Mengejar Cinta Tetangga Tampan
"Ara... I Love You..." bisik Axel pelan, kemudian ia setengah menunduk, mencondongkan wajahnya mendekat ke wajah Kiara.
Kiara mundur selangkah, "A-pa yang kamu lakukan Axel..." ucapnya lirih, napasnya tercekat, jemarinya meremas ujung bajunya dengan erat.
Axel maju lagi selangkah, kali ini ia mengapit Kiara di sudut dinding sekolah. Tangannya mencengkeram dagu gadis itu, "Ara... kenapa menghindar? Ayo kita lakukan sekarang," bisiknya lagi, suara beratnya membuat Kiara makin memanas, jantungnya terus berpacu tak karuan.
Kiara terus mengerjap, "Axel... kita masih sekolah, ini... tidak benar," ucapnya terbata, sambil menopang dada Axel yang hampir menghimpit tubuh kecilnya.
Axel menatap lekat wajah Kiara, sudut bibirnya terus terangkat samar. "Aku ingin sekarang," tegasnya terus mendesak gadis polos itu.
Kemudian...
“Kiara! Cepat Bangun!” teriak Desy, ibunda Kiara.
Brak! Teriakan Desy sontak membuat Kiara terjatuh dari kasurnya.
"Akh! Sakit..." lirih gadis itu, masih setengah sadar, jantungnya masih berdebar tak karuan, kemudian matanya menoleh ke sekeliling kamar. "Aishhh, sial! Cuma mimpi," gerutunya kesal, adegan romantis itu hanya sebuah mimpi belaka.
Tak merespon bundanya, Kiara malah kembali naik lalu menggeliat malas di atas kasur. Tak menghiraukan Bundanya yang sudah mereog sejak pagi buta.
Tok, tok,
“Ara... bangun, Nak.” Panggil Adam, ayahnya, dengan suara lembut.
“Hmm... iya ayah, Kiara bangun.” Sahutnya setengah sadar, lalu berguling malas. “Sudah pagi? Cepat sekali” gumamnya.
Akhirnya ia duduk, melangkah ke jendela lalu membukanya. Udara segar bercampur hangat matahari menerpa wajahnya, sejenak ia menikmatinya.
Matanya tertuju ke rumah sebelah. Di jendela yang berhadapan langsung dengan kamarnya, tante Widia tampak sibuk merenovasi kamar putranya tak lain ialah Axel.
“Tumben, sudah lama aku tidak melihat jendela itu terbuka,” gumamnya, seolah ada rasa rindu yang tak ia akui.
Kiara keluar kamar, saat menuruni tangga ia langsung di sambut oleh omelan bundanya.
“Kamu ini, sudah jam berapa? Anak gadis jam segini baru bangun!” gerutu Desy setelah melihat anak gadisnya bermalas-malasan.
“Ini hari minggu Bunda...” sahut Kiara, dengan irama panjang, sambil menyeret langkahnya yang berat menuju ke kamar mandi.
Setelah membasuh wajah, Ia langsung duduk di meja, bersiap untuk sarapan.
"Kamu tidak mandi?!" seru Desy dengan alis terangkat.
Kiara memutar bola matanya, "Nanti Bunda, malas!" jawabnya singkat, tangannya langsung menyendok telor dadar.
"Dasar kamu ini, huh!" omel Desy sambil menghela napas, sudah muak mengomeli putrinya.
kiara tak menghiraukan desisan Bundanya, ia tetap mengunyah telor dadarnya dengan tenang. “Bunda, aku lihat tante Widia sedang merenovasi kamar Axel. Tumben,” ucapnya penasaran sejak tadi.
“Kamu belum tahu? Axel pulang hari ini” jawab Desy singkat, sambil sibuk mengelap kompor usai masak.
Kiara terbelalak, “Hah?!” serunya kaget, bola matanya hampir keluar.
Adam yang duduk di samping Kiara, memiringkan kepala lalu menatap heran putrinya. “Kenapa kamu kaget? Axel tidak mengabari, kalau mau pulang?” tanyanya.
Kiara menunduk sejenak, “Oh, sejak dia pergi kami tidak pernah berhubungan,” jawabnya datar.
“Kenapa? Bunda pikir kalian masih dekat” komentar Desy, seolah tak percaya dengan ucapan putrinya.
Kiara melirik Desy, lalu mengalihkan pandangannya ke Adam, kemudian menundukan kepala. “Entahlah... dia yang memutuskan hubungan.”
Desy dan Adam saling pandang, lalu tak lagi berkomentar.
****
Hari ini adalah hari minggu, tidak ada kegiatan apapun. Selama libur, Kiara menghabiskan waktu untuk menonton dan membaca novel.
Kiara adalah gadis yang ceria, cantik, baik hati dan tidak sombong. Kekurangannya hanya satu, meski terlahir di keluarga berada bahkan kedua orang tuanya adalah seorang Dokter. Dia... tidak suka belajar, ia menduduki bangku kelas 3 SMA saat ini.
