Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.
Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.
Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.
Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.
Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.
Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?
Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Dalam Bar
Alleta mengatur napasnya sebaik mungkin agar tak terlalu merasa cemas sebelum masuk ke tempat yang mungkin akan sangat berisik di telinganya.
Tiba di depan pintu masuk, penjaga keamanan meminta identitas dirinya untuk memastikan apakah dia memiliki cukup umur untuk masuk ke sana.
Setelah diperiksa, Alleta pun dipersilahkan masuk, ia duduk di meja depan bartender.
Hal pertama yang dirasakannya ketika masuk ke tempat itu adalah rasa sesak yang membuatnya pusing, suara keras dari musik dj membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.
Semua orang berjingkrak, berjoget, berdansa, dan bahkan berteriak, tentunya ia juga menemukan beberapa wanita dan pria yang tampak bersentuhan penuh hasrat.
"Wine-nya, Nona?" tanya sang bartender sambil tersenyum.
Alleta tergagap, ia tak pernah menyentuh minuman seperti itu, ia tak yakin bisa kuat menahan rasa mabuk dari kandungan alkoholnya.
Namun, karena mengingat bahwa kedatangannya ke sana adalah untuk melayani seorang lelaki, ia berpikir sepertinya akan jauh lebih baik jika ia melayani pria yang tak dikenalnya itu dengan keadaan mabuk, setidaknya dia tak harus menderita merasakan penyesalan yang teramat sangat ketika menjalankan tugasnya.
"Boleh, satu botol wine saja," jawabnya, dan sang bartender pun mengangguk paham.
Setelah sebotol wine berada di hadapannya, Alleta menelan ludah sejenak, berusaha menetralkan kesiapan diri untuk menenggak minuman tersebut.
"Kak, saya ada janji dengan seseorang di kamar 020, jika nanti saya mabuk dan tak dapat ke sana sendiri, tolong antarkan saya, ya," ucap Alleta pada Bartender tersebut, dan si pria itu pun mengangguk mengiyakan.
Setelah itu, Alleta pun menuang minuman tersebut di gelas yang sudah disediakan untuknya.
Sementara di sisi lain, di depan ruang privat, sesosok pria dengan kaki jenjang melangkah masuk menemui seseorang yang akan bekerja untuknya kelak, mata elang Alfarez menatap tajam ke arah pria yang kini duduk di dalam sana.
Mendengar suara langkah kaki, pria itu pun berdiri dan menundukkan kepalanya di depan Alfarez. "Selamat datang, Tuan Muda."
"Duduklah," ucap Alfarez sembari duduk lebih dulu.
"Yang utama, saya berterimakasih karena Anda mempercayakan kepada saya untuk menjadi sekretaris Anda, dan kedua, saya perkenalkan diri dulu, nama saya Handy Wijaya, Anda bisa memanggil saya Han, atau Handy." ucap pria bermata coklat pekat itu, tatapannya tak kalah dingin jika ingin menelisik lebih tajam.
Alfarez mengangguk mengerti tanpa kata. "Aku tak akan menanyakan soal bagaimana kau akan bekerja atau bagaimana kau akan menjalaninya, aku hanya akan memberikan sebuah kepercayaan yang tentunya kau tak diberi hak untuk melanggar kepercayaan itu, paham?" ucap Alfarez dengan suara setenang malam, tetapi mematikan bagai sebuah belati.
"Anda tenang saja, saya tidak akan melakukan hal yang bisa merugikan Anda." Handy tersenyum tipis pada Alfarez, dan pria itu pun mengangkat gelas berisi bir dan mengisyaratkan Handy untuk ikut minum.
"Selamat bekerja sama, Tuan Muda." Mereka bersulang dan minum menghabiskan beberapa gelas.
"Malam ini, biar saya antar Anda pulang, Tuan Muda," ucap Handy, dan Alfarez menggeleng pelan.
"Tak perlu, malam ini aku tak akan pulang."
"Baik, kalau begitu saya akan pesankan kamar untuk Anda."
Handy beranjak dari tempatnya dan keluar mengurus bokingan kamar untuk Alfarez, sekaligus untuk dirinya sendiri.
Sementara di sisi lain, Alleta yang sudah mabuk habis-habisan itu pun dibopong oleh bartender ke sebuah kamar.
"Terimakasih sudah mengantar saya," ucap Alleta dengan mata menyipit sayu khas orang mabuk, langkahnya terhuyung masuk ke kamar dan duduk di sana.
