NovelToon NovelToon
Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pelakor jahat
Popularitas:585
Nilai: 5
Nama Author:

Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.

​Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”

​“Sederhana. Pernikahan.”

​Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.

​“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.

​Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”

Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?

CHAPTER 18

Chapter 18

POV – Kairav Arumbay

12 tahun yang lalu…

“Namanya Oza Barabay. Dari namanya saja kamu sudah tau kan? Dia musuh utama kita.” Ayah berbicara setelah makan malam. Setelah semuanya pergi dan hanya menyisakan aku dan Isak.

​Isak sama fokusnya dengan aku. Mendengar dengan seksama percakapan yang terlalu serius di saat aku hanya ingin tidur. Tapi lagi-lagi ini masalah Klan Barabay, yang bisa membuat seekor harimau-pun bangun mendengar namanya.

​“Dia akan mewarisi Klan Barabay dan kita harus memantau dia dengan seksama. Terutama kamu Kai,”

​“Apa maksud Ayah?”

​Ayah dengan wajah datar berbicara lagi. “Ayah dengar kamu terlalu sibuk memantau calon istrimu.”

​Islana.

​“Dia masih sangat kecil untuk melindungi diri dia sendiri. Bukannya ayah sangat menyetujui pernikahan ini? Seharusnya ayah senang mendengar kalau aku ‘aktif’ untuk mewujudkan ini dengan sukses di masa depan.”

​Isak terlihat sangat menikmati topik ini di banding masalah Oza Barabay. Dia sendiri sudah memiliki calon istri yang di pilihkan untuknya. Tapi sepertinya dia sama sekali tidak tertarik dengan calon istrinya itu.

​“Menaruh kamera pengawas di sekolahnya, itu berlebihan anakku.” Ayah menyatakan fakta itu seakan-akan itu hal yang sangat berdosa yang aku lakukan.

​Isak tertawa terbahak-bahak. “Kak, kamu sepertinya terlalu posesif.”

​“Tutup mulut kamu.” Aku mengancam dengan pelan.

​“Upps,” Isak mengangkat tangan. “hati-hati untuk orang yang terlalu posesif. Bisa-bisa ada orang yang ngambil milik Kakak dan Kakak jadi lupa daratan.”

​Aku melempar apel ke arahnya dan pertengkaran kami dihentikan karena Omar datang dan berbicara dengan ayah. Keduanya berbicara dengan serius. Tidak lama kemudian mereka meninggalkan kami.

​“Kamu liat dia, Si Omar. Dia lebih seperti anak kandung daripada kita. Ayah selalu menyembut nama Omar hampir setiap pembicaraan.” Isak melipat tangannya karena tidak senang.

​Ya, Omar memang sudah seperti anak kesayangan Ayah. Bahkan aku diminta untuk selalu mengajak anak itu kemanapun aku pergi. Dia memang berguna tapi tetap saja dia orang asing.

​Handphoneku berbunyi. Sebuah pesan muncul.

Islana masuk rumah sakit.

Tanpa menunggu info berikutnya, aku langsung bergegas menuju rumah sakit itu.

***

Masa Kini

POV - Islana

Aku mendorong Omar dengan sekuat tenaga. Akhirnya dia menjauh dan wajahnya seperti tidak sadar dengan apa yang dia lakukan. Dengan kebingungan dia mundur dan membalikkan tubuhnya.

​“Omar, apa yang barusan kamu lakuin?” Aku membersihkan mulutku dengan tanganku. Tapi karena aku merasa apapun yang tersisa itu tidak hilang, aku berlari ke kamar mandi.

​Aku membersihkan dengan air. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Bahkan aku merasa aku melakukannya selama puluhan kali. Hingga sebuah tangan menghentikanku.

​“Isla,” Omar menghentikanku dengan wajahnya yang sudah seperti Omar yang dulu. Omar yang selalu memberikan ketenangan di tengah-tengah suasana neraka yang aku dapatkan.

​“Lepas!” Aku menarik diri. Melarikan diri lagi ke luar dan tanpa pikir panjang, aku hanya berpikir untuk mengambil sesuatu dari dapur. Aku menariknya dan langsung menodongkannya ke arah Omar yang mengikutiku dari belakang.

