NovelToon NovelToon
Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Terjerat Pesona Ustadz Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Genius / Aliansi Pernikahan / Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tak ada angin, tak ada hujan tiba-tiba, dari balik kerumunan jemaah masjid yang baru saja menyimak tausiyah dzuhur, muncullah seorang gadis berwajah bening dengan sorot mata sekuat badai.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia berdiri tepat di depan sang ustadz muda yang dikenal seantero negeri karena ceramahnya yang menyentuh hati.

"Aku ingin menikah denganmu, Ustadz Yassir," ucap Zamara Nurayn Altun, dokter magang berusia dua puluh satu tahun, anak dari keluarga terpandang berdarah Turki-Indonesia.

Seluruh dunia seakan berhenti sejenak. Para jemaah terdiam. Para santri tertegun. Dan sang ustadz hanya terpaku, tak sanggup berkata-kata. Bagaimana bisa, seorang gadis yang tak pernah ia kenal, datang tiba-tiba dengan keyakinan setegas itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 18

TIGA BULAN SETELAH MENIKAH

Pagi masih basah. Sinar mentari menyelinap dari celah jendela, membentuk bayang-bayang hangat di dinding kamar yang rapi. Di dalamnya, terdengar suara lirih dari kamar mandi. Bukan suara air, tapi suara muntah.

Zamara berdiri dengan tubuh menunduk di depan wastafel. Wajahnya pucat. Tangannya gemetar saat membasuh muka dengan air dingin. Dia menggigit bibir, lalu menatap pantulan wajahnya di cermin.

“Baru juga sarapan satu sendok,” gumamnya pelan.

Dari luar kamar mandi, suara langkah Yassir terdengar. Ia mengenakan jubah bersih dan sorban kecil di leher. Tas selempangnya sudah tersampir di bahu. Wajahnya sempat memucat saat mendengar suara dari dalam.

“Mar... kamu kenapa? Dari tadi muntah terus?” tanya Yassir sambil mengetuk pelan pintu kamar mandi.

Zamara membuka pintu perlahan. Wajahnya lelah tapi senyumnya tetap dipaksa hadir.

“Cuma masuk angin, Mas. Mungkin kecapean aja,” ucapnya pelan.

Yassir memegang dahinya. “Kamu demam. Udah dari kemarin lesu.sekarang muntah, jangan-jangan…”

Zamara buru-buru memotong, “Enggak usah mikir yang aneh-aneh dulu. Nanti sore aku cek ke lab.”

Yassir mengangguk pelan, walau raut wajahnya masih khawatir. Ia menatap jam tangannya sekilas.

“Aku harus berangkat, tapi janji ya begitu hasil keluar kamu langsung kabarin,” katanya sambil mengecup kening sang istri.

Zamara mengangguk lemah. “Tenang aja aku nggak kemana-mana.”

Yassir tersenyum kecil, lalu melangkah keluar. Tapi sebelum pintu tertutup, ia menoleh lagi.

“Kalau butuh sesuatu, tinggal bilang, jangan simpan sendiri, paham?” ucap Ustadz Yassir sambil merapikan lengan jubahnya yang tergulung.

Zamara mengangguk pelan, lalu mengangkat tangan seperti memberi salam perpisahan. “Iya, Mas... Tenang aja, fokus sama santri-santri itu, ya,” sahutnya ringan.

Pria itu mengangguk, lalu beranjak keluar dengan langkah tenang. Posturnya tegak, rapi, wajah teduh penuh kharisma, meninggalkan aroma sabar dan wibawa di ruangan.

Zamara memperhatikan kepergian suaminya dari balik jendela. Matanya tak lepas dari punggung lebar yang menjauh itu.

Dalam diam, ia tersenyum kecil. Ada binar puas di balik bola matanya yang tampak kalem.

“Alhamdulillah... akhirnya doaku terkabul juga. Aku hamil. Semuanya sesuai skenario. Aku nggak salah langkah memilih Ustadz Yassir. Lulusan terbaik dari Kairo, wajahnya bikin semua orang kagum, santunnya nggak dibuat-buat. Dan sekarang, semuanya berjalan seperti yang aku bayangkan sejak awal, batinnya sambil memegang perutnya yang masih rata.

Wajahnya tetap teduh, tapi senyumnya menyimpan arti. Tak ada yang bisa menebak isi pikirannya, kecuali dirinya sendiri.

---

Dua jam kemudian.