Ia memperhatikan seluruh sudut kamar dengan tatapan buram, meski tak bisa melihat dengan jelas, Alleta tahu persis bahwa di sana tidak ada orang, di manakah pria yang katanya sudah memesannya pada Madam Zoe?
"Sudahlah, bagus jika tak datang," gumamnya sembari terkulai lemas di atas kasur.
Tak berselang lama, pintu kamar dibuka oleh seseorang, Alleta terperanjat kaget dan duduk dengan tegap, sembari memperhatikan seorang pria yang baru saja masuk. Namun, tak peduli bagaimana ia berusaha, tetap saja tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Alleta tersenyum kecut, bagus jika ia tak bisa mengenali pria itu, setidaknya setelah malam ini berhasil ia lewati, maka ia tak perlu harus terbayang pada wajah pria yang sudah menggaulinya itu.
Mata Alfarez mengerut tajam menatap Alleta yang kini ada di hadapannya.
"Bagaimana dia bisa ada di sini?" gumamnya pelan, sembari mendekati Alleta yang duduk diam bagai patung.
"Tuan, lakukanlah, saya sudah siap," ucap Alleta sembari menarik dasi milik Alfarez hingga pria itu menunduk sedikit.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Alfarez dengan suara yang berat dan pelan.
Alleta tersenyum. "Mengapa saya di sini bukankah sudah jelas? Saya datang untuk memuaskan Anda, Tuan." Alleta mendaratkan bibirnya pada bibir Alfarez, sentuhan tipis yang lembut.
Alfarez mengernyit dan menjauhkan wajahnya yang membuat Alleta terpaksa berdiri agar bisa lebih dekat lagi.
"Saya tidak akan mengambil uang Anda dengan cuma-cuma, setidaknya setelah Anda puas, saya baru bisa tenang."
"Uang?" Alfarez semakin heran dengan dahi yang semakin mengerucut dalam.
Alleta menggerakkan jemarinya menyentuh garis rahang Alfarez yang tegas dan berkharisma, meski tak dapat melihat dengan jelas, entah mengapa Alleta merasa pria di hadapannya ini sangat tampan dan memesona, tubuhnya yang tinggi dengan otot berisi, benar-benar menjadi tipe pria idamannya, tapi sayang sekali, dia tak bisa menolak kenyataan bahwa sekarang ia datang hanya untuk uang, bukan hal yang lebih dari itu.
Puas dengan wajahnya, Alleta berpindah ke otot dada Alfarez yang bidang, bahu lebarnya itu benar-benar sangat cocok untuk menjadi sandaran ketika hari terasa melelahkan baginya.
Ketika Alleta mencoba membuka kemeja Alfarez setelah berhasil melepas jas dan dasinya, pria itu seketika menangkap pergelangan tangan Alleta dan mencengkramnya dengan kuat.
"Jangan melewati batas," tegasnya dengan tatapan marah pada Alleta.
"Kenapa, Tuan? Bukankah Anda meminta saya datang hanya untuk hal ini? Apakah saya tidak cukup menarik?" Alleta menatap Alfarez sembari menggigit bibir bawahnya yang membuat Alfarez mendadak menelan ludah dengan berat.
"Jika Anda tidak tertarik dengan wajah saya, setidaknya Anda harus tertarik pada tubuh saya, Tuan, agar saya bisa menggunakan uang itu tanpa harus merasa bersalah pada Anda."
Ia bicara sembari melepas resleting bajunya dan memperlihatkan tubuhnya yang putih bersih.
Alfarez masih diam, melihat Alleta yang menggodanya dengan genit, malah semakin membuatnya tak tertarik bahkan untuk sekedar menyentuh tubuh gadis itu sekalipun.
Baginya, sikap Alleta yang seperti itu malah tak ada bedanya dengan wanita penghibur di luaran sana, jika ingin, bahkan ia mampu mendapatkan ratusan wanita penghibur dalam semalam, tetapi sayangnya ia benci dengan wanita seperti itu.
Yang menjadi pertanyaannya sekarang, apa yang sedang dilakukan Alleta di tempat itu? Wanita bodoh ini bahkan bukan wanita yang sanggup dengan benda-benda yang ada dalam bar ini, apa lagi datang hanya untuk sekedar menggoda seorang pria dan mengajaknya untuk berhubungan badan.
Saya Author Marnii, suka Durian dan Mangga, serta suka menulis tentunya. Buat kalian yang sudah bersedia mampir dan memberikan dukungan, semoga sehat selalu, diperlancar rezekinya.
Kapan-kapan aku sapa lagi ya, udah terlalu panjang soalnya /Scowl/