PLEASE FOLLOW DEAMERIAWAN UNTUK MENDAPATKAN NOTIFIKASI UPDATE NOVEL TERBARU
Sudah lebih dari 8 tahun Alika menunggu kesempatan untuk membalas kematian kedua orangtuanya yang dibunuh secara keji oleh Klan mafia Camorra dari Sisilia. Saat itu Alika masih berusia 12 tahun dan baru saja beberapa jam sebelumnya ia berulang tahun dan membuka hadiah dari kedua orangtuanya. Tiba-tiba rumah yang mereka tempati didatangi tamu yang tak diundang. Ayahnya ditembak di tempat dan ibunya pun tak luput dari tembakan. Sedangkan Alika saat itu pingsan setelah tertembak dibagian perut. Untung ia bisa diselamatkan oleh tetangganya seorang mantan agent CIA yaitu Mr. Hamilton yang tanpa sengaja melihat gerombolan Camorra mendatangi rumahnya. Dan Mr. Hamilton pun mengadopsi Alika karena ia dan istrinya tidak memiliki anak.
Sungguh tragis ... diusianya yang masih muda Alika harus menjadi yatim piatu. Dan ia sendiri hampir meregang nyawa. Sejak saat itu Alika dilatih oleh ayah angkatnya men
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon deameriawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGGANGGU KECIL
Ia terus mendekati Alika, menawarkan bantuan dengan tugas-tugasnya dan mengajaknya keluar untuk minum kopi.
Suatu malam, Alika sedang bekerja larut malam di laboratorium ketika Ben datang menemuinya. Ia membawa kopi dan makanan ringan, dan ia menawarkan untuk membantunya dengan proyeknya.
"Alika, aku tahu kau sibuk, tapi aku benar-benar ingin mengenalmu lebih baik" kata Ben, suaranya lembut namun penuh harap. "Aku tahu kau mungkin tidak tertarik, tapi aku harus mengatakannya. Aku menyukaimu". Alika menghela napas. Ia tahu saat ini akan tiba. Ia menatap mata Ben, mencoba menyampaikan kejujuran dan kelembutan. "Ben, aku sangat menghargai perhatianmu" kata Alika. "Kau pria yang baik dan cerdas. Tapi aku harus jujur padamu. Aku sudah menikah". Wajah Ben langsung berubah pucat. Ia tampak terkejut dan kecewa. "Menikah ?" tanyanya, suaranya nyaris tak terdengar. "Tapi... bagaimana bisa ? Kau tidak pernah menyebutkannya". "Aku tahu" kata Alika. "Aku seharusnya memberitahumu lebih awal. Aku minta maaf. Aku hanya tidak ingin menyakitimu". Ben terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. Kemudian, ia menghela napas panjang dan menatap Alika. "Aku mengerti" katanya. "Aku ... aku hanya berharap kau memberitahuku lebih awal. Aku sudah terlanjur menyukaimu". "Aku tahu" kata Alika. "Dan aku benar-benar minta maaf. Tapi aku harap kita masih bisa berteman". Ben tersenyum pahit. "Aku tidak tahu apakah aku bisa melakukan itu" katanya. "Tapi aku akan mencoba".
Setelah percakapan yang canggung itu, Ben menjauh dari Alika. Ia tidak lagi mendekatinya atau menawarkan bantuan. Alika merasa bersalah dan sedih atas apa yang terjadi, tetapi ia tahu bahwa ia telah melakukan hal yang benar.
Sementara itu, Alika terus menyelidiki gangguan di kampus. Ia semakin dekat dengan kebenaran, tetapi ia juga merasa bahwa ia sedang diawasi. Ia merasa bahwa seseorang tahu apa yang sedang ia lakukan, dan mereka mencoba untuk menghentikannya.
Suatu malam, Alika sedang bekerja di laboratorium ketika ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ia berbalik dan melihat seorang pria berdiri di ambang pintu. Pria itu mengenakan jaket kulit hitam dan topi, dan wajahnya tertutup bayangan.
Jantung Alika berdegup kencang. Ia tidak mengenali pria itu, tetapi ia tahu bahwa ia dalam bahaya. "Siapa kau ?" tanya Alika, mencoba menyembunyikan rasa takutnya.
Pria itu tidak menjawab. Ia hanya melangkah maju, mendekati Alika dengan gerakan mengancam. Alika bersiap untuk membela diri. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya sendiri. Meskipun ia lebih suka menggunakan otaknya, ia tidak ragu untuk menggunakan keterampilan bela diri yang telah ia pelajari selama beberapa tahun di CIA.
