PERNIKAHAN YANG TERLUPAKAN

Perjalanan jauh membawa Andhini hingga ke Turki. Saat ini ia telah menempati salah satu kamar di sebuah apartemen sederhana. Ada baiknya saat masih berada di tanah air ia mencari tempat tinggal alternatif. Dan kini terbukti pencariannya tidak sia-sia. Tempat khusus mahasiswi Indonesia ternyata terisi semua. Rupanya mahasiswa dan mahasiswi Indonesia banyak juga yang memilih Turki sebagai tempat menimba ilmu.

Pertama kali menginjakkan kaki di Istanbul membuat Andhini merasakan culture shock. Perbedaan budaya dan makanan serta iklim yang paling terasa. Namun semua itu tak membuat Andhini menyerah. Satu hal yang membuat Andhini tak henti-hentinya merasa bersyukur untuk saat ini adalah penduduk  lokal menyambutnya dengan ramah dan memberi kesan positif.

Kini Andhini sudah memulai perkuliahannya di salah satu kampus ternama di Istanbul yaitu Universitas Sabanci , salah satu universitas yang memiliki reputasi baik dalam hal kualitas pendidikan dan penelitian.

Satu hal yang membuat Andhini segera memulai perkuliahannya adalah karena keadaan dirinya yang kini berbeda. Ada segumpal darah yang mulai tumbuh di rahimnya. Sebelum berangkat ia menyempatkan  diri memeriksakan diri karena merasakan perubahan pada tubuhnya. Dan hasil pemeriksaan mengharuskannya segera angkat kaki dari tanah air. Ia tak ingin mendapatkan cercaan dan hinaan dari masyarakat jika dirinya melahirkan tanpa suami. Sedangkan ia tak ada niat untuk kembali terikat pada pria itu.

“Sabar ya nak, jangan membuat bunda kewalahan di negeri orang,,,” Gumam Andhini mengelus lembut perutnya. Sepertinya calon bayinya sangat mengerti keadaan Andhini, hingga kini tak sekalipun ia muntah atau sangat menginginkan sesuatu.

Untuk saat ini Andhini masih tinggal sendiri karena kehamilannya tak merepotkan. Semoga saja hingga melahirkan semua berjalan lancar.  Meskipun begitu Andhini sudah mulai mencari seseorang yang bisa ia percaya untuk menjaga bayinya jika nanti sudah melahirkan bahkan ia berencana jika usia kandungannya memasuki 7 bulan, ia sudah akan mempekerjakan orang tersebut.

Andhini masih betah tidur-tiduran setelah pulang kuliah. Menatap perutnya yang masih rata membuatnya tersenyum sekaligus meringis di waktu yang bersamaan.

“Ck, bibit pria itu ternyata tokcer juga,,,” Andhini berbicara sendiri. Ia tak ingin percaya karena mereka hanya melakukannya satu kali namun pada kenyataannya kini ia mengandung anak pria itu.

Ting tong ting tong

Andhini beranjak dari tempat tidurnya ketika bel pintunya berbunyi. Ia berjalan perlahan demi menjaga calon bayi yang belum berbentuk. Kehamilan pertama dan seorang diri membuatnya harus selali hati-hati.

Ceklek

“Lany ?! Ayo masuk ,,,” Andhini membuka pintu lebar-lebar agar teman barunya bisa masuk. Keduanya sama-sama baru masuk pada Universitas Sabanci dan kebetulan mereka pun mengambil jurusan yang sama.

“Kamu baik-baik aja kan ?! Tadi aku mencarimu di perpustakaan karena kuliat kamu keluar terburu-buru, kukira kamu ke perpustakaan ternyata sudah pulang lebih dulu,” Gadis berkacamata tebal itu berbicara dengan wajah khawatir.

Lany dan Andhini adalah salah satu di antara sekian banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berasal dari Indonesia dan mereka berdua beserta beberapa mahasiswi yang lain pun tidak mendapatkan tempat di lokasi khusus mahasiswa yang berasal dari tanah air. Makanya itu wajarlah jika mereka memiliki kedekatan.

“Aku baik kok, hanya saja aku merasa sedikit lelah mungkin karena terlalu banyak duduk,” Andhini tersenyum haru. Hari ini memang jadwal kuliah Andhini full dari pagi sampai sore dan beda-beda gedung. Di semester awal memang sengaja Andhini mengambil banyak mata kuliah agar bisa sedikit menghemat waktu mengingat kehamilannya yang semakin membesar.

