kisah cinta dua anak manusia yang tumbuh bersama sejak kecil, tapi karena suatu hal yang akhirnya membuat mereka berpisah.
kisah tentang seorang Elio pewaris tunggal keluarga konglomerat dengan seorang gadis bernama Aurora yang hidupnya penuh teka teki dan misterius.
bisakah elio membawa kembali gadis tercintanya untuk bisa selalu bersama dengannya?
ikuti kisah mereka, dan jangan lupa tinggalkan jejak untuk terus menyemangati author....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanswii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
"gue Lega karena Calista bersama orang yang tepat sekarang", ucap geovano,
" panggil dia Aurora, karena setelah ini tidak ada lagi Aurora Calista Wibisono", kata Elio,
"berarti gue juga bisa panggil dia Ara?", tanya Geovano,
" terserah Lo", jawab datar Elio,
"apa Lo selama ini tahu kalau Ara mendapat perlakuan kasar dari keluarga itu?", tanya Virzha,
"kalau gue tahu, udah lama gue bawa Ara pergi dari rumah itu", jawab geovano,
sementara orang yang tengah dibicarakan sedang tertidur lelap, mungkin efek obat yang tadi pagi dia minum, dan Memang Aurora masih harus banyak istirahat untuk pemulihan badannya.
"bisa Lo ceritain awal Mula Lo kenal sama Ara?", tanya delano,
" saat itu gue umur 8 tahun, dan baru aja pindah kerumah baru yang dekat dengan rumah keluarga aditama, Kita sekeluarga berkunjung kerumah Aditama yang katanya sahabat baik ayah, saat itulah gue ketemu sama Ara yang diperkenalkan Dengan nama Calista", pikiran Geovano kembali melayang saat pertemuan dirinya dengan Aurora.
"geo, ajak Calista main ya, dia anaknya sangat pendiam", ucap Aditama, Geovano hanya mengangguk tapi tetap melangkah kearah gadis kecil yang tengah duduk di taman samping rumah sendirian,
"siapa namamu?", tanya Geovano, gadis kecil itupun menoleh pada sumber suara,
"ar... Calista, kamu siapa?", tanya Aurora kecil seraya berkedip lucu menatap Geovano,
"aku Geovano",
"sejak saat itu kita jadi dekat dan menjadi tema baik, setiap hari kita diantar ke sekolah sama ayah karena papanya Ara gak tahu kemana dan kalau ditanya jawabannya hanya kerja, Ara kecil sering sekali di suruh mengalah dengan adik tirinya yang jarak usianya hanya terpaut 1 tahun darinya, dan kalau Ara sedih pasti akan kerumah gue, dia gak pernah cerita, setiap ditanah jawabnya hanya dia ingin main", cerita Geovano,
"bokapnya apa gak pernah peduli?", tanya Azka,
"bokapnya setahun hanya pulang 3 sampai 4 kali, itupun hanya 2 hari, setelahnya pergi lagi", jawab Geovano,
"berarti Ara hanya tinggal bersama nenek, ibu dan saudara tirinya saja?", tanya jerico,
"hemmm, selama ini gue kira neneknya baik, nyatanya sama, bahkan lebih kejam, oh iya, apa Ara membawa sesuatu setelah Sampai disini?", tanya Geovano mengingat sesuatu,
" ada, tas", jawab Elio,
"dimana tasnya?", tanya Geovano,
Azka memberikan tas Selempang milik Aurora pada Geovano dan Geovano langsung mencari sesuatu didalamnya,
"ya tuhan, pasti ponsel ini di lempar oleh dua perempuan iblis itu", kata Geovano melihat ponsel aurora yang sudah hampir hancur itu, hingga tangannya menemukan sesuatu yang dia cari.
"ada yang bawa laptop?", tanya Geovano, Azka langsung mengeluarkan laptop dari tas nya.
ke 5 pemuda tampan itu hanya melihat apa yang akan dilakukan Geovano yang sedang mengutak Atik sebuah kamera kecil dan laptop Azka.
mata mereka membelalak sempurna saat melihat layar laptop yang menayangkan aurora yang dipukuli, ditampar, dibentak, dicaci, dan cuplikan saat Hilda menggedor pintu kamar saat memaksa masuk dengan laki laki yang dia bawa.
terlihat sekali raut ketakutan Aurora Sampai akhirnya Geovano datang, ada video saat Tika dan Hilda melakukan hal hal menjijikan bersama para laki laki yang dia bawa kerumah mereka, semua terekam jelas disana.