Tiba-tiba, lampu di laboratorium padam. Alika terkejut, tetapi ia tidak kehilangan fokus. Ia mendengar suara langkah kaki mendekat, dan kemudian ia merasakan seseorang meraih lengannya. "Jangan bergerak !" bisik suara di telinganya. Alika tidak menurut. Dengan gerakan cepat, ia memutar tubuhnya dan menendang pria itu di tulang kering. Pria itu mengerang kesakitan dan melepaskan cengkeramannya. Alika berbalik dan menghadapi pria itu. Ia melihat bahwa pria itu adalah seorang pria yang tinggi dan kekar, tetapi ia tidak takut. Ia telah menghadapi musuh yang lebih berbahaya sebelumnya. Pria itu mencoba menyerang Alika lagi, tetapi Alika menghindar dengan mudah. Ia membalas dengan serangkaian pukulan dan tendangan yang cepat dan tepat. Pria itu kewalahan dan jatuh ke lantai.
Alika melompat ke atas pria itu dan menahannya. Ia mengikat tangannya dengan kabel yang ia temukan di dekatnya. "Siapa yang mengirim mu ?" tanya Alika, suaranya dingin. Pria itu tidak menjawab. Ia hanya menatap Alika dengan tatapan benci. Alika menghela napas. Ia tahu bahwa pria itu tidak akan berbicara. Ia memutuskan untuk menyerahkannya kepada pihak berwenang. Ia menelepon polisi dan melaporkan kejadian tersebut. Polisi tiba dengan cepat dan menangkap pria itu.
Setelah kejadian di laboratorium, Alika memutuskan untuk lebih berhati-hati. Ia tahu bahwa ia sedang berhadapan dengan orang-orang yang berbahaya, dan ia tidak ingin membahayakan dirinya sendiri atau orang-orang yang ia cintai. Ia meminta bantuan Ethan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang gangguan di kampus. Ethan setuju untuk membantunya, dan mereka mulai bekerja sama untuk mengungkap kebenaran.
Mereka menemukan bahwa gangguan tersebut terkait dengan sebuah perusahaan teknologi yang mencoba mencuri data penelitian dari MIT. Perusahaan itu ingin menggunakan data tersebut untuk mengembangkan teknologi baru yang akan memberi mereka keuntungan kompetitif. Alika dan Ethan memutuskan untuk menghentikan perusahaan itu. Mereka menggunakan keahlian mereka untuk meretas sistem perusahaan dan mencuri kembali data yang dicuri. Mereka juga membocorkan informasi tentang kegiatan ilegal perusahaan itu kepada media. Perusahaan itu terpukul oleh skandal tersebut. Harga saham mereka anjlok, dan mereka kehilangan banyak pelanggan. Akhirnya, perusahaan itu terpaksa bangkrut. Alika berhasil melindungi MIT dengan bantuan suaminya, Ethan dan mencegah perusahaan itu mencuri data penelitian mereka. Alika dipuji sebagai pahlawan oleh mahasiswa dan fakultas MIT.
Beberapa hari kemudian, Alika sedang berjalan-jalan di kampus ketika ia melihat Ben duduk di bangku taman. Ia mendekati Ben dan duduk di sebelahnya. "Hai, Ben" kata Alika. "Hai, Alika" jawab Ben, suaranya datar. "Aku ingin minta maaf atas apa yang terjadi di laboratorium" kata Alika. "Aku tidak bermaksud menyakitimu". "Tidak apa-apa" kata Ben. "Aku mengerti. Kau hanya melakukan apa yang harus kau lakukan". "Aku harap kita masih bisa berteman, Ben" ujar Alika. "Aku tidak tahu" kata Ben. "Aku masih perlu waktu untuk memikirkannya".
Saat itu, Ethan datang menghampiri mereka. Ia tersenyum kepada Alika dan merangkulnya. "Hai, sayang" kata Ethan. "Aku sudah mencari mu ke mana-mana". Alika tersenyum kepada Ethan dan memperkenalkan Ben kepadanya. "Ben, ini suamiku, Dr. Ethan Cole" kata Ethan. Ben menatap Ethan dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Alika sudah menikah, apalagi dengan pria setampan dan percaya diri seperti Ethan. "Senang bertemu denganmu, Ben" kata Ethan, mengulurkan tangannya. "Alika sering menceritakan tentangmu". Ben menjabat tangan Ethan dengan ragu. Ia merasa canggung dan tidak nyaman. "Senang bertemu dengan mu juga, Dr. Cole" kata Ben. Ethan tersenyum ramah kepada Ben, tetapi ia bisa merasakan bahwa Ben merasa tidak nyaman. Ia tahu bahwa Ben menyukai Alika, dan ia merasa kasihan padanya. "Alika adalah wanita yang luar biasa" kata Ethan kepada Ben. "Aku sangat beruntung bisa menikah dengannya". Ben mengangguk, tidak tahu harus berkata apa. "Baiklah, sayang, kita harus pergi sekarang" kata Ethan kepada Alika. "Temani aku bertemu dengan beberapa klien". "Oke kalau begitu" kata Alika, "Ben, maaf kami duluan ya" ucap Alika sambil menggenggam tangan Ethan.
***