S2
Ketika dua hati menyatuh, gelombang cinta mengalir menyirami dan menghiasi hati.
Ini adalah kisah Raymond dan Nathania yang menemukan cinta sesungguhnya, setelah dikhianati. Mereka berjuang dan menjaga yang dimiliki dari orang-orang yang hendak memisahkan..
Ikuti kisahnya di Novel ini: "SANG PENJAGA "
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. 🙏🏻❤️ U 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. SP
...~•Happy Reading•~...
Raymond terkejut mendengar Didit yang berikan informasi kepada Jacob, hingga Frans bisa cepat ditangkap. "Kau kenal Didit?"
"Tidak. Waktu kau di rumah sakit, aku tanya alamat Frans dari Thania. Dia tidak tahu, tapi merujuk kepada Didit. Jadi aku bicara dengannya di telpon. Sekarang baru ingat." Jacob menjelaskan.
Raymond mengangguk. "Ok. Semoga Didit bisa bantu penyelidikanmu. Kalau kau harus ke Bali untuk lakukan investigasi, kasih tahu. Aku akan siapkan kebutuhanmu. Aku curiga dengan oknum polisi sana, melihat yang dilakukan Frans dengan oknum polisi di sini. Sorry." Raymond tidak bermaksud menyinggung profesi Jacob.
"Ya, kadang seperti yang kau bilang. Ada oknum polisi yang melacurkan profesinya untuk cuan." Jacob menerima dan memahami pemikiran Raymond.
"Jika hasil penyelidikanmu dia terlibat dan yang menyebabkan kematian kakak Thania, Muel akan tambahkan tuntutan." Raymond mengatakan niatnya.
"Ok. Heri, tolong minta Didit ke sini." Jacob meminta Heri memanggil Didit.
"Siap, Pak." Heri bersikap sigap, lalu masuk ke dalam rumah.
Tidak lama kemudian, Didit keluar dengan Heri sambil membawa kursi. "Silahkan duduk, Pak Didit." Heri mempersilahkan Didit duduk di depan Jacob.
"Terima kasih, Pak." Didit bersikap sopan.
Jacob duduk tegak setelah Didit duduk. "Pak Didit, kita sudah pernah bicara di telpon. Anda yang kasih tahu alamat rumah Frans kepada saya." Jacob mengingatkan Didit untuk mengakrabkan diri. Agar Didit bisa menjawab pertanyaannya dengan tenang, tanpa merasa tertekan.
"Oh, Bapak pimpinannya Pak Heri yang waktu itu." Didit jadi ingat dan merasa tenang. Dia tidak kenal suara Jacob, karena berbeda. Sekarang suara Jacob lebih tenang dan santai. Saat itu sangat tegas dan keras.
"Iya, saya. Sekarang kami butuh bantuan lagi. Mungkin Pak Didit bisa berikan keterangan yang berhubungan dengan Frans untuk bantu penyelidikan kami."
"Siap, Pak. Saya akan mengatakan yang saya tahu." Didit senang mendengar Frans masih mau diselidiki lagi.
"Baik. Kami mau tindak lanjuti kasus Frans yang berhubungan dengan istrinya. Karena menurut Pak Ray, kematiannya agak janggal." Ucap Jacob tenang, tapi Didit melihat Raymond, lalu mengangguk, setuju.
"Saya akan bantu, Pak." Didit bersemangat, sebab hal yang sama pernah terlintas di pikirannya. Namun dia tidak menyarankan kepada Nathania untuk minta kematian Nike diselidiki pihak berwajib. Agar Nathania tidak hanyut dalam kesedihan dan sulit melanjutkan hidup.
Jacob segera memberikan isyarat kepada Heri bersiap-siap untuk mendampingi investigasi. Begitu juga dengan Samuel, mulai mengeluarkan alat perekam.
Jacob : "Pak Didit tahu pekerjaan Frans?" Jacob mulai menyidik, setelah Heri sudah memposisikan diri untuk mencatat.
Didit : "Saya tahu sebelum menikah, Pak. Dia punya tempat percetakan. Tempatnya ada di alamat ..." Didit memberitahukan alamat gedung percetakan dan aktivitas karyawan di tempat percetakan.
Jacob : "Baik. Apa dia bekerja di sana atau sebagai pemilik?"
Didit : "Setahu saya dia pemilik, karena karyawan memanggilnya boss."
Jacob : "Mengenai rumah yang masih dalam proses renovasi, tempat dia bersembunyi. Itu miliknya, orang tua atau istri?"
Didit : "Menurut Nike, Nike istrinya, Pak." Didit menegaskan, Jacob mengangguk bahwa dia sudah tahu nama kakak Nathania.
Didit : "Rumah itu dibeli Frans untuk persiapan tempat tinggal, setelah mereka menikah."
