NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Bella

Cinta Untuk Bella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:34k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Saquel dari Novel "Janda untuk om Duda"


Semenjak mamanya menikah dengan tuan muda Danendra, perlahan kehidupan Bella mulai berubah. Dari Bella yang tidak memiliki ayah, dia menemukan Alvaro, sosok ayah sambungnya yang menyayangi dirinya selayaknya anak kandungnya sendiri.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah insiden membuat semua berbalik membencinya. Bahkan mama kandungnya ikut mengabaikan dan mengucilkan Bella, seolah keberadaannya tidak pernah berarti.

Di tengah rasa sepi yang mendalam takdir mempertemukan kembali dengan Rifky Prasetya , dokter muda sekaligus teman masa kecil Bella yang diam-diam masih menyimpan rasa sayang untuknya. Bersama Rifky, Bella merasakan arti dicintai dan di lindungi.


Namun, apakah cinta masa lalu mampu menyembuhkan luka keluarga yang begitu dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Pagi itu, Rifky melangkah cepat menuju kamar kos Bella. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang sulit disembunyikan. Pintu kamar itu terbuka perlahan, dan sosok Bella tampak terkulai lemah di atas tempat tidur, wajahnya pucat dengan keringat yang membasahi keningnya. Matanya yang biasanya cerah kini sayu, sesekali mengedip pelan seolah berusaha melawan rasa sakit yang mendera.

Adel berdiri di depan pintu dengan ekspresi cemas namun tegar. "Kebetulan kamu ke sini, Bella sedang sakit. Aku harus bekerja hari ini. Kamu jagain Bella dulu, bisa tidak?" suaranya lembut tapi penuh harap.

"Bella sakit apa? Perasaan kemarin dia masih baik-baik saja" tanya Rifky khawatir.

"Sebenarnya dari kemarin Bella sudah sakit, hanya saja dia menahannya. Dan saat ini aku memintanya untuk istirahat saja di kosan, tidak usah beraktifitas terlebih dahulu" jawab Adel.

Rifky mengangguk tanpa ragu, menatap Bella dengan penuh perhatian. "Kamu berangkat saja, aku yang jaga dia," ucapnya mantap. Tangannya perlahan meraih tangan Bella, menggenggamnya erat seolah memberi kekuatan tanpa kata.

Bella menatap Rifky sejenak, ada keraguan dan rasa bersalah di matanya, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk menolak. Nafasnya berat, suara pelan memohon, "Makasih, Rifky... aku janji akan cepat sembuh."

Rifky tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang menggerogoti hatinya. Ia tahu hari ini bukan hanya soal menjaga fisik Bella, tapi juga menjaga harapan kecil yang masih tersisa di tengah rasa sakit itu.

Adel bernafas lega, dia meninggalkan kamar, membiarkan Rifky yang menjaga Bella. Tangan Bella yang semula terkulai kini menggenggam erat ujung selimut, bibirnya yang mengerucut memperlihatkan kegelisahan yang sulit disembunyikan.

"Tidak apa-apa, mungkin kamu hanya kecapekan saja," ucap Rifky mengecek kondisi Bella. Dia yang berkuliah di fakultas kedokteran membuat Rifky tahu sedikit tentang penyakit.

"Kamu sudah makan?" tanyanya sambil menatap wajah Bella yang tampak pucat. Bella menggeleng pelan, napasnya terdengar berat.

"Mulutku rasanya pahit, tidak enak untuk makan. Tapi perutku lapar, terus aku harus bagaimana?" suaranya kecil, penuh kebingungan dan sedikit putus asa.

Rifky tersenyum tipis, menahan tawa kecil saat melihat ekspresi cemberut Bella yang seperti anak kecil yang sedang dimanja. "Bubur ayam mau tidak?" tawarnya sambil mengusap rambut Bella dengan lembut.

Ada kehangatan dalam tatapannya yang membuat Bella sedikit terhibur, meski rasa pahit itu belum sepenuhnya hilang dari bibirnya.

"Aku mau salad buah aja" pinta Bella.

Rifky menatap Bella dengan mata penuh perhatian saat menekan tombol konfirmasi pesanan di ponselnya. Suara notifikasi pesanan berhasil mengisi ruang kecil di antara mereka. "Tiga puluh menit lagi makanannya sampai," ucapnya pelan, mencoba menyembunyikan kekhawatiran di balik senyum tipisnya.

Bella mengerutkan kening, matanya menatap jauh ke luar jendela seolah mencari alasan untuk menolak. "Kalau besok belum sembuh juga, kamu harus ke rumah sakit," ujar Rifky dengan nada tegas, suara lembutnya berusaha meyakinkan.

"Aku tidak mau, nanti dokter mendiagnosaku penyakit yang aneh-aneh," balas Bella cepat, bibirnya tersipit, menunjukkan keengganan yang sulit disembunyikan. Ia mengusap pelan dahinya yang masih terasa panas.

Rifky menghela napas berat, lalu mendekat sedikit, suaranya berubah menjadi lebih serius, "Harus mau. Kalau tidak, aku akan menyeretmu ke rumah sakit" Tatapannya tak terelakkan, menandakan tekadnya yang bulat.

Bella menyikut lengan Rifky dengan sedikit kesal, "Hais... kau selalu saja memaksa." Namun di balik itu, ada sedikit senyum mengintip di sudut bibirnya, tanda bahwa ia sebenarnya peduli.

