NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

di culik

Sebuah mobil dengan tiga motor dibelakangnya datang ke pesantren dan langsung memarkirnya di depan pintu gerbang. Alvan berjalan mendahului menuju pesantren. Dilihatnya tak ada satpam yang mengomelinya ketika berkunjung.

Salah seorang santri putra lewat. Alvan segera memanggilnya. Sedangkan santri itu menunduk takut melihat Alvan dan ketiga sahabatnya yang berpenampilan seperti preman.

"Maaf, mas. Bude belum jenguk saya. Jadi, saya tidak punya uang mas." Ujar santri kecil itu ketakutan

"Siapa juga yang mau malak lo?" Tanya Alvan tanpa ekspresi

"Lalu masnya mau ngapain?"

"Panggilkan Aranaima Salsabila." Balas Alvan datar. Jujur, Alvan gemas pada bocil didepannya ini. Andai ini bukan pesantren, udah dari tadi dirinya menemui istrinya.

Santri kecil itu kebingungan sendiri siapa itu Aranaima Salsabila. "Maaf mas, saya tidak-"

"Nih." Potong Alvan dengan menyodorkan selembar uang merah kearah bocil didepannya

"Oh.." bocil itu langsung menerima uang pemberian Alvan tanpa ragu. "Langsung ke kantor pusat aja, mas. Ayo saya antar." Lanjutnya dengan memperlihatkan sifat keramahannya

Begitu terkejutnya Abizar melihat Alvan dan kawan-kawannya datang. Terlebihnya lagi beberapa menit lalu Ana meninggalkan pesantren. Jika Alvan kali ini mau menjemput Ana, lalu tadi siapa yang sudah menjemput Ana?

"Panggilin istri gue."

"Maaf, istri anda sudah dijemput dengan anak buah anda sendiri, sekitar lima belas menit yang lalu." Jawab Abizar bingung sendiri

"Shit! Anak buah gue siapa?! Gue nggak nyuruh anak buah gue apalagi sampai jemput!"

"Bisa gue tahu siapa orangnya?" Tanya Arden

"Saya tidak tahu. Yang jelas Ana pulang bersama Kanaya yang katanya calon istri kedua Alvan." Balas Abizar masih dilanda kebingungan

"Ada cctv di depan?" Tanya Noval

"Ada."

"Perlihatkan cctv sebelum Ana dibawa pergi."

Abizar mengangguk, ia segera mengecek CCTV sebelum Ana di bawa pergi. memperlihatkan sebuah video sebelum Ana dibawa pergi. Sambil mengamati video, Noval mengeluarkan tablet dari tas selempangnya dan langsung mengotak-atik seperti melacak sesuatu.

Noval memasukkan nomor plat mobil yang dikendarai Erik. Selain itu, Noval juga meneliti arah jalan ke mana Erik pergi.

"Akh! Erik sialan!" Umpat Alvan ingin pergi tetapi dihalangi Kenzie

"Tunggu dulu sampai novel selesai melacak."

"Istri gue di culik, bangsat!! Mana bisa gue setenang lo!" Sungut Alvan tak terima. Lagi dan lagi, istrinya harus menjadi korban konflik dirinya dengan Erik sialan.

Alvan menatap ke arah Abizar dengan wajah merah padam menahan emosi. Jika Kenzie dan Arden tak menahan, mungkin Abizar sudah babak belur dibuatnya.

"Seharusnya lo jadi penonton bisa lindungi! Istri gue di culik dan lo sebagai pemimpin hanya diam saja? Persetan kalau lo pantas disebut pemimpin!" Sarkas Alvan ingin sekali memukuli Abizar. Tak peduli jika seharusnya Alvan menjaga etika didepan Abizar.

"Udah-udah. Mobil Erik melaju kearah barat. Arden, Lo lewat jalur selatan, Kenzie lewat jalur utara. Biar gue sama Alvan lewat jalur bersamaan. Hubungi anggota lain untuk ikut membantu karena kita nggak tahu seberapa banyak anak buah yang dibawa Erik." Ujar Noval menginstruksi teman-temannya untuk berpencar

Abizar yang sedari tadi menyimak dan paham akan yang dijelaskan Noval, ikut bergerak dalam mencari keberadaan Ana.

"Saya dan santri-santri saya akan ikut membantu." Ujar Abizar terlihat yakin

🍃🍃🍃

Abizar tengah memandu puluhan bahkan ratusan santri yang akan ikut bersamanya dalam mencari Aranaima Salsabila yang diyakini diculik oleh Erik.

Ada delapan truk yang menampung banyaknya santri yang mau turun tangan dalam mencari keberadaan Aranaima Salsabila, istri dari Alvanza Utama Raja.

"Dari yang gue lacak, Erik nggak jauh dari daerah sini. Jadi, kita masih bisa nyusul."

Mobil yang alvan kendarai melaju paling depan sebagai pemimpin. Disusul yang lain yang langsung berpencar supaya bisa mengepung Erik.

Didalam mobil, berkali-kali Alvan mengumpat dan sangat khawatir dengan keadaan sang istri. Sedangkan Noval masih berkutat pada layar tabletnya.

