Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Salah Paham
Mata Ruslan dan Rosmalina langsung terbelalak nyaris lompat dari kelopak mata mereka, setelah mendengar penjelasan dari pengacara Jonathan.
"Mana ada hal seperti itu!" bantah Ruslan ketika para pengacara itu menggertak mereka.
Jika tidak menyerahkan sertifikat rumah setelah menerima uang dari Maira. Mereka semua akan melaporkan Ruslan dan Rosmalina ke pihak berwajib.
"Kenapa tidak bisa? kamu punya bukti rekaman cctv hotel saat peristiwa itu terjadi, kamu juga punya saksi, kami akan meminta keterangan pihak juragan Rusli juga. Memangnya kalian pikir, juragan Rusli akan melepaskan kalian? tiga alat bukti sudah cukup untuk membuat kalian di penjara dengan tuntunan eksploitasi manusia! hukumannya 10 tahun penjara. Mau?" tanya salah seorang pengacara.
Dia tahu bahasa hukum, dia mengerti hukum. Tapi dia sedikit berlebihan tentang ancaman hukuman yang mungkin akan diterima oleh Ruslan dan Rosmalina. Itu atas permintaan dari Jonathan. Makanya mereka mengatakan semua itu.
Rosmalina yang mendengar bagian paling penting dari kalimat pengacara itu, karena bagian lain dia tidak terlalu paham segera merangkul tangan suaminya, karena dia merasa begitu takut.
"Bang, gimana ini? apa kita beneran akan di penjara 10 tahun?" tanya Rosmalina takut.
Ruslan sendiri, pria itu sudah terlihat sama takutnya.
"Heh, kenapa di penjara. Ambil sertifikatnya. Kan cuma kasih sertifikat, dia juga gak akan tinggal di sini. Kasih saja, terus kita kembalikan uang juragan Rusli!" kata Ruslan berbisik pelan pada istrinya.
Sebenarnya, terlihat jelas dari wajahnya. Kalau Rosmalina sama sekali tidak rela, dia tidak mau memberikan sertifikat itu pada Maira. Kan kalau dia butuh uang, dia bisa memainkan trik semacam ini lagi untuk mendesak Maira. Sayangnya, wanita itu sepertinya punya orang-orang yang cukup perduli, sampai mengingatkan dirinya tentang sertifikat rumah neneknya.
Dengan enggan, Rosmalina pergi ke kamarnya. Mengambil sertifikat rumah dan menyerahkannya pada Maira. Maira juga menyerahkan kuitansi, dan nota perjanjian dengan pamannya. Kalau dia ambil sertifikat itu karena sudah serahkan uang 150 juta pada pamannya. Mereka tidak boleh lagi ambil sertifikat itu dari Maira.
Setelah semuanya selesai, Maira dan yang lain keluar dari rumah neneknya.
Di luar, Jihan tampak merangkul Maira.
"Maira, aku senang masalahmu dengan pamanmu yang jahat itu selesai. Kak Jo, terimakasih telah bantu Maira. Aku pergi dulu ya, mau siap-siap berangkat kerja!" kata Jihan yang segera diangguki Maira.
Jihan segera pergi, orang-orang yang dibawa Jonathan juga sudah pergi. Sertifikat rumah itu dibawa oleh mereka. Karena Jonathan menyarankan untuk balik nama saja. Kalau masih dengan nama neneknya Maira. Paman dan bibinya bisa saja berulah lagi. Maira setuju, jadi sertifikatnya memang diserahkan pada orang-orang yang dipercaya Jonathan itu.
Awalnya Jihan ragu, karena kata Jonathan kan orang-orang itu cuma pengacara gadungan. Namun satu dari mereka mengaku memang kerja di kantor notaris. Makanya pada akhirnya Jihan merasa ucapan Jonathan cukup bisa dipertimbangkan. Lagipula Jonathan sudah banyak membantu.
"Mau makan malam dulu, sebelum berangkat kerja? aku tahu warung nasi goreng enak di dekat klub" kata Jonathan.
Maira mengangguk setuju. Bukankah kalau dia menolak Jonathan kesannya dia sangat tidak tahu diri. Sudah dibantu, tapi hanya makan malam saja tidak mau. Dia juga berpikiran, mungkin sebaiknya dia mentraktir Jonathan. Sebagai ucapan terimakasih.
Saat Maira dan Jonathan sedang makan malam. Jack yang sudah menunggu di apartemen terlihat kesal. Salah siapa dia tidak punya kontak Maira. Jadi, dia tidak bisa menghubungi Maira.
Jack terus melihat ke arah jam di dinding, semakin malam, semakin Maira tidak datang. Tangannya semakin terkepal kuat.
Sedangkan Maira, dia juga ingat kalau seharusnya dia menyiapkan makan malam dulu untuk Jack.