Ruang pemeriksaan itu sepi. Suara mesin pendingin menggema halus. Zamara duduk sendirian, punggungnya bersandar pada kursi kulit berwarna abu. Jemarinya menggenggam lembar hasil uji laboratorium yang masih hangat.

Matanya menatap dua baris tulisan tebal yang tercetak di bagian atas.

HCG POSITIF – Kehamilan trimester pertama.

Tubuhnya diam. Tarikan napasnya terdengar panjang. Mata terpejam sesaat, sebelum senyuman perlahan muncul di wajahnya. Campuran lega, cemas, dan sesuatu yang tak bisa dijelaskan.

“Ya Allah… ini beneran?” gumamnya pelan, seperti tak percaya.

Tangannya masih menggenggam hasil itu saat suara getar dari ponsel menyela keheningan. Layarnya menyala. Nama “Mas Yassir” terpampang jelas.

Ia menatap layar sebentar, lalu mengangkatnya dengan gerakan perlahan.

“Halo, Mas...” ucapnya pelan. Nada suaranya tidak bergetar, tapi terasa lebih dalam.

“Kamu udah periksa?” tanya Yassir dari seberang, tenangnya khas, tapi kali ini terdengar lebih menunggu.

“Baru aja selesai,” jawab Zamara sambil menunduk. Tangannya menyentuh perutnya yang masih rata.

“Hasilnya gimana, Sayang?” tanya Yassir lagi, kali ini lebih lembut, penuh harap.

Zamara menarik napas tipis. Suaranya nyaris seperti bisikan. “Mas... insya Allah... sebentar lagi kamu jadi Ayah.”

Tak ada suara dari seberang. Beberapa detik hanya hening. Lalu, terdengar embusan napas panjang.

“Mar... kamu nggak bercanda?” tanya Yassir perlahan, seperti sedang memastikan sesuatu yang terlalu indah untuk langsung dipercaya.

“Ini nyata, Mas,” ucap Zamara lirih. Air matanya mulai mengalir, tapi senyumnya tetap terukir.

“Kita bakal punya anak,” imbuhnya dengan suara lebih jelas.

“Alhamdulillah... Ya Rabb, makasih...” ucap Yassir berkali-kali. Satu napas panjang terdengar sebelum dia menambahkan, “Kamu di mana sekarang?”

“Masih di klinik. Mau langsung pulang habis ini,” katanya sambil menyeka air mata yang jatuh diam-diam.

“Tunggu aku di rumah, ya. Hari ini aku batal ngisi pengajian. Aku pengen peluk kamu. Kita sujud syukur bareng,” serunya penuh semangat.

Zamara tersenyum sambil mengangguk kecil walau Yassir tak bisa melihat. “Iya, tapi nyetirnya hati-hati. Jangan ngebut, Mas. Ada dua nyawa nunggu kamu.”

“Insya Allah. Sampai ketemu di rumah, calon ibu terbaik,” jawab Yassir suaranya terdengar hangat sekaligus terharu.

Zamara mengangguk walau tak terlihat. “Iya, Mas. Aku duluan, ya,” katanya sambil menutup sambungan.

Beberapa detik ia diam. Tangannya tak langsung menyimpan ponsel. Ia mengetuk layar, lalu membuka percakapan dengan sebuah kontak tanpa nama, hanya disimpan dengan simbol bintang.

Ia mengunggah foto hasil laboratorium, lalu mengetik cepat:

HCG Positif. Kehamilan stabil trimester pertama atau tiga bulan.

Pesan itu terkirim. Tidak lama kemudian, hanya centang satu. Zamara tidak menunggu balasan.

Pandangan matanya berubah dingin. Wajahnya tetap cantik, tetap kalem. Tapi pandangan itu menyimpan teka-teki yang tak mudah ditebak.

“Rencana kita lima puluh persen berhasil. Enam bulan lagi aku akan kembali,” batinnya pelan, namun tajam.

Langkah kakinya melaju perlahan ke arah mobil. Ekspresinya kembali teduh saat memegang setir.

Malam begitu lengang. Tapi isi hatinya tak sepi. Ada sesuatu yang ia sembunyikan bahkan dari suaminya sendiri.

Sambungan telepon terputus. Zamara menatap layar kosong beberapa detik sebelum menyimpan ponsel ke dalam tasnya. Ia berdiri pelan, menyentuh perutnya, lalu melangkah keluar ruangan dengan senyum tak biasa senyum seorang perempuan yang baru saja tahu bahwa hidupnya sebentar lagi berubah.

