Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ragu dan Galaunya Rega
Rhea menghubungi Almira, namun hingga beberapa kali panggilan teleponnya pada sahabatnya tersebut tidak juga diangkat.
“Apa dia masih meeting ya?” monolog Rhea.
“Dokter Rhea kami butuh bantuan,” suster Lina tergopoh-gopoh.
“Ada apa suster Lin?”
“Kami butuh dokter di UGD, sebentar saja. Crowded dok,” ucapnya masih sedikit ngos-ngosan.
Shift Rhea memang sudah selesai dari jam tujuh malam tadi, dia masih diruangan kerjanya saat suster Lina datang. Lebih tepatnya Rhea sedang menunggu Almira menjemputnya.
“Kamu balik UGD dulu. Aku susul,”
Suster Lina kembali ke UGD, tidak lama Rhea datang dengan sudah dengan jas dokternya.
“Pasien anak dok. Usia dua tahun,” ucap suster Asri menghampiri Rhea.
Rhea melihat UGD memang sedang crowded karena menangani pasien kecelakaan, dia kemudian bergegas menuju brangkar pasien anak. Di sana orang tua anak tersebut terlihat begitu panik.
“Ibu tenang dulu, ya. Kami periksa dulu anak ibu dan bapak, berdoa semoga anak ibu baik-baik saja dan tidak ada hal serius yang terjadi.” Rhea menenangkan ibu balita tersebut.
“Tolong selamatkan anak saya dok,” ucap si ibu.
“InshaAllah bu. Kami usahakan,” jawab Rhea yang kemudian beralih pada suster Asri.
“Sudah berapa lama kejang, sus?” tanya Rhea pada suster Asri.
“Dua menit dok, kami sudah melakukan penanganan pertama. Saturasi 96 nadi 150,”
Rhea mengangguk, dia kemudian memeriksa pasien anak usia dua tahu tersebut. “Suhu badannya tinggi, sus. Untuk jaga-jaga siapkan diazepam rektal. Tetap observasi lebih dahulu,” ucap Rhea.
Kejang anak mulai berhenti, Rhea menoleh pada suster Asri. “Dua menit, tiga puluh detik dok.” Suster Asri melihat arlojinya.
Rhea kembali mengangguk. “Kemungkinan demam biasa, berikan paracetamol. Pantau suhu dan observasi dua sampai tiga jam,” titahnya pada suster Asri.
“Baik dok. Terimakasih dokter,”
“Aku pamit dulu suster Asri,” Rhea pamit setelah selesai menangani pasien tadi.
Dia berpapasan dengan dokter lain saat hendak keluar dari UGD. “Rhea thanks sudah membantu,” ucap dokter Angel.
“Sama-sama dokter. Handover ya dok! Pasien anak usia dua tahun, kemungkinan kejang demam biasa. Kejang sudah berhenti, observasi. Bisa pulang malam ini kalau tidak mengalami gejala lain dan tidak ada bahaya,” ucapnya sebelum meninggalkan UGD.
“Siap dok. Sekali lagi thanks Rhea,”
Rhea mengangguk, dia bergegas menuju ruangannya kembali. “Ya ampun sudah hampir jam delapan. Almira pasti sudah menunggu lama,” monolognya sambil berlari menuju ruangan.
Rhea langsung menyambar tasnya begitu saja, dia lupa melepas jas dokternya. Bahkan ID card dan juga stetoskopnya masi menggantung di sana. Setelah mengunci pintu dia bergegas menuju lobi rumah sakit dimana Almira akan memarkir mobil disana saat menunggu Rhea.
“Itu dia,” Rhea berlari kearah mobil, dia langsung membuka pintu mobil dan masuk begitu saja tanpa melihat siapa yang duduk dikursi kemudi. Rhea bahkan melemparkan tasnya begitu saja kebawah kursi.
“Sorry, Ra. Kamu pasti menunggu lama, ada panggilan mendadak. Pasien dua tahun masuk tadi, anak-anak crowded menangani kasus kecelakaan. Huff, aku jadi lupa belum lepas sneliku.” Rhea melepaskan jas dokternya.
“Ternyata kamu juga bisa cerewet, Rhea.”
