Pasangan Pengantin Misterius

Hari itu, kota M seakan menahan napas. Di langit, matahari bersinar terang, namun bayangan gelap terasa menyelimuti setiap sudut jalanan.

Di rumah besar keluarga Figo, semua persiapan telah selesai. Luis memerintahkan pasukan berjaga di perimeter luar, Rafael menempatkan orang-orang kepercayaannya di titik rawan, sementara Lydia seperti biasa tampak paling tenang.

Ia berdiri di depan jendela besar ruang kerjanya, mengenakan gaun hitam elegan dengan potongan sederhana, rambut panjangnya dibiarkan tergerai. Di tangannya, secangkir teh melati mengepul pelan.

Luis masuk, wajahnya serius. “Mobil-mobil Orion sudah bergerak. Mereka datang dengan rombongan besar, Lydia. Ini bukan sekadar kunjungan… ini deklarasi perang.”

Lydia hanya menoleh sedikit, bibirnya membentuk senyum samar. “Perang sudah lama dimulai, Luis. Hari ini hanya… panggungnya.”

-----

Deru mesin terdengar di depan gerbang utama. Tiga mobil hitam mewah berhenti, pintu terbuka, dan keluar sosok pria tinggi besar dengan jas abu-abu gelap. Wajahnya penuh luka lama, tatapannya dingin, dan auranya membuat semua orang bergidik.

Orion.

Ia berjalan masuk tanpa rasa takut, seolah rumah besar itu bukan markas musuh, melainkan panggung pertunjukan miliknya.

Luis menyambutnya di ruang utama, ditemani Rafael di sisi kanan. Namun pandangan Orion langsung tertuju pada sosok Lydia yang duduk anggun di kursi, menunggu dengan tenang.

“Jadi… inikah wanita yang membuat Sofia tak berguna?” suara Orion berat, bercampur nada meremehkan.

Lydia mengangkat cangkirnya, menyeruput teh, lalu menatap Orion lurus. “Bukan aku yang membuat Sofia tak berguna. Dia sendiri yang memilih jalan itu. Aku hanya membuka tirai agar semua orang bisa melihat siapa dia sebenarnya.”

Orion terkekeh pendek. “Berani juga kau bicara padaku seperti itu. Kau tahu siapa aku?”

“Aku tahu terlalu banyak tentangmu,” balas Lydia dingin. “Bahkan lebih dari yang kau bayangkan.”

---

Luis melirik Lydia, bingung dengan nada yakin istrinya. “Apa maksudmu?”

Lydia berdiri, melangkah perlahan ke arah Orion. Tatapannya menusuk, penuh dengan sejarah yang hanya ia tahu.

“Orion… kau bukan hanya suamiku sekarang. Kau juga musuh orang yang membentukku.”

Orion menyipitkan mata. “Orang yang membentukmu?”

“Alessandro Moretti,” jawab Lydia tenang.

Nama itu membuat seluruh ruangan hening. Luis terkejut, Rafael nyaris menjatuhkan pistol di tangannya, sementara wajah Orion berubah menjadi gelap, penuh amarah yang ditahan.

“Moretti…” Orion menggeram. “Pria itu seharusnya sudah lama mati di tanganku.”

Lydia mendekat, kini hanya beberapa langkah dari Orion. “Sayangnya, dia masih hidup. Dan aku adalah putrinya.”

-----

Ingatan Lydia melayang ke masa kecilnya. Malam ketika ia menemukan Alessandro sekarat di gang, tubuh penuh luka akibat serangan orang-orang Orion. Ia yang masih bocah memeluk pria asing itu, merobek gaunnya untuk menghentikan darah, dan bertahan semalaman di bawah hujan deras.

Keesokan harinya, Alessandro yang selamat bersumpah dalam hati, gadis kecil ini tidak akan pernah dibiarkan sendirian lagi.

Dan sejak hari itu, Lydia menjadi anak angkatnya.

Namun, selama ini ia menyembunyikan identitas itu. Bahkan Luis, suaminya, tidak tahu. Ia

masih menunggu keajaiban bahwa orang tua kandungnya akan berubah, akan menganggapnya berharga. Tapi kenyataan pahit tak pernah berubah. Mereka menjualnya. Menyerahkannya kepada orang berbahaya tanpa sedikit pun rasa peduli.

Kini, berdiri di depan Orion, semua rahasia itu terbuka.

----

Orion tertawa kasar, suaranya bergema di ruang luas itu. “Jadi kau… anak itu. Anak kecil yang pernah menolong Moretti. Hah! Aku ingat. Aku yang hampir menghabisinya malam itu. Kalau saja aku tahu bocah itu akan menjadi lawanku hari ini…”

Tatapan Lydia menusuk tajam. “Kalau saja kau tahu, mungkin kau akan membunuhku saat itu. Sayangnya, kau tidak sempat. Dan sekarang, kau berhadapan dengan hasil dari keputusan bodohmu.”

Luis terdiam. Ia ingin bertanya lebih banyak, tapi matanya tidak bisa lepas dari Lydia. Untuk pertama kalinya, ia merasa kecil di samping wanita itu.

