NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Story Yuu

Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?

*
*
*

Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.

MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.

Untuk menyemangati Author menulis.

Salam Hangat dari tanah JAWA TENGAH.❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Orang Tua Yang Menguping

Sepanjang perjalanan pulang, Kiara memeluk erat bahu pria yang menggendongnya. Di telinganya, ia bisa mendengar jelas desah napas Axel yang terengah karena lelah. Sementara Axel tetap fokus menatap kedepan, ia terus melangkah dengan mantap.

Di tengah keheningan, Axel melirik sekilas ke belakang, “Soal cheerleader, kamu masih ikut latihan?” tanyanya tiba-tiba, membuat Kiara gelagapan.

“Hah?!” sahut Kiara sedikit kaget. “Itu… iya, masih.”

“Berhenti saja, itu berbahaya,” ujar Axel, sebenarnya tak setuju Kiara bergabung dengan tim itu.

“Kamu nggak suka? Padahal aku gabung tim itu biar bisa nyemangatin kamu pas tanding nanti,” jawab Kiara, suaranya sedikit lirih, matanya hanya berani menatap sisi wajah pria yang ia kagumi.

Langkah Axel sempat terhenti, ia menoleh sebentar, lalu melanjutkan jalannya sebelum berkata. “Kamu bisa bersorak di kursi penonton untuk menyemangati, berteriaklah dengan keras, aku pasti mendengar suaramu.”

“Tapi… aku pengen kamu lihat kalau aku bisa tampil cantik dan hebat seperti gadis-gadis lain yang jadi idola sekolah,” tegas Kiara, tetap nekat ingin melanjutkan niatnya. Ia ingin menunjukan sisi lain dirinya di hadapan Axel.

Axel menyunggingkan sudut bibirnya, tersenyum tipis. “Ara… aku lebih suka melihatmu duduk melukis di ruang seni, jangan terluka, jauhi apapun yang berbahaya.”

Mendengar itu, mata Kiara membulat, sorot matanya berbinar penuh harap. “Benarkah? Kamu suka… melihatku?” tanyanya malu-malu.

Axel menghela napas, “Maksudku… aku suka kalau kamu baik-baik saja, jadi nggak bikin repot,” sahutnya dengan nada sarkas, sengaja menggoda gadis yang masih ada di gendongannya.

Kiara mendengus malas, memutar bola matanya. “Apa yang kuharapkan?” gumamnya kesal mendengar penjelasan Axel.

Hari itu begitu melelahkan bagi Kiara. Setelah ia mendapati kabar tentang rencana kepergian orang tuanya, kemudian mendengar langsung kata-kata menusuk dari mulut Axel. Semua terasa menyayat di hatinya, tapi malam ini, semua luka yang membuatnya menangis tadi, perlahan larut bersama hembusan udara dingin yang menerpa tubuhnya.

Axel pria yang jelas-jelas menyakitinya siang tadi, kini pria itu justru jadi satu-satunya yang berada di dekatnya. Mencarinya saat menghilang, merawatnya saat terluka, merangkulnya saat terjatuh. Bahkan bahu lebarnya jadi yang paling siaga menggendongnya.

Axel… terkadang aku lelah mengejarmu, tapi entah kenapa, setiap kali aku ingin menjauh, kamu selalu berdiri disana… menarik tanganku kembali. batin Kiara gusar, ia terus memandangi tengkuk pria yang tampak basah, keringatnya mengucur deras. Ia tahu, Axel lelah memikul tubuhnya.

Tak merasa risih, Kiara justru semakin mengeratkan dekapannya. Axel yang menyadari tingkah konyol gadis itu hanya menyeringai tipis, pria yang dikenal dingin, anti sosial dan tak suka disentuh sembarangan itu, anehnya tak menolak saat Kiara terus menempel padanya.

****

Disisi lain, di rumahnya, Adam tampak terus mondar-mandir gelisah, kemudian duduk sejenak. Sementara Desy duduk di kursi teras rumah, ia menangis dan ditenangkan oleh Widia. Mendadak mereka kompak terbangun saat mendengar langkah kaki seseorang dari luar gerbang, namun, mata Desy menangkap Kiara yang berada di gendongan Axel.

Ia reflek menarik tangan Widia dan Adam untuk bersembunyi di balik pintu.

“Kenapa mba Desy?” tanya Widia sambil menatap Desy dengan wajah bingung, namun ia tetap menunduk ikut sembunyi bersamanya.

“Ssttt… itu Ara dan Axel,” ujar Desy sambil meletakkan telunjuknya di bibir, memberi isyarat untuk diam.

Adam menatap heran istrinya, “Memangnya kenapa kita harus sembunyi?” tanyanya, tapi dengan cepat Desy membungkam mulutnya.

“Diam dulu,” desis Desy pelan, tangannya terus membekap mulut suaminya.

Ketiga orang tua itu berdiri sambil mengintip di balik pintu, bersembunyi dan menguping perbincangan anak-anak mereka.

Sementara itu, Axel dan Kiara baru saja tiba. Dengan hati-hati, pemuda itu menurunkan seorang gadis yang terluka dari gendongannya. Di depan teras rumah, Kiara perlahan melepaskan dekapannya dari bahu Axel. Sunyi, keduanya sama-sama diam, suasana mendadak canggung.