Deg
Rhea menoleh kearah samping, bukan Almira yang ada dibelakang kemudi.
“Kak Rega?” ucapnya dengan ekspresi yang sedikit berubah.
“Tadi gue meeting sama Almira. Gue bilang ke dia kalau gue yang jemput lo,” jelas Rega sebelum Rhea bertanya.
“Oh,” jawab Rhea singkat.
“Kita makan malam dulu, Rhe. Gue lapar, lo pasti juga lapar kan?” Rhea mengangguk.
“Pakai sabuk pengamannya dulu Rhe,” Rega menarik sabuk pengaman Rhea dan memasangkannya.
Deg
Kedua netra mereka saling bersitatap sejenak, namun Rhea segera memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin Rega tahu bagaimana suara detak jantungnya tersebut, begitupun dengan Rega yang jadi kikuk.
“Mau makan dimana?” tanya Rega kemudian, dia melaju meninggalkan rumah sakit.
“Ada bahan makanan diapartemen kak Rega?”
“Ada. Kemarin baru diisi,”
“Makan diapartemen saja kak. Aku masak,” ucap Rhea. “Eh, pesan online saja nanti. Kak Rega biasa makan masakan Karin bukan masakanku,” imbuhnya.
Deg
Rega menoleh kearah Rhea yang fokus melihat jalanan. “Masak saja. Nanti gue makan,” jawab Rega diangguki Rhea.
Suasana dalam mobil hening, bukan karena keduanya tidak ingin saling bicara. Masalahnya adalah Rhea sudah terlelap, benar yang Almira ucapkan. Tidak sampai sepuluh menit duduk didalam mobil, dengkuran halus sudah terdengar yang menandakan Rhea sudah tidur.
Rega tidak mengusiknya, namun sesekali dia menoleh kearah Rhea yang tertidur. Hingga sampai apartemen barulah Rega membangunkan Rhea.
“Rhea,” Rega menepuk lembut lengan Rhea. “Sudah sampai,” ucapnya.
Rhea mengerjap-ngerjapkan matanya, dia membenahi rambutnya yang sedikit berantakan. Setelah itu dia turun dan mengekori Rega menuju apartemen sang tunangan.
Rega menempelkan kartu aksesnya pada hendel pintu hingga terdengar bunyi klik, keduanya kemudian masuk kedalam apartemen.
“Aku pinjam kamar mandi kak,” ucapnya.
Rega mengangguk. “Aku bersih-bersih dulu,”
Mereka berpisah arah, Rega menuju kamarnya untuk mandi. Sedangkan Rhea menuju kamar mandi yang ada dikamar tamu, dia mencuci muka dan mengikat rambutnya cepol keatas. Setelah itu Rhea menuju pantry, membuka kulkas dan melihat apa yang bisa dimasak.
Rhea mulai menanak nasi, dia juga mulai memotong-motong sayuran. Dengan cekatan Rhea membuat capcay kering, dia juga membuat tempe goreng dan ayam lada hitam.
Satu jam kemudian Rega keluar dari kamarnya dengan celana pendek dan kaos oblong, rambut yang masih sedikit lembab dan juga wajah fresh sehabis mandi. Siapa yang bisa menolak tampilan memukai arsitek muda yang sukses tersebut, Rhea bahkan sudah menghela napas.
“Sudahlah Rhea. Mungkin malam ini akan jadi malam perpisahan kalian,” batinnya.
“Mau dibuatkan minum apa?” tanya Rhea.
“Es jeruk,” jawab Rega diangguki Rhea.
Rhea menaruh tempe goreng yang baru saja matang dimeja makan Rega, semua meu sudah lengkap. Rhea kemudian membuatkan es lemon untuk dirinya dan Rega.
“Maaf hanya bisa masak itu saja,” tunjuk Rhea pada tiga menu yang dia buat.
“Ini sudah cukup. Aku sudah lapar sekali, Rhe. Ayo makan!” ajak Rega.
Rega mulai mengambil nasi kedalam piring, dia juga mengambil capcay dan ayam lada hitam kedalam piring. Menyusul Rhea juga mengambil makanannya, dia duduk berhadapan dengan Rega. Keduanya makan dengan tenang, hanya ada suara dentingan garpu dan sendok yang beradu dengan piring.
