Sinopsis:
Dulu, ia adalah seorang jenderal setia yang hidup dan mati di medan perang. Tak pernah terpikir olehnya, jiwanya akan terbangun dalam tubuh penguasa paling ditakuti — Kaisar Tiran, Ethan Lazarus Gilardio.
Kejam, tanpa belas kasihan, dan dibenci rakyatnya, sang Kaisar ditakdirkan untuk hancur. Namun kini, dengan hati seorang prajurit dan kebijaksanaan seorang panglima, ia harus menapaki jalan kekuasaan dan intrik sebagai pemimpin sebuah kekaisaran.
Namun tantangan terbesarnya bukanlah takhta itu sendiri, melainkan wanita yang duduk diam di sisinya — sang Permaisuri, istri yang lama diabaikan dan tak pernah dicintai.
Dihantui oleh dosa-dosa sang Kaisar dan digerakkan oleh kehormatannya sendiri, sang jenderal yang terlahir kembali bersumpah untuk melindunginya, merebut hatinya, dan menulis ulang takdir sang tiran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Paman Viin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.18
"Sepertinya Yang Mulia Kaisar mulai memperhatikanmu, Kakak Ipar." Ucap Josephine pada Jesselyn sambil meneguk tehnya.
"Aku tak tahu, Josephine. Ia seperti memiliki dua kepribadian yang dua-duanya tak aku mengerti." Keluh Jesselyn.
"Apa yang kau bicarakan dengan Kakak Ipar, Sayang??" Tanya seorang pria yang berjalan mendekat.
Pria itu mendekat dan membungkukkan badannya dihadapan Jesselyn.
"Salam, Kakak Ipar." Ucap Pria itu.
"Lama tak bertemu, Allaric." Jawab Jesselyn lalu mempersilahkan Allaric duduk di samping Josephine.
"Hanya pembicaraan antar sesama wanita, Suamiku." Canda Josephine.
"Apa yang Yang Mulia perintahkan padamu Allaric??" Tanya Jesselyn.
"Sepertinya dinding itu bertelinga, Kakak Ipar. Terlalu berbahaya membicarakannya disini." Jawab Allaric.
Jesselyn mengerti lalu mengangguk. Pembicaraan mereka pun berganti topik menjadi obrolan lain seputar Kekaisaran.
Di sudut dinding seseorang mengepalkan tangannya dan bergumam,
"Pangeran Allaric memang monster. Instingnya sangat kuat. Aku harus pergi memberitahu Ibu Suri." Ucapnya lalu pergi.
Allaric menoleh dan melihat bayangannya namun tak mengejarnya dan hanya tersenyum miring lalu cepat merubah mimik wajahnya saat berbicara dengan Josephine dan Jesselyn.
Malam pun semakin larut. Ethan sudah berada di kamarnya dan berusaha tidur. Namun, ada sesuatu yang seolah menahan matanya agar tak tertutup.
Pikirannya dipenuhi ingatan tentang harumnya tubuh Jesselyn yang seolah menari-nari di hadapannya. Beberapa kali ia mencoba menutup matanya dan memperbaiki posisi tidurnya namun tetap tak bisa.
"Aku bisa gila!!!!!" Ucapnya keras.
"Tidak, aku harus menemuinya." Lanjutnya lalu menggunakan jubah tidurnya karena ia tadi hanya bertelanjang dada dan pergi ke Paviliun Jesselyn.
Diluar, Frederick yang sedang berkeliling melihat Ethan keluar kamarnya dan pergi. Frederick langsung menyusulnya.
"Yang Mulia, anda mau kemana??" Tanya Frederick menyampingi langkah Ethan.
"Kau tahu Frederick, bayangan wanita itu terus menari di kepalaku dan membuatku tak bisa memejamkan mataku barang sebentar." Jawab Ethan.
Frederick mengangguk dan terus mengikuti Ethan hingga sampai di Paviliun Permaisuri. Ethan memerintahkan Frederick pergi dan ia akan masuk.
Penjaga yang melihat Kaisar mendekat segera berlutut.
"Buka gerbangnya."
Penjaga mengangguk tanpa membantah perintah Ethan dan segera membuka gerbangnya. Marry yang setengah sadar karena terbangun di tengah malam langsung memelototkan matanya saat melihat Kaisar yang datang.
"Tunjukkan aku dimana kamar Permaisuri!!" Titah Ethan pada Marry.
Marry sebenarnya keberatan karena takut Ethan akan berbuat sesuatu. Namun, saat melihat wajah dingin Ethan, ia tak berani dan menunjukkan kamar Permaisuri.
Ethan masuk dan kembali menutup pintunya.
"Ada apa Mar------ YANG MULIA-hmphhh..." Teriakan Jesselyn disumpal tangan besar Ethan.
Tanpa berbicara, Ethan melepas jubahnya dan menarik Jesselyn ke pelukannya lalu membawanya ke tempat tidur.
Ethan memeluk Jesselyn dari belakang dan melepas tangan yang menyumpal mulut Jesselyn. Jesslyn mengambil napas banyak dan mencoba mengurai pelukan Ethan namun tak bisa.
"Yang Mulia, aku mengantuk dan ingin melanjutkan tidurku. Lepaskan aku dan pakai lagi jubahmu..." Pinta Jesselyn matanya berat menahan kantuk.
"Aku pun sama, Permaisuri. Aroma tubuhmu terus saja berkeliaran di pikiranku dan membuatku tak bisa tidur. Biarkan aku tidur disini......." Ucap Ethan.
"Tapi Yang Mulia... Aku tak bisa tidur jika kau terus memelukku seperti ini. Lepas atau aku akan teriak!!" Ancam Jesselyn. Wajah marahnya justru terlihat lucu di mata Ethan.
"Lalu kau berharap apa Permaisuri?? Mereka menarikku untuk melepas pelukanku?? Orang gila mana yang menarik seorang Suami yang memeluk Istrinya sendiri??" Ejek Ethan.
Jesselyn tak bisa lagi berkata apa-apa. Ia sedikit tidak risih karena Ethan tak memakai bajunya.
"Ayolah, kali ini izinkan aku tidur disini..."
Jesselyn mendengus dan tak menggubrisnya lagi karena ia memang sedang mengantuk parah. Ia membiarkan Ethan memeluknya karena entah mengapa ia pun perlahan merasa sangat nyaman.
Jadilah keduanya tidur bersama di malam yang dingin itu dengan Ethan yang memeluk Jesselyn dari belakang.