Kiara berbaring di kasurnya, tiba-tiba nama Axel terlintas di benaknya. Dia kembali? Kenapa tiba-tiba? Kukira dia akan menua di London. pikirnya masih seputar Axel.
Tak terasa waktu berputar cepat, hari sudah siang. Namun Kiara masih asyik sendiri di kamarnya.
“Kiara! Cepat turun!” seru Desy dari luar, memanggil putrinya yang sudah bersemedi sejak pagi di dalam kamarnya.
Kiara reflek menoleh, mendengar teriakan sang ibunda ratu penguasa rumah. “Iya Bunda!” sahutnya malas, tapi akhirnya beranjak keluar.
Di depan gerbang, Desy dan Adam berdiri rapi, mereka tampak antusias seperti menunggu kedatangan seseorang.
“Sini!” Desy mengangkat tangan meminta Kiara mendekat.
Kiara mengangkat alisnya heran. “Ada apa sih? Antusias sekali, seperti menyambut pembagian bansos!” gerutunya, namun tetap melangkah maju mendekati bundanya.
Akhirnya ia ikut bergabung dengan Ayah dan Bundanya, tak lama, sebuah sedan hitam berhenti di depan rumah tante Widia. Dari dalam, keluar seorang pemuda tinggi, tegap, hidung mancung, berkulit bersih namun tetap terlihat maco. Mengenakan kemeja hitam pas badan, kacamata hitam menutupi matanya, namun aura percaya dirinya jelas terpancar.
Kiara terpaku. “Siapa dia? Sangat tampan!” bisiknya, mulutnya terbuka melongo melihat ketampanan seorang pemuda yang tampak asing baginya.
“Putraku...” sambut Widia, memeluk pemuda itu.
Kiara melotot. “Hah?!” ucapnya spontan bersembunyi di balik punggung Ayahnya. “Dia putra tante Widia? Axel?” batinnya tercekat, masih mencoba mencerna kenyataan.
Widia berbalik menoleh ke arah rumah Kiara, yang disana sudah ada sepasang suami istri berdiri dengan wajah berbinar. “Beri salam dulu sama tante Desy dan om Adam, mereka sengaja keluar menyambut kamu datang,” titah Widia ke putranya.
Axel mengangguk dan tersenyum tipis.
“Wah, Axel sudah besar ya? Semakin tampan!” puji Desy, sambil senyam-senyum seolah menyambut calon mantunya.
Axel mengangguk lagi, "Makasih tante" sahutnya, sudut bibirnya terangkat tipis.
Widia melayangkan pandangannya mengamati sekitar, seolah mencari-cari seseorang. “Dimana Kiara?” tanyanya menatap Desy.
Desy mengangkat alisnya. "Ara?..." kemudian reflek menoleh ke belakang suaminya, “Kiara, cepat di tunggu Axel itu,” perintahnya pelan.
Kiara menggeleng cepat, alih-alih menyapa ia malah lari kedalam rumah.
Widia memiringkan kepalanya, menatap heran tingkah Kiara. “Ada apa dengan Kiara?”
Desy mengerjap cepat, “Ah, mungkin dia sedang darurat,” sanggahnya setengah tertawa.
“Oh... dia kabur ke kamar mandi?” timpal Widia, ikut tertawa.
Axel menatap tajam ke arah jendela kamar Kiara, sudut bibirnya setengah terangkat. Dia... masih belum berubah. batinnya, melihat gadis yang di kenalnya dulu, hingga kini masih saja bertingkah konyol.
Di kamarnya, Kiara berdiri mematung. Jantungnya berpacu, wajahnya terasa panas. “Itu... Axel?” suaranya nyaris tak terdengar.
"Dia... benar-benar kembali?" gumamnya seolah tak percaya, Cinta pertamanya kembali pulang.
Empat tahun lalu, saat menduduki kelas 1 SMP. Axel memutuskan pindah sekolah keluar negeri secara tiba-tiba, tanpa berpamitan, ia meninggalkan teman sekaligus tetangga sebelah rumahnya itu begitu saja. Bahkan sampai sekarang Kiara masih tak mengerti alasannya pergi dengan tergesa, dan memutuskan hubungan yang sudah terjalin sejak kelas 1 SD.
Hari demi hari Kiara menjalaninya dengan berat hati, bagaimana tidak? Axel adalah cinta pertamanya, ia belum sempat menyampaikan isi hatinya kepada pria idamannya itu. Sempat kecewa, namun rasa suka dan cintanya terhadap Axel mengalahkan segala ego yang terus menyuruhnya berhenti memikirkan pria itu.
"Axel..." gumamnya, langsung menjatuhkan diri ke atas kasur. Gadis itu terus menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, berulang kali.
...****************...
Bersambung...
Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...
Jangan Lupa Like, Vote dan Coment!
Salam Hangat Dari Author,🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments