk, barulah ia mengambil motornya dan pulang. Istrinya psti sudah menunggunya di rumah.
Sementara itu, saat Laka dan Adhya masuk rumah, keduanya malah kepergok oleh Bunda Maya.
"Loh, loh, loh, kenapa ini. Adhya kenapa? Jatuh sayang?" tanya Bunda Maya.
"Nggak kok bun, Adhya lagi pengen digendong Laka," jawab Laka.
Duh! Suami Adhya ini malah bikin Adhya tambah malu.
Oooo.... Bunda kira ada apa, yaudah, masuk sana, istirahat.
"Siap bunda, good night!" ucap Laka lalu masuk ke kamarnya bersama sang istri yang ada di gendongannya.
Kali ini Adhya tidak marah karena Laka sudah menggodanya. Ia sudah cukup malu. Dan ia sudah memaklumi sifat suaminya yang memang tengil ini.
...****************...
Paginya, Adhya meringkuk diatas kasur. Sudah biasa kalau lagi datang bulan perutnya akan sakit begini. Dan pasti bagi kita para cewek udah gak asing sama rasa sakitnya.
Wajah Adhya sampai pucet dilihat Laka.
Dan Laka hari ini sigap sebagai suami yang baik. Mulai dari mengambilkan Adhya sarapan, mengambilkan air hangat untuk di kompres diperutnya. Dan Laka, pun juga menyiapkan dirinya sendiri hari ini. Sama seperti sebelum ia menikah.
"Yang, aku berangkat kerja dulu, ya?" Laka berpamitan lalu mengecup dahi Adhya.
"Utang kamu udah lunas satu," tuh, kan bisa bisanya disaat seperti ini Laka masih membahas utang ciumannya.
Agam sudah ada di bawah menunggu Laka yang turun agak siang hari ini.
"Bos, ada titipan surat kemarin. Saya lupa kasih ke pak bos," Agam menyerahkan amplop berwarna coklat ke Laka.
"Dari siapa?"
"Kata resepsionis, dari wanita, tapi gak tau identitasnya,"
Laka membuka surat itu
Kita bisa putus, tapi tolong temui aku untuk yang terakhir kalinya.
Aku tunggu di Bar Loves,
Kalau kamu gak datang, aku bakal nekat. Dan kamu akan menyesalinya.
Rashta.