Semua orang melihat Kenji Kazuma sebagai anak lemah dan penakut, tapi apa jadinya jika anak yang selalu dibully itu ternyata pewaris keluarga mafia paling berbahaya di Jepang.
Ketika masa lalu ayahnya muncul kembali lewat seorang siswa bernama Ren Hirano, Kenji terjebak di antara rahasia berdarah, dendam lama, dan perasaan yang tak seharusnya tumbuh.
Bisakah seseorang yang hidup dalam bayangan, benar-benar memilih menjadi manusia biasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hime_Hikari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 – Wajah yang Sebenarnya
Lorong bawah tanah itu jauh lebih senyap daripada sebelumnya. Tidak ada suara langkah, tidak ada alarm, bahkan tidak ada dengung mesin. Kenji berjalan perlahan, satu tangannya menahan dinding beton yang dingin untuk menjaga keseimbangan. Bau debu dan karat menusuk hidungnya, bercampur rasa logam dari darah kering di bibirnya. Ia baru saja lolos dari reruntuhan ledakan dan pertempuran dengan Kaito beberapa jam lalu. Kenapa Whisperer membiarkanku hidup? Kenapa dia mempersiapkan kami sebagai pewaris terang dan gelap? Dan kenapa wajahnya terasa begitu dekat dalam ingatanku? Kenji berhenti ketika melihat sesuatu di dinding lorong sebuah celah kecil berbentuk persegi, seperti bekas pintu geser yang tertutup rapat. Tapi berbeda dari pintu lain, di atasnya ada ukiran kecil berbentuk simbol T merah.
Simbol yang sama dengan topeng pria misterius di atap sekolah. Kenji menarik napas dan menyentuh ukiran itu, dan terdengar suara klik dinding bergerak perlahan ke samping, memperlihatkan sebuah ruangan gelap yang tidak tercantum di peta mana pun. Hawa dingin merambat keluar. Aroma obat kimia dan kertas tua menyentuh kulit Kenji seperti desahan dari masa lalu yang ingin bangun. Kenji melangkah masuk, saat ia melewati ambang pintu, lampu-lampu neon satu per satu menyala. Terang putih yang pucat memenuhi ruangan yang luas seperti ruang arsip atau laboratorium yang sudah lama ditinggalkan. Dan di tengah ruangan tampak ada seseorang dengan mantel panjang yang menyapu lantai, rambut gelap dan tubuh yang kokoh, itu tampak seperti papanya Kazuma.
“Kenji Kazuma,” ucapnya pelan.
Mendengar suara yang rendah, datar, tetapi bergetar seperti suara yang pernah Kenji dengar sejak kecil. “Akhirnya kau datang.”
Kenji menelan ludah. “Whisperer—”
Sosok itu melangkah maju selangkah. Cahaya neon memantul pada topengnya, menciptakan bayangan aneh di wajahnya. “Aku sudah menunggumu sejak malam rumah itu terbakar.”
Kenji merasakan amarah menyambar tubuhnya. “Jadi benar! Kau yang membunuh Mama?! Kau yang—”
“Misaki mati karena memilih membelamu,” jawab Whisperer tenang, bahkan seperti mengasihani.
“Sama seperti Papamu dulu.” Kenji membeku.
“Papa … ku?” Nada Whisperer begitu ambigu sehingga dada Kenji terasa ditusuk sesuatu yang tak terlihat.
“Jangan meracuni pikiranku!” seru Kenji.
“Papa tidak melibatkan diri dalam semua ini! Papa tidak ada hubungannya dengan kematian Mama!” Whisperer tertawa kecil dan sinis, seperti seseorang yang sudah lama memprediksi kalimat itu.
“Kenji … selalu polos sejak kecil.” Ia mendekat lagi. Kini hanya berjarak beberapa langkah dari Kenji.
Dan di balik topeng itu, mata Kenji menangkap sesuatu garis rahang, guratan kecil di pipi, cara bibirnya terangkat saat berbicara, sosok ini sangat terlalu mirip Kazuma. Bukan hanya mirip tetapi Kenji merasa oleh orang yang memakai topeng itu adalah papanya, Kazuma.
“Apakah kau Kazuma?” bisik Kenji, suaranya pecah.
“Apakah kau Papa?” Whisperer tidak mengiyakan. Tidak menyangkal.
Ia justru menoleh sedikit ke arah lampu, membuat bayangan wajahnya memanjang, lalu berkata dengan pelan. “Kau bukan pewaris Kazuma ….”
Langkah Whisperer maju satu lagi. “Tetapi kau adalah pewarisku.”
Untuk sesaat, Kenji tidak bisa bernapas dan ruangan seperti berputar. Ia tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Whisperer barusan. Kenapa dia mengatakan kalau Kenji adalah pewaris dari Whisperer bukan pewaris dari Kazuma. Dan itu menjadi pertanyaan yang cukup membuatnya bingung.