Kiara terus menunduk menyembunyikan pipinya yang merona. Sedangkan Axel terus menggaruk tengkuknya, matanya gelisah tak tentu arah, jelas salah tingkah.

Axel berdeham pelan, “Masuklah, istirahat,” ucapnya, berusaha mencairkan suasana.

Kiara hanya mengangguk pelan, matanya tak berani menatap pria di depannya. “Heem,” jawabnya singkat, ia masih menundukan wajahnya yang bersemu malu.

Axel menyodorkan tangannya yang masih menggenggam tas Kiara, “Nih, sampai ketemu besok.”

Kiara reflek mendongak, alisnya terangkat. “Hah?! I-iya, sampai ketemu besok,” sahutnya terbata karena gugup, dengan cepat tangannya meraih tasnya dari genggaman Axel.

Keduanya masih berdiri di teras, Axel menggaruk pelipisnya bingung harus apa. Matanya menatap Kiara yang terus tertunduk malu-malu, akhirnya ia berbalik melangkah pergi.

Kiara memandang bahu pria yang berjalan meninggalkannya di depan rumah, tiba-tiba…

“Axel!” serunya menghentikan langkah Axel yang hampir keluar dari gerbang.

Pemuda itu sontak menoleh saat mendengar suara seorang gadis yang memanggil namanya.

“Hah?” sahut Axel sambil menutup kembali pintu gerbang.

“Anu… itu, makasih,” ucap Kiara gugup, sambil menahan napasnya yang tercekat.

Axel mengalihkan wajahnya sebentar, sudut bibirnya terangkat melihat tingkah Kiara yang tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Kemudian ia kembali menatap gadis itu dari jarak kurang lebih 10 meter, Axel hanya mengangguk pelan.

Kiara tersenyum tipis, lalu melambaikan tangannya. Saat berbalik menuju pintu, gantian Axel yang memanggil namanya.

“Ara…” panggilan itu membuat Kiara tertegun, entah kenapa gadis itu selalu terpaku tiap kali mendengar suara berat khas Axel memanggil namanya. Ia sontak menoleh menatap tetangganya itu.

“Soal ucapanku tadi siang…” gumam Axel, namun belum sempat menyelesaikan kalimatnya…

Brak!

Pintu rumah Kiara terbuka tiba-tiba, tiga orang dewasa bersamaan jatuh tersungkur ke lantai.

Kiara terperanjat nyaris terjatuh saking kagetnya. Axel buru-buru mendekat hendak melindungi Kiara, matanya melotot, kedua tangannya menutup mulut saat melihat ibunya jatuh tengkurap disana.

“Mama?!” serunya, seolah tak percaya melihat ibunya bersimpuh di lantai rumah tetangga.

“Ayah, Bunda?!” seru Kiara juga terkejut, mendapati kedua orang tuanya yang terlihat konyol di depan pintu.

Adam segera bangun dan menegakkan bahunya, ia buru-buru berdiri di samping Axel. “Itu… pintu rumah kita rusak,” ucapnya ngeles di depan putrinya.

Desy dan Widia pun ikut cepat berdiri, “Itu… mama cemas soal Kiara, jadi ikut menunggu disini,” ujar Widia menjelaskan situasi kepada putra tunggalnya.

Sementara Desy hanya diam, tak berani menatap wajah anaknya. Ia hanya berdiri dengan kikuk di sebelah Widia. Kiara mendekati Bundanya, sorot matanya sayu, namun kini sudah sedikit lega karena bantuan Axel yang menghiburnya.

“Bunda nggak lembur?” tanyanya membuat Desy sontak menoleh.

“Hah?! Iya, Bunda nggak lembur hari ini,” sahutnya, napasnya memburu membuatnya gugup berbicara dengan putrinya.

“Baguslah, Ayah dan Bunda di rumah. Ara mau bicara,” ucapnya pelan, menatap kedua orang tuanya.

Widia mengamati sekeliling, suasana sunyi dan canggung di keluarga itu membuatnya merasa tak enak, ia segera mendekati Axel dan mengajaknya pulang.

“Axel, ayo pulang. Syukur Ara sudah aman,” ucapnya sambil meraih tangan Axel.

Desy dan Adam sontak mengangkat wajah bersamaan, keduanya berterima kasih kepada Widia dan Axel.

“Axel… terima kasih atas bantuannya, sudah membawa pulang Ara dengan selamat,” ucap Adam, namun sorot matanya seperti mengatakan kalimat lain kepada Axel.

Axel hanya diam melihat Adam, ia mengangguk lalu berjalan keluar bersama ibunya.

...****************...

Bersambung...

Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...

Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.

Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰

1
Anna
alahh modus ee si Axel ..
Anna
cerita nya fress, alur nya simple sukaa pollll ..
Yuu: makasih kakak sudah mampir🥰🥰
total 1 replies
Fausta Vova
thor, bisa ga yah up tiap hari???
🤣
ak pasti menunggunya thor
Fausta Vova
jangan ribet-ribet thor
otakku baru bangun nih
Yuu: Terimakasih sudah mampir, 🥰
total 1 replies
Duane
Gila, endingnya bikin terharu.
Yuu: Terimakasih ka. nantikan update selanjutnya ya🥰
total 1 replies
Maris
Plot yang rumit tapi berhasil diungkap dengan cerdas.
Yuu: Terimakasih 🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!