"kurang ajar", umpat Elio mengepalkan tangan erat,
"mereka menyiksa Ara Sampai seperti itu?", tanya jerico gak percaya dengan apa yang dia lihat,
"banyak pembantu, tapi kenapa Tidka ada yang menolong?", tanya delano geram,
" pasti mereka juga dalam ancaman", kata Geovano,
"kita bisa bawa bukti ini ke polisi", ucap Azka tak kalah geram,
"masuk penjara terlalu ringan untuk para iblis itu, mereka harus merasakan apa yang dirasakan Ara, semuanya tanpa terkecuali", ucap Virzha penuh penekanan,
"tika sedang hamil ini dan dia meminta tanggung jawab dari Doni, teman sekelas gue yang memang menjalin hubungan dengannya, kalau doni melihat video ini pasti dia gak mau tanggung jawab, dan itu bisa menJadi awal kehancuran perempuan licik itu", ucap Geovano,
"apapun caranya, mereka harus hancur", ucap Elio.
para orang tua kembali ke ruangan itu, dan mereka pun ikut menyaksikan isi dari rekaman video itu.
Ibu Shofia menangis sejadi akhirnya melihat putrinya di siksa tanpa ampun seperti itu.
"kurang ajar sekali mereka, bisa bisanya melakukan hal sekejam itu", geram Daddy Rajendra,
" malam ini juga bawa mereka ke sini dad", ucap elio rautnya sudah tidak bersahabat sejak tadi,
"pasti el, mereka harus mendapatkan apa yang seharusnya merek dapatkan", kata Daddy Rajendra,
"untuk aditama, apa yang harus kita lakukan padanya? ", tanya ayah Delon,
"pastikan malam ini juga semua perusahaanya hancur", ucap Elio seraya mencium punggung tangan Aurora,
"jangan... jangan... jangan pukul, ampun Tante ampun, sakit", rancau Aurora dalam tidurnya, tangannya yang dipegang elio seketika mencengkeram erat balik tangan Elio,
ibu Shofia segera berlari menghampiri sang putri, dia memeluk tubuh Aurora yang matanya masih terpejam,
panik, tentu saja semua panik, Aurora merancau sambil menangis, tiba tiba nafasnya kembali putus putus, Elio semakin panik, hingga dia berteriak meminta semua orang memanggil dokter, Azka, Geovano, Jerico, Delano dan Virzha yang tak kalah panik segera berlari keluar memanggil dokter, padahal di atas ranjang sudah ada tombol emergency tapi rasa panik membuat otak mereka Tidak bisa berpikir.
seorang dokter datang dengan lari lari karena yang memanggil pun begitu tergesa gesa dan panik, masih untung dokter itu tidak digendong mereka ber 5.
"mohon semua keluar dulu biar saya bisa fokus memeriksa pasien", ucap sang dokter
Mommy Wilona memeluk tubuh rapuh ibu Shofia dan membawanya keluar ruang rawat Aurora, dia tahu sekali bagiamana hancurnya perasaan ini Shofia melihat keadaan Aurora,
Anak yang selama 10 tahun ini selalu di rindukan, anak yang selama 10 tahun ini dia harap keadaannya baik baik saja, nyatanya dia mengalami penyiksaan lahir dan batin dari orang orang ya g bahkan sama sekali tidak ada hak apapun atas Aurora.
Elio enggan meninggalkan aurora, dia ingin menemani gadis yang selama ini memenuhi hati dan pikirannya itu, tapi benar kata dokter, saat ini Bahkan dia tidak bisa mengendalikan dirinya karena rasa hawatir nya pada Aurora, kalau dia didalam, Yang ada malah menganggu dokter memeriksa aurora.
"bawa dia wanita iblis itu kesini malam ini juga", titah elio tak terbantahkan,
Daddy rajendra yang paham pun langsung mengajak para bapak bapak untuk berunding.
"bagaiman dok?", tanya Elio saat dokter keluar,
" pasien mengalami trauma akibat tindakan yang dia alami sebelumnya, saran saya, setelah pasien pulih ajak dia bertemu dengan psikolog untuk sedikit demi sedikit menyembuhkan traumanya, dan kalau bisa jangan membahas apapun yang berhubungan dengan trauma pasien karena bisa memicu trauma itu kambuh", jelas sang dokter,
" baik dok", ucap Elio,
"Ara, maafkan ibu nak, semua karena ibu yang terlalu lemah dan bodoh, maafkan ibu nak maaf", lirih ibu Shofia,
" jangan menyalahkan diri kamu sendiri Shofia", ucap mommy Wilona, dia juga tak kalah hancurnya melihat keadaan Aurora, yang sudah seperti anak kandungnya itu.
Elio berjanji pada dirinya sendiri, setelah ini dia akan menjaga dan membahagiakan Aurora, dia Tidak pernah membiarkan siapapun menyentuh Auroranya, karena Aurora hanya akan menjadi miliknya, milik Elio seorang.