---

Tak lama setelah pelukan hangat mereka, Yassir berdiri dan berjalan ke arah pintu depan seolah ada sesuatu yang tertinggal. Ia masuk kembali sambil membawa dua benda—sebuah buket bunga matahari berukuran hampir menutupi wajahnya, dan satu kotak kecil berbalut kertas cokelat bermotif daun zaitun.

Zamara berkedip cepat. “Mas, ini apaan? Jangan bilang kamu beli karangan bunga seukuran galon lagi.”

“Eh, ini bukan karangan biasa,” ucap Yassir sambil duduk kembali di hadapannya. Ia mengangkat buket itu ke atas kepala, lalu berkata dengan gaya dramatis, “Bunga matahari. Buat wanita paling bersinar dalam hidupku, sekaligus calon ibu yang bakal ngajarin anak kita gimana caranya nyuntik pasien sambil tetap tersenyum."

Zamara menahan tawa, mengangkat alis. “Senyum sambil nyuntik? Itu nggak diajarin di fakultas kedokteran, Mas.”

Yassir menunjuk kotak kecil yang kini ia sodorkan dengan kedua tangan. “Dan ini... kado kecil dari seorang suami yang cuma bisa beli pakai sisa THR kemarin. Tapi isinya bukan perhiasan, bukan skincare, tapi sesuatu yang akan menyelamatkan hidupmu kalau ngidam tengah malam.”

Zamara membuka kotaknya perlahan. Di dalamnya ada gantungan kunci berbentuk stetoskop dan sepasang sandal rumah empuk berwarna pink dengan tulisan “SuperMom loading...”

Ia menutup mulutnya, antara geli dan haru. “Astaga, Mas... kamu tuh nggak pernah gagal bikin aku ketawa sama terharu sekaligus.”

Yassir menyenggol pundaknya pelan. “Harus gitu dong. Abi-nya anakmu ini harus pinter ngibur calon ibunya. Kalo nggak, bisa-bisa bayinya malah mirip wajah Mas Dhani karena bundanya stres.”

Zamara menepuk lengan suaminya sambil tertawa geli. “Udah ah, jangan bawa-bawa Mas Dhani segala. Tapi serius ya, makasih. Aku nggak pernah ngerasa selega ini sebelumnya. Seolah semua beban masa lalu tuh luntur.”

Yassir meraih tangan istrinya, mengecup punggungnya dengan lembut. “Aku di sini bukan buat bantu ngelupain masa lalu, Mar. Tapi nemenin kamu bangun masa depan. Kita bertiga. Kamu, aku, dan calon kecil ini.”

Zamara menarik napas panjang, lalu bersandar di bahunya. “Kalau gini caranya, aku bisa jadi ibu paling semangat sedunia.”

“Dan aku bakal jadi suami paling bawel soal nutrisi. Pokoknya selama sembilan bulan ke depan, kamu harus nurut 90 persen, sisanya boleh egois dikit,” ujar Yassir santai.

“Hmm... egoisnya boleh tiap Jumat aja, boleh?” goda Zamara sambil mencubit pipi suaminya.

“Setuju. Tapi dengan syarat, tiap Jumat kamu wajib peluk aku sepuluh menit lebih lama dari biasanya.”

“Deal.”

Dan malam itu, tawa mereka mengalir di antara secangkir susu hangat dan lampu ruang tengah yang redup. Dua manusia dewasa yang berbeda karakter, namun sama-sama sedang belajar mencintai dengan cara yang benar.

Zamara terdiam. Ia menatap bunga matahari yang kini tergenggam di tangan, seolah menyerap makna dari setiap kelopaknya. Lalu menoleh pelan ke arah suaminya.

Dalam hatinya, muncul suara yang tak ia ucapkan.

"Kenapa kamu sebegitu cintanya padaku, Mas... padahal aku nggak sebaik yang kamu kira. Hatiku ini penuh rahasia. Penuh rencana yang belum tentu kamu bisa terima kalau tahu semuanya.”

Senyum tetap bertahan di bibir Zamara, tapi matanya menyimpan badai. Ia kembali menyandarkan kepala ke bahu Yassir, seolah membeku dalam pelukan paling hangat yang pernah ia rasakan dan mungkin, yang paling sulit ia jaga.

---

Malam harinya.