“Ok, kalo gitu aku pamit. Kalo butuh bantuan telpon saja aku ,,,” Lany tersenyum manis sebelum keluar dari flat Andhini.

Lany sekhawatir itu pada Andhini karena ia mengetahui kehamilan teman barunya itu.  Andhini memang memutuskan untuk menceritakan tentang kehamilannya pada Lany namun tentu saja ia tak menceritakan secara detil. Andhini hanya mengatakan ia hamil dan memilih kembali melanjutkan pendidikan karena suaminya memiliki istri yang lain. Andhini tak sepenuhnya berbohong karena kenyataannya memang seperti itu.

Jika Andhini sudah tenang menempuh pendidikannya, berbeda halnya dengan Satria yang masih mencari keberadaan Andhini. Meskipun belum ada hasil namun ia yakin akan menemukan sang istri.

“Gimana Sat, pencarian Andhini udah ada kabar ?!” Mama Bella tak pernah bosan bertanya ketika Satria pulang ke rumah. Pertanyaan yang semakin membuat Satria frustasi.

“Belum ada ma,,,” Layaknya pertanyaan mama Bella, jawaban Satria pun selalu sama sehingga membuat mama Bella semakin kesal.

“Mungkin sebaiknya kamu gak usah pulang deh, apa gunanya punya duit banyak tapi menemukan Andhini saja kamu gak mampu ,,,” Mama Bella menatap sinis putra yang sangat ia sayangi sebelum menikahi Linda.

“Jangan mengusirku ma, aku berasa anak tiri kalo mama seperti ini ,,,”  Satria tak tau lagi harus bekata apa pada sang mama tercinta. Ia sudah sekuat tenaga mencarinya namun tetap saja Andhini tak bisa dilacak.

Satria hanya menunggu Andhini menggunakan ATM atau kartu kredit yang diberikan oleh Niko agar keberadaannya bisa terdeteksi. Rupanya Satria tak mengenal Andhini dengan baik. Andhini wanita cerdik dan sangat hati-hati dalam bertindak. Sebelum melakukan sesuatu wanita itu sudah memikirkan segala sesuatunya.

“Bagaimana dengan informasi dari Niko ?!” Mama Bella masih belum puas dengan jawaban Satria.

“Sama aja ma ,,, Niko pun tak menemukan keberadaan Andhini,” Satria mengusap wajahnya dengan kasar. Kali ini ia benar-benar putus asa.

Sejak kepergian Andhini dua bulan yang lalu, Satria melewati hari-harinya dengan mencari keberadaan Andhini bahkan sebagian besar pekerjaannya diambil alih oleh Faiz. Bahkan mengunjungi bunda Riana pun ia tak mampu lakukan.

Rasa bersalah pada mama mertuanya yang tak becus menjadi seorang suami membuat Satria tak mampu menatap wajah sang mertua yang sangat baik itu. Tatapan sendu bunda Riana seolah mencabik-cabik hatinya meskipun wanita paruh baya itu tak pernah menyalahkannya.

Dengan kenyataan yang seperti ini apakah mungkin takdir cintanya bersama Andhini memang tak direstui oleh semesta ?

Lamunan Satria terputus ketika tiba-tiba perutnya seperti diaduk-aduk. Ia berlari ke arah kamar mandi sehingga membuat mama Bella mengernyitkan dahi.

Hoekk ,,, hoekkk (kira-kira giti ya readers muntahnya Satria)

“Kamu kenapa Sat ,,,” Mama Bella mengikuti putranya dengan khawatir. Semarah-marahnya mama Bella pada Satria namun pria itu tetaplah anak kandungnya.

“Masuk angin ma ,,,” Jawab Satria sembari membasuh wajahnya. Sejak kemarin ia sama sekali belum makan nasi dan Satria hanya minum susu. Nafsu makannya tak lagi seperti dulu.

“Ayo ke kamar, biar mama yang kerokin,,,” Mama Bella menggiring Satria ke kamarnya agar pria itu bisa berbaring dengan leluasa dan bisa langsung tidur.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

^^^Makassar, 1 Juni 2025^^^