NovelToon NovelToon
HUJAN DI REL KERETA

HUJAN DI REL KERETA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romantis
Popularitas:788
Nilai: 5
Nama Author: Toekidjo

Hujan deras membasahi batu kerikil dan kayu bantalan rel kereta, sesekali kilatan petir merambat di gelapnya awan.

Senja yang biasanya tampak indah dengan matahari jingganya tergantikan oleh pekatnya awan hitam.

Eris berdiri ditengah rel kereta tanpa mantel hujan, tanpa payung, seluruh pakaiannya basah kuyup sedikit menggigil menahan dingin.

Di Hadapannya berdiri seorang gadis memakai gaun kasual berwarna coklat.

Pakaiannya basah, rambutnya basah, dan dari sorot matanya seperti menyimpan kesedihan yang mendalam, seolah menggambarkan suasana hatinya saat ini.

Wajahnya tertunduk lesu, matanya sembab samar terlihat air mata mengalir di pipi bercampur dengan air hujan yang membasahinya.

“Eris, apapun yang terjadi aku tidak ingin kehilangan kamu” ucap Fatia

Bagaimana kisah lengkapnya?
Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bertemu Ayah Fatia

“Sepertinya kita harus beliin sesuatu buat orang rumah” ucap Eris

“Emang jam segini masih ada yang jualan” jawab Fatia

“Di Dekat jembatan ada jual tempe mendoan terkenal di Bumiayu ini, mereka hanya buka malam, nanti kita mampir kesana” ucap Eris.

Sesampainya di tempat tersebut, suasana tampak ramai, terdapat meja pendek berjejer beralaskan tikar di depan setiap pintu ruko yang sudah tutup.

Banyak pengunjung terlihat sedang menikmati tempe mendoan diatas meja dengan teh poci sebagai minumannya.

Setelah turun dari motor mereka berjalan mendekati bapak-bapak yang sedang sibuk menggoreng tempe mendoan.

“Pak, mendoan dua porsi ya, dibungkus terpisah” ucap Eris

“Ok” jawab bapak penjual

Sembari menunggu Eris dan Fatia duduk dibangku yang tersedia disamping bapak penjual tersebut.

“Ini ada tempat nongkrong” ucap Fatia

“Disini jam delapan malam  baru buka” jawab Eris

“Malem banget” ucap Fatia

“Iya, sepertinya target mereka untuk orang-orang yang ingin menikmati malam” jawab Eris

“Itu ruko kalau siang buka?” Tanya Fatia

“Ini kalau siang pasar, sepanjang jalan ini kalau siang macetnya minta ampun, kapan-kapan kamu harus coba kesini” jawab Eris

“Dianterin sama kamu maunya” jawab Fatia manja

“Iya, apa sih yang enggak buat kamu” jawab Eris menggoda

“Ini nak pesanannya” teriak bapak penjual

“Berapa pak” ucap Eris

“Sepuluh ribu” jawab bapak penjual

“Ini pak, terima kasih” ucap Eris

Setelah menerima pesanan dan membayar, Mereka kembali melanjutkan perjalanan pulang

“Sudah hampir jam sepuluh, kamu bakalan dimarahin nggak ya sama ayah kamu” tanya Eris

“Nggak tau” jawab Fatia

“Memangnya kamu belum pernah pulang malam sebelumnya” tanya Eris lagi

“Biasanya aku langsung masuk kamar kalau pulang malem” jawab Fatia

“Nggak boleh gitu, harusnya kamu minta maaf karena pulangnya kemaleman, trus jelasin ke ayahmu kenapa bisa pulangnya kemaleman. Mereka sebagai orang tua itu khawatirnya gak karuan loh, takut kamu kenapa-kenapa. Melihat kamu pulang baik-baik saja mereka uda seneng banget. Apalagi kalau kamu mau ngejelasin, itu akan membuat hati mereka menjadi lebih tenang. Nanti aku temenin ya, gak boleh langsung masuk kamar apalagi bareng sama aku ke kamarnya” ucap Eris genit

“Kamu.. ih…” Fatia memukul-mukul pundak Eris pelan dengan manja

Sesampainya di depan rumah, benar saja ayah Fatia sudah menunggu duduk didepan teras dengan raut wajah yang begitu khawatir.

Setelah motor parkir di halaman, Fatia langsung turun melangkah ke teras dan langsung duduk di kursi samping ayahnya. Kemudian mencium tangan ayahnya tersebut.

“Ayah, Fatia Sudah pulang. Maafin Fatia ya pulangnya agak kemalaman, tadi bareng teman ke bumiayu dulu buat minum teh poci sekalian makan” ucap Fatia

Ayah Fatia hanya diam seperti tidak bisa berkata-kata, seolah menahan rasa haru atau marah tak tertahankan. Dari raut wajahnya sepertinya bukan marah, karena di sudut matanya samar terlihat butiran air yang sebentar lagi akan mengalir.

Eris yang masih berdiri di depan teras, menyaksikan kejadian tersebut. Perasaanya ikut terharu, seolah merasakan apa yang dirasakan oleh ayah Fatia sebagai orang tua.

Dengan perlahan, dan sengaja menyeret sepatu yang dia kenakan agar suara langkahnya terdengar oleh kedua orang dihadapannya.