Di grup WhatsApp keluarga besar Qayyim, sebuah foto test pack dengan dua garis merah dikirim Zamara. Tidak butuh waktu lama, pesan-pesan mulai berdatangan seperti air bah. Emoji hati, stiker bayi, dan ucapan syukur berjejer tanpa jeda.

“Serius, Kakak Zamara hamil??” tulis Bayu paling duluan dengan emotikon melongo.

“Ya Allah, alhamdulillah!” sambung Salwa, penuh semangat.

Bu Sarah mengirim voice note berdurasi pendek, suaranya bergetar. “Nak... Umi sampai nangis bahagia. Doa Umi didengar Allah. Terima kasih ya, Sayang…”

Tak lama, Salsabila menimpali, “Ayo dong, mulai cari nama. Kalau cowok kita panggil aja Qayyim Junior!”

Pak Mahmud ikut membalas dengan gaya santainya, “Eh, jangan lupa siapa yang tiap malam doain kalian berdua. Bapak loh, bukan tetangga sebelah.”

Faris akhirnya muncul, “Fix, keluarga kita naik level. Calon bayi harus pinter dan cakep kayak Abi Yassir dan Kakak Zamara.”

Gilang juga tak mau ketinggalan. “Jangan lupa ngidam harus aku yang temenin, Kak. Aku paling ngerti selera kamu!”

Annisa menulis, “Duh, Kakak Zamara bakal jadi ibu paling keren sedunia.”

Aliyah menambahkan, “Masya Allah, semoga bayi dan ibunya sehat terus ya. Kami semua ikut bahagia.”

Bu Salamah, bibinya Yassir, mengetik pelan tapi pasti, “Zamara sayang... ini kabar yang Umi Salamah tunggu sejak kalian akad. Terima kasih udah bahagiain keluarga ini.”

Pak Lukman, pamannya Yassir yang jarang muncul di grup, tiba-tiba kirim teks panjang, “Anak-anak, jaga istri kalian. Jangan pernah buat istri sedih saat mereka sedang mengandung. Ini momen suci. Doa saya untuk kalian.”

Obrolan makin ramai. Tawa dan tangis bercampur di balik layar.

Zamara menatap semua pesan yang masuk, lalu meletakkan ponselnya perlahan. Ia memeluk Yassir dari samping, wajahnya tenggelam di bahu suaminya.

“Aku bukan cuma dikasih pasangan, tapi juga keluarga yang nggak pernah bikin aku ngerasa asing,” bisiknya dengan suara berat menahan haru.

Yassir menggenggam tangannya, lalu menjawab lembut, “Dan kamu bikin semuanya jadi rumah.”

Malam itu, bulan tergantung penuh di langit. Tapi hati mereka lebih terang dari semua cahaya yang ada di langit malam itu.

“Ini baru awal. Tapi rasa syukurnya kayak udah nyampe akhir bahagia.”

1
Abel Incess
nangis bombay pagi" Thor 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak tanggung tissu yah kakak 🤣🤭🙏🏻
total 1 replies
Abel Incess
Asli ini sangat menyakitkan 😭😭😭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sabar kak ini ujian 🤣☺️🤗🙏🏻
total 1 replies
Enz99
jangan lama-lama sedihnya Thor.... balikin zamara nya y
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Mami Pihri An Nur
Wooowww,, perempuan egois, menantang bpknya sndri masalh keturunan, tp dia sndri yg utamakn keturunan laki2 buat penerus trs ditingglkn ank ceweknya,, aku kecewa thour di tengh crtanya ko gini, dikira Setelah punya ank akn bhgia
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: masih panjang kak ceritanya 🤭😂
total 1 replies
Isma Isma
apa zamara punya penyakit bikin penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: tungguin selanjutnya
total 1 replies
Abel Incess
apa sih tujuannya Zamara, makin penasaran
Enz99
bagus bangettt.... lanjut thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Alhamdulillah makasih banyak
total 1 replies
darsih
zamara penuh teka teki JD penasaran
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak sudah mampir baca
total 1 replies
darsih
JD penasaran SM zamara penuh teka- teki
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: baca lanjutannya kakak biar kejwab
total 1 replies
Eva Karmita
ada misi apa kamu Zamara...dalam satu Minggu harus bisa menaklukkan ustadz Yassir...??
Semoga saja kamu tidak membuat ustadz Yassir kecewa , kamu harus hati" dgn Aisyah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: rahasia 😂🤣
total 1 replies
Eva Karmita
mampir otor 🙏😊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!