NovelToon NovelToon
Jika Aku Dipelukmu

Jika Aku Dipelukmu

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Enemy to Lovers / Rebirth For Love / Idola sekolah / Tamat
Popularitas:454
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.

Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18 : Bunga Kesukaan Ibunda

Tidak pernah terpikirkan kalau aku akan mampir ke tempat ini. Sudah sangat lama sekali, namun semuanya terasa nostalgia. Aku keluar dari dalam mobil, memandang toko bunga favorit ibuku. Saat aku kecil, ibuku sering mengajakku ke tempat ini. Toko bunga yang seluruhnya terbuat dari kaca, terlihat seperti rumah kaca dengan dekorasi peraduan mawar, tulip, dan bunga-bunga berwarna lainnya. Konsep dari toko ini memang berbeda dengan toko bunga kebanyakan. Mungkin itu salah satu alasan kenapa ibuku sangat suka datang ke sini.

Aku melangkah masuk ke dalam toko bunga, dan aroma bunga yang segar menyambutku. Aku merasa seperti kembali ke masa lalu, ketika ibuku sering mengajakku ke tempat ini. Aku melihat-lihat toko bunga, dan menemukan beberapa bunga yang aku tahu adalah favorit ibuku. Aku tersenyum, mengingat kenangan-kenangan indah dengan ibuku di tempat ini. Tiba-tiba, aku mendengar suara yang familiar. "Selamat datang, kamu Fonix kan?" Aku menoleh ke arah suara itu, dan melihat seorang penjual bunga yang aku kenal.

"Sudah lama sekali, tante Rena," kataku dengan senyum.

Tante Rena tersenyum dan mengangguk. "Sudah lama sekali, Fonix. Aku tidak percaya kamu sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan seperti ini."

Aku tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, tante Rena. Aku hanya ingin mampir ke sini untuk mengingat kenangan-kenangan dengan ibu."

Tante Rena mengangguk memahami. "Aku ingat ketika kamu dan ibumu sering datang ke sini. Ibu kamu sangat menyukai bunga-bunga di sini."

Aku tersenyum, mengingat kenangan-kenangan indah dengan ibuku. "Ya, ibu sangat menyukai bunga-bunga di sini. Aku juga masih ingat ketika ibu sering membelikanku bunga mawar di sini."

Tante Rena tersenyum dan mengangguk. "Aku ingat itu. Kamu ingin membeli bunga hari ini?"

Aku berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Ya, aku ingin membeli beberapa bunga kesukaan ibuku."

Tante Rena tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, tunggu sebentar, ya.."

Tante Rena kemudian memilih beberapa bunga kesukaan ibuku, dan aku memperhatikan dengan saksama. "Ini beberapa bunga favorit ibumu, Fonix. Mawar merah, tulip putih, dan lavender ungu."

Aku tersenyum simpul, "Terima kasih, tante."

Tante Rena tersenyum dan mengangguk. "Tante akan membungkusnya sebentar."

Aku menunggu sementara tante Rena membungkus bunga-bunga itu dengan rapi. Setelah selesai, tante Rena menyerahkan bunga-bunga itu kepadaku. "Seandainya ibumu masih di sini, dia akan senang melihat putranya tumbuh dewasa."

Aku tersenyum sedih, merasa ada yang mengganjal di hati. "Ya, aku juga berharap ibu masih di sini." Kataku dengan suara yang lirih.

Tante Rena mengangguk memahami, dan aku bisa melihat kesedihan di matanya. Aku mengucapkan terima kasih lagi kepada tante Rena, lalu meninggalkan toko bunga dengan membawa bunga-bunga kesukaan ibuku. Aku merasa sedikit lebih baik setelah mengunjungi tempat ini, karena aku bisa mengingat kenangan-kenangan indah dengan ibuku.

...***...