Baru setengah makan, dia segera berdiri dan membayar nasi goreng itu.
"Kak Jo, aku minta maaf. Aku harus membuat makan malam untuk tu..." Maira menjeda ucapannya. Dia tidak mungkin mengatakan tentang Jack pada Jonathan, "kak, terimakasih banyak. Aku harus pergi, sampai ketemu di klub. Sekali lagi terimakasih banyak untuk semua bantuan kak Jo, hari ini!"
"Aku bisa mengantarmu..."
"Tidak usah kak, terimakasih banyak!" kata Maira yang langsung memesan taksi online dengan ponselnya sambil berjalan menjauh dari tempat itu.
Jonathan terlihat kecewa, tapi dia segera menghela nafas panjang. Kan nanti mereka akan bertemu lagi di klub.
Sementara Maira yang sudah sampai di apartemen, segera membuka pintu apartemen itu.
Maira terburu-buru masuk, dan segera menuju ke dapur. Tapi saat ke ruangan tengah, dimana akses jalan menuju ke dapur yang lewat tempat itu. Langkahnya terhenti melihat Jack yang sedang duduk dengan gelas minuman di tangannya.
"Tuan..."
Tidak ada jawaban dari Jack.
"Maaf, saya terlambat. Saya akan segera buatkan makan malam!" kata Maira yang langsung beranjak ke dapur.
Dia memasak makanan untuk makan malam Jack. Dan pria itu, sama sekali tidak beranjak dari tempatnya. Tidak juga mengatakan apapun. Suasana ruangan itu bagi Maira sungguh begitu canggung cenderung sedikit menyeramkan.
Setengah jam berlalu, semuanya sudah matang. Maira melihat jam di dinding, dia juga harus segera pergi ke klub.
"Tuan, makan malam sudah siap!" kata Maira.
Dia cukup lama berdiri dengan jarak dua meteran dari Jack. Tapi pria itu sama sekali tidak mengatakan apapun.
"Saya... saya akan mandi dulu, permisi tuan!" katanya yang langsung beranjak ke kamar.
Jack masih tidak bicara sepatah katapun. Pria itu tengah sibuk dengan pemikirannya yang tidak bisa dia terima sendiri.
Setelah mandi dan ganti pakaian kerja. Maira menggunakan jaket lalu keluar dari kamar.
"Tuan, saya ijin bekerja..."
Deg
Maira yang berada tak jauh dari Jack, menjeda ucapannya dan mendadak mematung di tempatnya ketika Jack menoleh dan meliriknya dengan sangat tajam.
'Tuan kenapa ya? kenapa dia melihatku seperti itu? aduh, aku lupa. Kan tuan minta aku berhenti kerja, tapi bagaimana mungkin. Aku bahkan punya hutang pada bos klub dan kak Jo...'
Prangg
Maira berjingkat. Dia terkejut sekali, saat Jack membanting gelas minumannya dengan begitu keras tak jauh darinya.
Pecahan gelas itu bahkan mengenai betis Maira.
"Aku bilang apa padamu? berhenti bekerja di klub itu! aku sudah berikan uangnya padaku kan? apa karena pria itu, kamu menyukai pria itu? tidak ingin berpisah darinya? kalian habis berbuat apa? Biar aku periksa apa yang sudah dia lakukan padamu!"
Jack menarik jaket Maira. Sampai jaket itu terbuka. Maira terkejut. Dia memang punya perjanjian dengan Jack. Tapi bukan untuk diperlakukan seperti ini.
Naluri Maira untuk melindungi dirinya membuatnya mendorong Jack. Jack yang banyak minum, kehilangan keseimbangannya dan terhuyung ke belakang. Jatuh dengan tangan menekan pecahan gelas.
"Tuan!" Maira panik, dia segera mendekat ke arah Jack, berniat membantu Jack, tapi Jack malah mendorongnya.
"Munafik, tidak usah berpura-pura. Kamu sengaja kan? kamu begitu ingin melukaiku supaya bisa bersama pria bartender itu. Kalian menjijikkan! Pergi!"
Maira merasa Jack salah paham. Dia dah Jonathan tidak ada hal seperti itu. Tadinya Maira memang menyukai Jonathan. Tapi dia sadar, sekarang ini dia punya suami. Setidaknya dia akan melupakan perasaannya itu untuk satu tahun ke depan ini.
Maira mais berusaha membantu Jack berdiri.
"Tuan, tidak seperti itu. Aku tidak bisa berhenti sekarang, maafkan aku!"
Plakk
Maira terdiam, sebenarnya Jack juga bukan sengaja. Dia hanya dalam keadaan setengah sadar. Tangannya hanya refleks menolak bantuan Maira. Bukan sengaja ingin menampar.
***
Bersambung...
lanjut up lagi thor