Terpaksa Menikahi Narapidana

Beberapa bulan kemudian...

Arman sedang berada di kantor nya. Sejak kepergian Airin dari sana, ia menjadi kesulitan menyelesaikan masalah yang ada di sana. Biasa nya, ia hanya akan menerima beres. Urusan perusahaan, ada Airin yang akan membantu nya.

Tapi saat ini, semua nya harus ia lakukan sendiri. Meta sama sekali tak bisa di harapkan. O-tak nya kosong dan entah apa yang bisa ia lakukan.

"Tuan,"

"Ada apa?"

"Markas besar kita sudah rata dengan tanah."

"Apa? Bagaimana itu bisa terjadi?"

Arman begitu terkejut saat mengetahui apa yang dikatakan oleh orang kepercayaan nya itu.

"Tuan. Kami juga baru tahu tadi. Tidak ada yang tahu apa penyebab markas kita bisa rata dengan tanah. Tak ada jejak. Dan tak ditemukan bahan pele-dak di sana."

"Bo-doh! tidak mungkin markas kita di han-cur kan oleh raksasa. Cari tahu apa penyebab nya."

"Baik, Tuan."

Setelah orang kepercayaan nya pergi, lalu seorang wanita masuk ke ruangan nya dengan wajah yang tak bisa di jelaskan.

"Ada apa lagi?"

"Pak Arman, ini gawat. Semua proposal kita di tolak. Mereka bahkan tidak ingin lagi bekerja sama dengan kita karena Bu Airin tidak bekerja lagi di sini."

"Apa? Mengapa mereka menolak seluruh proposal itu? Memang nya siapa yang bertanggung jawab?"

"Itu, Pak. Bu Meta. Beliau mengatakan pada kami akan membuat seluruh proposal itu sendiri. Kami bahkan tidak di biarkan untuk melihat nya."

"Kalian ini benar-benar menyusahkan saja. Bukan kah kalian tahu, jika Meta itu sangat bo-doh. Ia bahkan tak hafal perkalian termudah."

"Pak, maafkan kami. Kami tak berani membantah. Bu Meta bahkan mengancam akan memecat kami. Kami takut."

"Sudah lah! Panggil Meta ke sini, dan suruh dia bawa proposal nya itu."

Wanita itu pun memanggil Meta. Meta yang merasa adalah istri bos, merasa sombong dan mengira jika ia adalah orang yang wajib di hormati.

Ia berjalan perlahan dan benar-benar membuat Arman menunggu di kantor nya. Ia tak takut jika suami nya itu menunggu lama diri nya.

"Sayang, ada apa kau memanggil ku?" Meta memanggil sang suami dengan sebutan seperti itu di depan pegawai wanita yang masih berada di sana.

"Kau. Keluar lah dulu."

"Baik, Pak Arman."

Saat pintu hendak di tutup, pegawai lain pun masuk dan memberi informasi. Ia mengatakan jika ada beberapa pria yang datang ke perusahaan itu dan ingin bertemu dengan Arman dan Meta.

Akhirnya, mereka berdua pun tak jadi berbicara satu sama lain dan langsung bertemu dengan para pria tersebut.

"Maaf, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya Arman di dalam ruangan itu.

"Begini, Pak Arman. Kami ingin melihat proposal yang di buat oleh perusahaan anda."

"Tapi, proposal ini dibuat bukan untuk kalian." Ucap Meta angkuh. Ia melihat pria-pria yang ada di hadapan nya ini bukan lah orang penting.

"Meta! serahkan proposal itu." Ucap Arman.

"Tidak mau. Aku sudah bersusah payah membuat nya dan memikirkan nya. Tapi malah mau diberikan ke mereka."

"Bu Meta. Maaf jika kami lancang. Hanya saja kami ingin melihat proposal itu. Bukan ingin memiliki nya."

"Baiklah. Awas saja kalau kalian berani mencuri nya."

Meta kebetulan membawa proposal itu untuk diberikan pada Arman. Namun, proposal itu saat ini sudah di berikan pada pria-pria itu untuk dilihat.

Entah apa yang ingin mereka ketahui. Wajah mereka tak biasa setelah melihat proposal itu. Lalu kemudian,,

Brak

Brak

Brak

Arman dan Meta sangat terkejut saat pria-pria itu membanting proposal tersebut. Mereka kompak membanting proposal itu secara bersamaan.

"Ada apa ini? kalian membuat ku kaget saja. Dasar tidak sopan!" ucap Meta marah.

"Bu Meta, apa benar proposal ini anda yang buat?" Salah satu pria itu pun bertanya.

"Itu benar. Memang nya kenapa?"

"Bu Meta, jika anda bohong dan ketahuan, maka anda akan masuk penjara."

"Eh. Apa maksud mu bicara seperti itu. aku tidak mungkin berbohong. Aku memang yang membuat nya."

"Baiklah. Saya akan menguji Bu Meta. Jika benar ini milik Bu Meta, pasti Bu Meta mampu menjawab pertanyaan yang ada di dalam nya."

"Eh, pertanyaan apa? Aku... Aku..."

"Kenapa? Anda tidak sempat membaca nya atau karena memang ini bukan anda yang membuat nya."

"Ku-rang ajar! Sayang, lihat lah mereka yang menuduhku macam-macam. Usir saja mereka supaya tidak membuat keributan."

Arman kini malah kebingungan. Ia tak tahu harus bagaimana. ia benar-benar pusing memikirkan semua yang terjadi secara bersamaan.

"Pak Arman. Apa anda yakin ingin mengusir kami?"

"Silahkan pergi dari perusahaan kami." Ucap Arman tanpa melihat mereka.

"Baik. Kami akan pergi. Tapi, jangan menyesal jika kami akan membawa kasus ini ke jalur hukum. Kami lihat, baik itu Pak Arman maupun Bu Meta, tidak ada itikad baik."

Mereka pun pergi setelah mengatakan hal itu. Namun Arman begitu penasaran mengapa tiba-tiba saja mereka mau melaporkan Meta.

Ia sama sekali tidak melihat proposal yang ada di hadapannya saat itu. Selama ini memang Arman tidak mau capek-capek untuk memeriksa nya. karena biasanya, ada Airin yang selalu melakukan hal itu.

Begitu juga ketika Meta mengurus proposal-proposal tersebut. Arman tidak lagi melihat dan mempercayainya. Ia ingin semua pekerjaan itu sudah beres dan tak perlu merepotkannya lagi.

"Tunggu dulu! coba jelaskan mengapa kalian ingin melaporkan Bu Meta?"

"Bu Meta telah melakukan plagiat. Proposal-proposal itu sama dengan milik kami dan perusahaan kami. Oleh karena itu, kami akan melaporkan kan nya, supaya ia bisa mempertanggungjawabkan kesalahannya itu."

"Plagiat? Meta plagiat?"

Mata Arman langsung menatap ke arah istri nya itu. Yang di tatap, sama sekali tak tahu apa kesalahannya.

"Suami ku, apa itu plagiat?" Tanya Meta dengan lemah lembut dan suara mendayu. Ia bahkan memasang wajah manis.

"Meta, kau tidak tahu apa artinya plagiat?"

"Tidak."

"Metaaaaaaaaaaa..."