“A-apa maksudmu?” tanya Kenji dengan suara nyaris tidak terdengar.
Whisperer mengangkat tangannya. Kenji mundur refleks, tetapi Whisperer lebih cepat telapak tangannya menempel kuat di tengah dada Kenji. Saat Whisperer menempelkan tangannya ke dadanya Kenji, ia merasakan sebuah hawa dingin dan panas bercampur menembus kulit, seolah ada arus listrik halus, yang mengalir saat tangan Whisperer menyentuhnya.
“Lihat dirimu sekarang,” bisik Whisperer.
“Melihat dari cara kau marah, cara kau melangkah dan dari cara kau memandang musuhmu.” Tangannya menekan dada Kenji sedikit lebih kuat.
“Kazuma sepertinya sedang mencoba mencetak menjadi pewarisnya, tetapi darahmu … tidak pernah miliknya.” Kata-kata itu menghantam seperti palu.
“Aku …” Kenji terhuyung, memegangi dadanya.
“Jadi sebenarnya aku bukan anak Papa?” tanya Kenji kembali.
Whisperer menatapnya tanpa emosi. “Bagus sekarang kau sudah mulai mengerti.”
Tiba-tiba bruk! Seseorang menerjang Whisperer dari samping, dan topengnya hampir terlepas. Whisperer bergerak mundur satu meter tetapi tetap berdiri stabil. Sementara Kenji terhuyung dan jatuh ke lutut. Tampak sosok yang muncul di hadapannya adalah saudara kembarnya Kaito. Tubuhnya berlumuran darah, napasnya berat, tetapi matanya tajam, dan langsung berdiri depan Kenji dan memegang kedua bahu Kenji.
“Jangan percaya perkataannya itu!” teriak Kaito.
“Kenji, bangun! Kita harus pergi!” Whisperer tidak mengejar Kaito. Bahkan seperti tidak peduli sama sekali dan ia hanya merapikan mantelnya, dan menatap ke arah Kenji dan juga Kaito.
“Kaito … sang pewaris gelap,” katanya datar.
“Kau terlalu cepat sadar,” tambahnya kembali.
Kaito mendorong Kenji berdiri sambil menatap Whisperer dengan tatapan penuh benci. “Aku sudah sadar bahwa sebelum kau memanipulasi kami sejak bayi!”
Whisperer melangkah pelan ke meja kecil di pojok ruangan, mengambil sesuatu dari laci, dan menunjukan sesuatu kepada Kenji dan Kaito.
“Kau ingin kebenaran, Kenji?” katanya sambil memegang sebuah benda.
Ia melemparnya ke arah Kenji. Kaito menangkapnya lebih dulu, tetapi Kenji langsung merebut benda itu dan benda yang diberikan oleh Whisperer adalah sebuah kunci kecil dari besi hitam. Saat Kenji membaliknya, ada ukiran kecil di belakangnya yang bertuliskan T–K Takatori dan Kazuma. Kenji merasa tubuhnya kehilangan kekuatan.
“Kenji… kita harus pergi sekarang.” Kaito menarik lengannya.
Namun Kenji hanya menatap kunci itu, dengan matanya kosong. Kenji merasa kalau selama ini ia sudah dibohongi oleh papa sendiri.
Whisperer berkata lembut dari kejauhan. “Kunci itu akan membawamu pada jawaban yang bahkan Kazuma tidak bisa sembunyikan.”
Lampu ruangan mulai berkedip-kedip. Sistem keamanan aktif. Pintu otomatis mulai tertutup. Melihat itu Kaito langsung menarik Kenji kuat-kuat.
“Whisperer kau sengaja membuka ruangan ini untukmu! jangan bodoh!” teriak Kaito.
Sebelum pintu benar-benar menutup, Whisperer mengucapkan kalimat terakhir. “Kenji … darah Takatori mengalir lebih kuat dalam dirimu daripada yang kau bayangkan.”
Pintu menutup dengan sunyi. Meninggalkan Kaito dan Kenji yang masih berdiri mematung, kunci di tangannya bergetar. Ia masih tidak percaya dengan semua ini.
“Aku bukan anak Papa…?” bisiknya lirih, suaranya pecah.
Kaito menatapnya, wajahnya tegang. “Kenji… siap atau tidak… dunia tidak akan sama setelah ini.”
Kenji terjatuh berlutut, tangan memegang kunci erat-erat. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya Kenji Kazuma tidak tahu siapa dirinya. Kenji masih menatap kunci T–K yang diberikan oleh Whisperer dengan mata kosong dan berbisik.
“Apa aku… bukan anak Papa?” tanya Kenji pada dirinya sendiri.