“Selamat malam paman” ucap Eris dengan sopan, membuka sepatu yang dia kenakan, lalu berjalan menghampiri ayah Fatia dan bersalaman serta mencium tangan

“Saya Eris, teman sekantor dengan Fatia” ucap Eris kembali saat mendapati ayah Fatia masih terdiam

“Oh iya ayah, ini Eris temen kantor Fatia” ucap Fatia 

“iya nak, silahkan duduk” jawab ayah Fatia sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan

“Ayah, Fatia masuk dulu buatin teh buat ayah sama Eris. Sama siapin ini tadi Eris belikan tempe mendoan buat ayah” ucap Fatia kemudian masuk kedalam rumah

Setelah Fatia masuk, suasana hening sejenak. Sedetik kemudian Eris beranikan diri bicara untuk memecah keheningan

“Saya minta maaf paman, karena kemalaman mengantar Fatia pulang” ucap Eris

“Iya nak, lain kali usahakan jangan terlalu malam, kalau bisa bilang dulu. Jadi kami orang tua tidak terlalu kepikiran” jawab Ayah Fatia

“Baik paman, kedepannya akan saya usahakan” jawab Eris

Tidak berselang lama Fatia muncul dari dalam rumah, Membawa nampan berisi dua cangkir teh panas dan sepiring tempe mendoan. Dan yang paling membuat Eris terbelalak adalah Fatia sudah berganti pakaian dan saat ini mengenakan daster longgar, berbahan tipis mendekati transparan.

“Ayah, ini teh nya.. buat Eris juga” ucap Fatia kemudian duduk disamping ayahnya

“Ayah jangan marahi Eris ya, yang salah itu Fatia. Anak ayah itu Fatia bukan Eris, jadi kalau mau marah ke Fatia aja, Eris biarin aja orang tuanya yang marahin” ucap Fatia membuat kedua laki-laki di depannya menjadi bengong.

“Iya, ayah gak marahi kalian kok, kamu pulang baik-baik saja ayah Uda seneng” jawab ayah Fatia

“Syukurlah kalau begitu” jawab Fatia

“Kamu, kenapa ngeliatin aku seperti itu, jangan berpikir yang aneh-aneh! Sebelum janur kuning melengkung, tidak boleh punya pikiran begitu” ucap Fatia sambil menyilangkan kedua tangannya di dada

Mendapat perlakuan seperti itu, apalagi di depan ayah Fatia, Eris menjadi salah tingkah. Hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal

Sedangkan ayah Fatia sedikit mengerutkan dahi, benar-benar tingkah anak gadisnya ini belum pernah melihatnya sebelumnya.

“Enggak kok, aku nggak mikir yang aneh-aneh” jawab Eris sedikit terbata-bata

Bingung dengan apa yang harus dilakukan dalam situasi seperti itu, Eris berusaha memikirkan cara agar bisa segera bisa melaluinya. 

“Ah, sudah malam sebaiknya aku segera berpamitan” ucap Eris dalam hati

“Karena sudah malam, takutnya nenek saya juga khawatir dirumah. Saya mohon ijin untuk pulang” ucap Eris

Kemudian bangun dari duduknya, 

“Diminum dulu tehnya, aku Uda capek-capek buat masak gak diminum” ucap Fatia memelas

“E.. iya” jawab Eris 

Masih dalam posisi setengah berdiri, Eris meminum teh tersebut. Walau masih sedikit agak panas, Eris mencoba meniup teh tersebut dan meminumnya sampai habis.

“Kalau begitu saya pamit dulu paman” ucap Eris sambil bersalaman mencium tangan ayah Fatia

Ayah Fatia hanya mengangguk dan dengan ekspresi datar.

Setelah berpamitan, Eris melangkah kearah motornya dan bersiap pulang. 

Sedangkan ayah Fatia masuk kedalam rumah, karena firasatnya sebagai orang tua yang sudah banyak makan asam dan garam kehidupan dapat dengan cepat menangkap bahwa anak gadisnya tersebut punya ikatan istimewa dengan pemuda yang baru dikenalnya belum lama ini.

Benar saja, melihat ayahnya masuk kerumah Fatia dengan buru-buru berlari ke arah Eris. Kemudian memeluknya.

Mendapat perlakuan seperti itu Eris sedikit kaget

“Ih, kamu ngapain? Ntar dilihat ayah loh” ucap Eris 

“Biarin, biar sekalian di nikahkan” jawab Fatia yang malah semakin mempererat pelukannya

“Hemm.. dibahas lagi, kurang banyak tadi aku jelasinnya” ucap Eris

“Iya, iya” jawab Fatia sembari melepas pelukannya

“Ih, kamu pake baju gini, gimana aku bisa tidur malam ini” ucap Eris genit

“Apaan sih” jawab Fatia 

“Makannya buru-buru disahkan biar tidurnya aku temenin” jawab Fatia menggoda

“Ah Udah ah.. makin kemana-mana ntar, aku pulang dulu ya” ucap Eris sambil naik keatas motor

Fatia menengok kiri dan kanan, setelah dirasa gak ada orang, sambil bibirnya maju

“Sun dulu” 

“Ih, apaan sih” jawab Eris

“Gak mau pokoknya sun dulu” ucap Fatia dengan ekspresi seperti anak kecil minta jajan

“Iya, iya” jawab Eris kemudian mengecup bibir Fatia yang sedari tadi sudah memonyongkan ke arah nya

Mmmm muach.. suara pelan terdengar dari hasil kecupan tersebut

“Bye” ucap Eris sembari memacu motornya.

Setelah Eris tidak terlihat Fatia berjalan kembali ke teras dan merapikan gelas untuk dibawa masuk.

1
Astarestya
/Sob/
Astarestya
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!