Orion melangkah maju, suaranya dingin. “Kalau begitu, mari kita akhiri hari ini. Aku akan menghancurkanmu, Lydia. Dan setelah itu, aku akan menyelesaikan apa yang gagal kulakukan pada Moretti.”

Sebelum ketegangan berubah menjadi pertarungan terbuka, ponsel Lydia bergetar. Ia mengangkatnya sebentar, layar menampilkan wajah Ruisa.

“Nyonyaku, semua sistem siap. Aku sudah memblokir setiap akses Orion di jaringan global. Begitu kau beri perintah, kita bisa membalikkan serangan mereka.” ujar Ruisa

Lydia menutup panggilan singkat itu, lalu menatap Orion dengan tatapan penuh kemenangan. “Kau datang dengan pasukan, dengan kekuatan. Tapi kau lupa satu hal dunia digital, keuangan, bahkan informasi… semua ada di tanganku.”

Luis dan Rafael terperanjat. “Apa maksudmu?” tanya Luis dengan suara rendah.

Lydia menoleh sebentar. “Aku adalah pemilik L-Tech Global. Perusahaan IT terbesar di dunia. Dan aku juga pemimpin Black Orchid Academy. Selama ini, aku menyembunyikan itu semua.”

Rafael ternganga, Luis terdiam membeku.

Orion menatap Lydia, kini wajahnya serius. “Jadi itu rahasiamu. L-Tech… tidak heran setiap serangan siberku selalu gagal. Itu ulahmu.”

“Bukan hanya gagal,” balas Lydia dingin. “Aku bahkan sudah mencuri balik datamu. Aku tahu semua asetmu, semua jalur distribusi senjatamu, bahkan rekening bayanganmu. Kau sudah telanjang di hadapanku, Orion.”

Orion menggeram, wajahnya merah padam karena amarah. Namun sebelum ia sempat bereaksi, Lydia mengeluarkan ponsel tipis dari sakunya dan menekan sebuah tombol.

Layar besar di ruang itu menyala, menampilkan jaringan komputer yang runtuh satu per satu. Data Orion diretas, rekeningnya dibekukan, dan semua jalur perdagangannya terbongkar di layar.

“Dalam hitungan menit, aparat internasional akan mencium semua ini. Bukan aku yang membunuhmu, Orion. Dunia yang akan menghakimimu,” kata Lydia dingin.

Luis akhirnya bersuara, penuh takjub. “Lydia… kau… selama ini…”

Lydia menatapnya sebentar. Ada kilatan lembut di balik tatapan dinginnya. “Aku ingin kau tahu, Luis. Aku tidak pernah istri biasa. Aku adalah diriku sendiri pemangsa yang menunggu waktu untuk menunjukkan taringnya.”

Orion, yang menyadari dirinya kalah telak, meraung penuh kebencian. “Moretti… akan menyesal pernah mengangkatmu!”

Lydia tersenyum dingin. “Sebaliknya. Hari ini, dia akan bangga padaku.”

Pertarungan fisik tak bisa dihindari. Anak buah Orion menyerbu masuk, bentrok dengan pasukan Luis. Darah tercecer, peluru berdesingan, namun di tengah kekacauan itu Lydia bergerak bagaikan bayangan.

Ia menumbangkan dua orang dengan belati tipis, menembak presisi seorang lagi, lalu berhadapan langsung dengan Orion.

Pertarungan singkat, keras, brutal. Namun akhirnya, Lydia menancapkan belati di bahu Orion, membuat pria itu jatuh berlutut.

Ia berbisik dingin di telinganya, “Kau sudah kalah. Dan mulai hari ini, nama Orion hanya akan jadi catatan kelam yang dilupakan dunia.”

Orion terengah, matanya penuh kebencian. Tapi tubuhnya tidak sanggup melawan lagi.

Malam itu, Orion ditangkap, jaringan bawah tanahnya hancur berantakan, dan semua orang tahu perang besar telah dimenangkan oleh sosok yang sebelumnya tak pernah mereka perhitungkan: Lydia.

Di balkon rumah besar, setelah semua reda, Luis mendekatinya. “Aku… tidak tahu harus berkata apa. Kau lebih dari yang bisa kubayangkan.”

Lydia menatap langit malam, senyum samar menghiasi wajahnya. “Aku bukan siapa-siapa, Luis. Aku hanya anak kecil yang dulu ditolak oleh orang tuanya. Tapi Alessandro Moretti memberiku nama, kekuatan, dan alasan untuk berdiri.”

Luis terdiam, lalu memegang tangannya. “Dan sekarang, kau pun memberiku alasan untuk berdiri, Lydia.”

Untuk pertama kalinya, Lydia membiarkan dirinya merasa damai. Pertarungan belum benar-benar berakhir, tapi malam itu, ia tahu satu hal, Orion, musuh ayah angkatnya, akhirnya tumbang.

Dan dunia… kini benar-benar menjadi miliknya.

Bersambung…