Jacob : "Apa mereka sudah lama kenal atau berapa lama pacaran sebelum putuskan menikah?"
Didit : "Lamanya, relatif, Pak. Keluarganya pindah ke Gereja kami belum setahun. Frans kenal Nike sejak kapan, saya kurang tahu."
Didit : "Tapi tiga bulan sebelum menikah, Nike bilang ke saya dan Magda. Dia sudah pacaran serius dengan Frans dan mau menikah." Didit menjelaskan sambil ingat kembali pembicaraan mereka yang membuat dia dan Magda terkejut.
Jacob : "Ok. Jadi kita bisa anggap, tiga bulan sebelum menikah mereka sudah pacaran." Didit mengangguk, mengiyakan.
Jacob : "Frans punya kendaraan apa?" Jacob mau memastikan keterangan RT yang mengatakan Frans datang dengan mobil dan motor yang ditemukan saat penangkapan Frans.
Didit : "Sebelum mereka menikah, Frans pakai mobil..." Didit mengatakan merek dan jenis mobil Frans.
Jacob : "Mengapa bilang sebelum menikah? Apa ada perbedaan setelah menikah?" Jacob memastikan.
Didit : "Iya, Pak. Karna waktu saya keluar dari sini setelah bertemu Thania, dia mendekati saya di depan gerbang dengan motor." Didit ingat dia beradu mulut dengan Frans di depan gerbang.
Jacob : "Baik. Kita beranjak ke kematian Nike. Apakah anda tahu penyebab Nike meninggal?"
Didit : "Saya tidak tahu penyebabnya, Pak. Kalau kejadiannya, kami tahu dari Frans. Dia telpon kasih tahu Nike meninggal dan tidak bisa hubungi Thania. Jadi minta tolong kami untuk hubungi Thania."
Didit : "Tapi saat kami tiba di sini, dia sedang bicara dengan Thania di telpon warung. Karna telpon Thania sedang eror." Didit menjelaskan tanpa ditanya.
Jacob : "Kapan terakhir anda bertemu dengan Frans dan Nike?"
Didit : "Sebelum mereka berangkat honeymoon. Kami semua mengantar mereka, karena keluarga menginap di hotel setelah acara resepsi..." Didit menjelaskan yang dia tahu.
Jacob : "Apakah Nike atau Frans tidak mengatakan sesuatu atau bersikap tidak biasa, sebelum pergi?"
Didit : "Nike tidak mengatakan sesuatu. Dia terlihat happy. Tapi Frans agak lain, karena dia tidak suka saya dekat dengan Nike dan Thania."
Jacob : "Baik. Untuk sementara, cukup. Kalau Pak Didit ingat sesuatu yang janggal atau mencurigakan, tolong kasih tahu Thania atau Pak Ray."
Didit : "Siap, Pak." Didit merasa lega. Dia berdiri meninggalkan teras, lalu masuk ke dalam rumah.
Setelah Didit meninggalkan teras, Jacob agak membungkuk ke arah Raymond. "Ray, aku mau tanya, tapi lupa. Orang tua Thania kemana? Mengapa hari ini tidak ada saat anaknya dilamar?" Jacob jadi ingat, karena Didit hanya bicara tentang Nike dan Nathania, tanpa melibatkan orang tua.
"Orang tua Thania sudah meninggal juga." Bisik Raymond serius.
Sontak Jacob menegakan punggung dan melihat Raymond dengan tatapan yang berbeda. "Jadi rumah ini milik Thania dengan kakaknya, setelah orang tuanya meninggal?" Jacob jadi berpikir ke berbagai arah terutama sikap Frans terhadap Nathania dan wasiat Nike untuknya.
"Kalau yang itu, lebih baik tanya Thania. Aku belum tanya sampai ke hal itu. Sangat tabuh, karena mau menikahinya. Bisa'bisa motivasiku dipertanyakan dan dicurigai." Raymond jadi berkata serius.
"Kalau ada yang mempertanyakan motivasi atau mencurigai niatmu mau menikahi Thania, oper ke sini." Samuel jadi menanggapi.
"Ayahmu harus main belakang dan menodongku untuk tanda tangan, terima saham mewakilimu." Samuel ingat Ayah Raymond minta bertemu untuk tanda tangan dokumen mewakili Raymond, karena khawatir Raymond tidak terima saham dari Ayahnya.
"Ah, itu kalian yang sudah kenal aku. Kalau yang tidak kenal, bisa bilang aku mengincar. Dan bisa jadi masalah di antara kami sebelum menikah." Ucap Raymond serius.
"Ah, orang mau bilang apa, Thania tidak bergeming. Entah apa yang sudah kau lakukan buat Thania. Dia menyayangi dan menghormatimu." Jacob serius mengatakan yang dilihat pada Nathania.
...~_~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
kayakna frans tahu pas di bali terus dia marah sampai dorong nike