“Rasa ayam lada hitamnya sama dengan yang aku makan saat dirumah mama,” batin Rega yang kembali mengambil ayam lada hitam untuk kedua kalinya dan menaruhnya kedalam piring.
Rhea sudah selesai mencuci semua peralatan masak dan wadah bekas mereka makan, dia kemudian menuju ruang tengah dimana Rega duduk. Keduanya kembali duduk berhadapan, Rhea tahu kalau Rega ingin mengatakan sesuatu.
“Apa yang ingin kak Rega bicarakan denganku?” Rhea memulai pembicaraan, dia tidak ingin berlama-lama disana.
Rega menatap Rhea. “Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,” ucapnya. “Bukan karena kamu kurang apapun, tapi karena hatiku ada seseorang. Dan itu...”
“Karin,” Rhea menatap Rega yang terkejut mendengar ucapan Rhea.
Rhea menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan hati-hati, Rega bahkan sudah siap menerima semua amarah dari Rhea.
“Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita,” lanjut Rhea yang kembali membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Rega membeku ditempatnya, apa itu? Rhea bahkan tidak marah sama sekali, tapi kenapa dia tidak senang. Bukankah justru bagus? Namun Rega justru tidak senang melihat reaksi tunangannya tersebut. Bukan...bukan lagi tunangan atau sudah bisa disebut mantan tunangan.
Disini bukan Rhea yang terkejut, justru Rega. Setelah mengatakan hal tersebut, Rhea berdiri dan mengambil tasnya. “Besok aku ada shift pagi, kak. Aku pamit dulu,” Rhea mengambil kunci mobil yang ditaruh Rega diatas meja.
Rega mencekal tangan Rhea. “Aku antar,”
Rhea mengangguk. “Kenapa justru baru menggunakan kata aku-kamu setelah kamu putuskan mengakhiri semuanya, kak?” monolog Rhea dalam hati.
Rega mengantar Rhea pulang keapartemennya, suasana dalam mobil hening. Tak satupun dari keduanya yang bicara, lagi-lagi Rega tidak ingin perjalanan mereka cepat berakhir. Namun si alnya justru alam seolah mendukung, karena jalanan malam itu cukup lancar dan tidak butuh waktu lama untuk keduanya sampai.
“Mobilnya kak Rega bawa saja. Besok Almira yang menjemputku,” Rhea bersiap turun.
“Rhea,”
“Ya?”
“Aku...”
Rhea tersenyum, senyuman yang membuat hati Rega justru merasa seperti pen ja hat. Mungkin benar adanya dia memang ja hatt pada Rhea.
“Maukah kak Rega berkencan denganku sehari saja, besok? Aku pikir selama kita bertunangan belum pernah kencan hanya berdua, anggap saja salam perpisahan. Karena setelah ini mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi,” pinta Rhea.
Rega mengangguk. “Aku ambil libur besok. Aku jemput keapartemen besok,”
Tadinya Rhea hanya bercanda, dia hanya ingin tahu apakah Rega akan menyetujui permintaannya. Karena dia pikir Rega tidak mungkin mengiyakan, namun diluar prediksi BMKG. Rega justru menyetujui tanpa banyak kata dan alasan, keduanya berpisah disana. Rhea masuk kedalam lift menuju unit apartemennya, sedangkan Rega masih berdiam diri memikirkan keputusannya yang benar-benar bo dohh. Ragu dan Galau itulah yang dia rasakan setelah mengambil keputusan, Mungkinkah dia akan menyadari semuanya sebelum terlambat?
di tunggu sepak terjangnya bang Axel buat jungkir balik si Rega yg sedikit extrim ya bang
rayen and rhea
wah blokir ini benaran ?
biar regaerasakannkehilangan rhea
ko pamit apa ada rencana pergi keluar negri ini
Rhea nunggu satu tahun loh biar impas regong nya nunggu lima tahun aja Thor kalau berjodoh sih
hilang ingatan jangan" dulu pernah ketemu regong waktu kecil kaya cinta monyet apa Kitty yah
😂😂