Aku parkiran mobilku di area pemakaman. Aku keluar dari mobil dan berjalan menuju makam ibuku, membawa bunga-bunga yang aku beli tadi. Aku meletakkan bunga-bunga itu di atas makam ibuku, dan aku merasa sedikit lebih dekat dengannya. Aku duduk di samping makam ibuku, dan aku mulai berbicara dengan suara yang lirih. "Ibu, aku masih merindukanmu. Aku berharap ibu masih di sini untuk melihatku tumbuh dewasa." Aku berhenti sejenak, dan aku merasa ada yang mengganjal di hati.

"Aku akan selalu mengingat kenangan-kenangan indah denganmu. Aku akan membuatmu bangga dengan apa yang aku capai." Aku duduk diam sejenak, menikmati kesunyian dan keheningan di pemakaman. Aku merasa sedikit lebih baik setelah berbicara dengan ibuku, meskipun dia tidak ada di sini secara fisik. Aku berdiri dan mengucapkan salam terakhir kepada ibuku, lalu aku meninggalkan pemakaman dengan perasaan yang sedikit lebih lega.

...***...

"Freya, gimana kondisi kamu sayang?" Freya yang sejak tadi memandangi langit dari jendela ruangannya, menoleh pelan pada sang ibu yang menghampirinya.

"Aku merindukan Fonix.." ucapnya.

Ibunda Freya tersenyum dan mengangguk. "Mamah tahu, sayang. Fonix juga merindukanmu. Dia pasti akan segera kembali ke Indonesia untuk menjengukmu." Freya mengangguk, tapi masih terlihat sedih.

"Aku khawatir, mah. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku."

Ibunda Freya memegang tangan Freya dan memberikan senyum yang menenangkan. "Jangan khawatir, sayang. Semuanya akan baik-baik saja." Freya mengangguk, merasa sedikit lebih tenang. Tapi dia masih tidak bisa menghilangkan perasaan khawatir yang ada di hatinya. Dia berharap Fonix segera kembali ke Indonesia untuk menjenguknya.

Tidak lama terdengar suara ketukan pintu, yang di susul oleh derit pintu yang terbuka. Seorang dokter cantik, bertubuh tinggi ramping, serta tahi lalat di wajahnya yang manis, nampak berjalan pelan menghampiri ranjang Freya.

"Anda Dokter Shanju, kan? Pengganti dokter Ayana?" Terka ibunda Freya.

Shanju mengangguk, "Benar, mulai hari ini saya yang akan menjadi dokter pribadi Freya." Ucap Shanju.

Ibunda Freya tersenyum dan mengangguk. "Mohon kerjasamanya, Dokter."

Shanju tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, saya akan melakukan yang terbaik untuk Freya." Shanju kemudian menghampiri Freya dan memeriksa kondisi kesehatannya. Freya memandang Shanju dengan rasa penasaran, tapi juga sedikit tidak nyaman.

'Jadi gadis ini, yang dia maksud? Cukup cantik.' Batin Shanju.

"Apa ada gejala lain belakangan ini?" Tanya Shanju. Freya menggeleng pelan.

"Baiklah, untuk saat ini saya akan memberikan dosis seperti biasanya. Dokter Ayana juga sudah memberi tau saya, semua data tentang penyakit Freya." Ucap Shanju.

Freya mengangguk, merasa sedikit lebih tenang dengan penjelasan Shanju. "Terima kasih, Dokter," ucapnya.

Shanju tersenyum dan mengangguk. "Saya akan selalu memantau kondisinya. Jika ada gejala lain atau perubahan kondisi, jangan ragu untuk memberitahu saya." Ibunda Freya mengangguk.

"Kalau begitu saya permisi dulu.." pamit Shanju.

Setelah keluar dari ruangan Freya, Shanju menghela nafas letih. "Kondisi gadis itu sangat buruk. Sekarang bagaimana cara memberi tau anak itu? Aku yakin dia akan langsung pulang ke sini, meskipun urusan keluarganya belum selesai." Shanju menggeleng pelan, kemudian melangkah pergi menjauhi ruangan Freya.

1
Riding Storm
Boleh kasih saran?? /Applaud/
Riding Storm: Wkwk, sama aja. Kalau males ya gak bakal ada yang berubah. Semangat, Kak.
Miss Anonimity: Udah lama pengen di Revisi, tapi masih perang sama rasa males.
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!