Rifky tersenyum nakal, matanya berbinar, "Iya lah, dulu kan kamu yang suka memaksaku." Suasana menjadi hangat meski rasa sakit dan kekhawatiran masih menyelimuti Bella, mereka saling bertukar pandang penuh arti.

Selang berapa lama akhirnya makanan yang Rifky pesan pun tiba. Makanan dingin itu Rifky letakkan di atas atas lantai. warna warni dari beraneka buah sungguh menggugah selera.

Rifky dengan sigap duduk di sebelah Bella, matanya berbinar penuh perhatian. "Duduk dulu, sini aku suapin," ucapnya lembut sambil mengambil sendok dari piring.

Bella menatapnya dengan campuran kesal dan geli, menolak perlakuan manja itu. "Tidak usah, Ky. Aku cuma pusing, bukan stroke," katanya sambil menggelengkan kepala, mencoba meraih sendok sendiri.

"Siapa bilang kamu stroke? Aku cuma pengin suapin wanita yang aku cintai," godanya dengan suara hangat yang membuat pipi Bella memerah.

Bella mengerutkan dahi, menatap Rifky dengan mata melotot setengah kesal, setengah tak berdaya, lalu berujar, "Rifky, bisa diam nggak? Kau membuatku malu sekaligus baper," katanya sambil mendelik, tapi bibirnya tak mampu menyembunyikan senyum kecil yang mulai merekah.

Rifky membalas dengan tawa ringan, lalu perlahan menyuapkan sendok berisi buah dan keju ke mulut Bella, matanya tak lepas dari wajah yang kini sedikit luluh itu. Suasana hangat itu mengisi ruang, menghapus lelah yang tadi menyelimuti mereka.

"Ky, apakah Naka pernah menanyakan sesuatu tentangku?" Tanya Bella ragu.

Rifky menghela nafas panjang, dia menatap dalam kedua mata Bella. "Naka tidak pernah bertanya apa-apa tentangmu. Dia juga tidak pernah menceritakan sesuatu yang terjadi padamu Bel" jawab Rifky meskipun tidak tega mengatakannya.

Bella tersenyum kecut, dia sudah menduga tidak ada satupun keluarganya yang perduli dengan kepergiannya kecuali Kairen.

Bella menundukkan kepala, bibirnya bergetar halus sebelum akhirnya ia memandang Rifky dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Jadi, aku benar-benar hilang dari hidup mereka semua," ucapnya pelan, suaranya nyaris tersendat oleh luka yang mengendap lama. 

Rifky meraih tangan Bella, menggenggamnya erat seolah ingin menyalurkan kekuatan yang tak mampu diucapkan. "Bel, aku tahu ini berat, tapi kamu tidak sendiri. Aku di sini," katanya dengan suara serak penuh kehangatan. 

Namun, di balik kata-kata itu, Bella merasakan dingin yang menusuk; keheningan keluarganya seperti jurang yang menganga lebar, meninggalkannya dalam kesendirian yang pahit. 

Dia menghela napas, mencoba menahan perih yang mengalir di dada, kemudian memaksa senyum kecil yang penuh kepasrahan, "Kalau begitu, aku hanya punya kamu, Kairen, dan Adel.. itu saja." Matanya menatap jauh ke depan, menahan agar tak terjatuh ke dalam jurang kesedihan yang lebih dalam.

"Bukankah kamu keluar dari rumah itu karena ingin membuka lembaran baru, lalu untuk apa kamu masih memikirkan mereka. Lebih baik fokus saja dengan kehidupanmu, buktikan kalau kamu mampu tanpa mereka. Buat mereka menyesal melihat kesuksesanmu" ucap Rifky memberikan semangat kepada Bella.

"Pelayan restoran sepertiku mana bisa sukses sih ky" ucap Bella yang merasa rendah diri.

"Bisa saja selagi kamu mau berusaha. Tidak semua orang sukses itu berasal dari keluarga kaya raya. Mereka juga banyak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu" jawab Rifky.

1
Nofita Sari
kpan sih kluarga danendra menyesal dn kpan bella bahagia tanpa gangguan sedikit pun dri kluarga danendra
Les Tary
lanjut thor
Vivi Zenidar
cerita nya bagus..... menguras emosi.... aq suka
Ikha nugraha
buat semua benci mauren
Les Tary
moureen ga punya malu
Euis Maryam
jangan sampai bela di sakiti juga sama Rifki thor kasian
Nureliya Yajid
lanjut thor
Novi Pardosi
gimana dengan sakitnya Bella?
Ariany Sudjana
kapan sih Maureen ini kena batunya? semua keluarga Danendra membela terus, hanya kairen yang masih waras
Sani Srimulyani
semoga Bella selalu bahagia.
Euis Maryam
lanjutkan
Helen@Ellen@Len'z
gak suka lihat bella lg senang dpt makanan dr rifky trus mau ngadu sm papa pokonya sy gak suka maureen ya rhor hrp bella kuatkan hati dan mental jika papanya dtg menyerang bella tiba2
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ariany Sudjana
Maureen itu bisa apa sih? dikit-dikit ngadu, dasar anak manja
Yuni Songolass
gak suka dengan maureen thor
Nofita Sari
emang yaa maureen ini tukang ngadu
up lagi thor
Galuh Setya
tjor kok g da lnjtn si belanya
Riskazputri
👍❤️👍❤️👍❤️👍
uuuu
semangat thor, kita siap menunggu
Nofita Sari
ngomong² bella update lgi gk yaa apa sudah tamat..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!