​Omar mengangkat tangannya. Wajahnya merasa bersalah. “Isla, aku minta waktu sebentar. Aku mau jelasin semuanya.”

​“Jelasin apa? Kamu tau kalau Kai ngeliat itu, apa yang bakal dia lakuin?!”

​“Kamu takut dia bakal marah? Atau karena kamu takut kalau ternyata hati kamu berkata lain?” Omar memandangku dengan wajah penuh harapan.

​“Apa maksud kamu?”

​“Aku yakin kamu nggak cinta sama dia.” Omar tidak menutupi apa yang ada di kepalanya.

​Aku tidak mencintai Kai? Apa itu benar? Tapi aku tidak bisa menyangkal kalau aku menikmati apapun yang terjadi tadi malam. Kepalaku terasa ingin meledak.

​“Jangan mengalihkan masalah ini,” aku masih menodongkan benda tajam itu padanya. “ini tentang ciuman kamu tadi, nggak ada hubungannya dengan perasaan aku sama Kai.”

​“Tentu aja ini ada kaitannya sama Kai.” Omar bersikeras.

​“Omar, kenapa kamu ngelakuin itu, jawab!”

​Omar menurunkan tangannya. Tidak meninggalkan tatapannya padanku. “Karena seharusnya kamu milik aku, bukan dia.”

​Apa?

​“Kamu sudah gila.” Aku sudah tidak tahu harus berkata apa.

​“Seharusnya yang menikahi kamu itu aku, bukan dia.” Omar mengungkapkan isi hatinya.

​“Aku sudah jadi istrinya.” Suaraku seperti tercekik.

​Omar mengangguk. Fakta itu jelas-jelas membuat dia frustrasi. “Seharusnya aku menghalangi pernikahan kalian kemarin.”

​Mataku membelalak. “Kamu punya niat seperti itu?”

​“Kenapa tidak?” Omar tidak merasa bersalah.

​Mereka berdua seperti tidak terpisahkan. “Kalian sudah seperti Kakak-adik.”

​“Aku tidak punya darah yang sama seperti mereka. Hidupku terancam setelah Rianto Arumbay meninggal. Ny. Malikah membenciku, Yasmin tidak berbeda jauh, Isak bahkan tidak ingin melihatku dan Kai,”

​“Kenapa Kai? Dia selalu menganggap kamu bagian dari keluarga ini kan?”

​Omar menggeleng. “Ini terlalu rumit, Isla.”

​Aku meletakkan barang itu di dekat kompor dan mengambil napas panjang dan berusaha mencari solusi dari masalah ini. Aku harus mencari tahu maksud dari pernyataan Omar di awal.

​Aku melihatnya berjalan maju dan dengan cepat aku menaruh tanganku di dadanya. “Stop. Biarin aku berpikir dengan jernih dulu, aku harus menyelesaikan masalah tadi sebelum Kai muncul.”

​Omar bingung. “Tadi itu bukan masalah, Isla. Itu sudah seharusnya aku lakuin saat aku menemani kamu tidur waktu itu.”

​“Apa?”

​“Waktu insiden pertama. Kamu menolak Kai menemani kamu. Aku yang ada di samping kamu waktu itu. Kamu lupa?”

​Jantungku bergetar. “Kamu ngelakuin sesuatu?”

​“Aku…”

​Lampu di rumah itu padam tiba-tiba. Rumah yang ditutupi dengan tirai gelap dan semua celah ditutupi untuk menghindari musuh, sekarang terasa menjadi sangat gelap.

​Di dalam kegelapan itu hanya ada aku dan Omar.

​Sekarang aku tidak tahu harus berbuat apa.

​Apakah musuhku berada di luar sana atau orang yang ada di depanku ini…

1
danisya inlvr
Gemes banget 😍
Irisa_Sherenada: Gemes* Sama Kai ya? 😊
Irisa_Sherenada: Genes Sama Kai ya Kak? 😘
total 2 replies
Inari
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
Irisa_Sherenada: Makasih kakak. Stay tuned yah 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!