"Akh, bangsat!! Kenapa harus istri gue?!" Sarkas Alvan dengan memukul setir mobil

"Eh?!"

"Kenapa?" Tanya Alvan ikut panik

"Istri lo dibawa kehutan, bro."

Mendengar akan hal itu, Alvan langsung menancap gas diatas rata-rata. Tak peduli jika banyak kendaraan lain yang mengumpati dirinya. Tak jadi mengepung karena jalannya hanya satu arah untuk menuju hutan.

Mobil yang Erik kendarai sedikit terlihat, membuat Alvan menancap gas lebih tinggi. Tidak peduli jika Noval mengumpati dirinya yang mengendarai mobil amat brutal.

"Eh, bangsat! Mah cepet mati Lo?!"

Dan ya, sekarang mobil Alvan dan Erik sudah sangat dekat. Ingin Alvan Pepet supaya mobil yang dikendarai Erik oleng dan jatuh kejuarang. Tetapi, Alvan masih ingat ada Ana didalam mobil.

"Erik sialan! Berhenti Lo!!" Teriak Kenzie

"Woy bangsat!"

Mobil berhenti, begitupun dengan Alvan, Kenzie dan Arden. Sedangkan truk yang dipimpin Abizar belum terlihat sama sekali. Ah, pantes lemot, orang muatannya lebih dari satu ton.

Terdengar suara tawa Erik yang menggelegar, membuat emosi Alvan memuncak. Alvan langsung mendekat ke arah Erik dan beberapa anak buahnya.

"Lo apapun istri gue?!" Tanya Alvan begitu melihat istrinya yang sepertinya pingsan.

Erik nampak berpikir. "Tadi diapain ya? Ah, belum diapa-apain sih, tapi ud-"

Bugh!

Bugh!

"Bangsat lo!" Umat Alvan hendak membuka mobil dan membawa Ana tetapi, Erik malah mengarahkan pistol ke arah Alvan.

"Satu langkah lagi, peluru melesat."

"Gue nggak peduli."

DOR!!

DOR!!

Sebuah peluru melesat dipunggung Alvan. Membuat Alvan langsung terduduk dengan memegang punggungnya yang tertembak. Sedangkan Erik tertawa terbahak-bahak melihat Alvan yang tak mungkin bisa melawan lagi.

"Mati Lo Alvan!" Teriaknya hendak menembak Alvan lagi, tetapi dengan cepat Alvan menangkis tangan Erik hingga pistol ditangan Erik terlempar jauh.

Alvan mulai memukul Erik secara membabi buta. Tak menyisakan sedikitpun celah untuk Erik membalas pukulannya.

"Lo aja yang mati, bangsat!!" Sarkasnya berakhir memukul kepala Erik. Melihat Erik terkapar lemah, salah satu temannya langsung berteriak memanggil anggota lain yang berada di dalam hutan.

"NAIRLES!!"

"BLASTER!!"

Telolet.. telolet..

Bunyi klakson truk membuyarkan aksi Nairles dan Blaster. Menatap banyaknya pemuda besar dan kecil dari truk. Pemuda gerakan bersarung itu berjalan mendekati anak  Blaster.

"Buset! Banyak bener curut-curutnya." Ujar Kenzie

"Halo bapak-bapak. Izinkan kami membantu mencari santri putri yang diculik." Ujar lelaki bersarung itu mewakili santri-santri lain

Kenzie berkacak pinggang menghadap lelaki bersarung itu. "bapak kata lo? Gue masih muda njir!" Serunya

Santri bersarung itu ikut menirukan gaya Kenzie yang berkacak pinggang. "Eh anjay! Gue kira bapak-bapak." Tirunya membuat Kenzie tertawa mendengar santri kocak itu mengikuti logatnya

"Hush kalau ngomong! Lo itu santri, Ucup."

"Ucup juga manusia, Bang. Nggak semua santri harus kalem, yang ada nanti kelihatan banci. Nggak ada ucapan kotor kecuali diiringi dengan amarah. Eh, Abang kok tahu nama Ucup?"

Kenzie menunjuk jahitan lengan di baju koko Ucup yang tertera nama Ucup dengan spidol. "Tuh kan nama lu, cup? Btw, niat Lo ikut beginian apaan?"

Ucup mendekat. "Biar kami juga merasakan bagaimana Rasulullah berperang membela agama Islam. Selain itu kita juga ingin merasakan perjuangan santri nusantara dalam membangkitkan tanah air yang dijajah Belanda, bang."

Kenzie begitu takjub mendengar penuturan ucup. "Semoga jadi anak yang Sholeh ya, cup." Balasnya dengan menepuk pelan bahu Ucup

"Harus dong, bang. Ucup kan selalu sholat, emang Abang yang nggak pernah sholat."

Mendengar ucapan Ucup yang begitu menohok, membuat Kenzie tertawa. "Iya, Abang memang nggak pernah salat soalnya Abang Kristen, cup."

Ups!

"Sorry, bang."

Kenzie mengangguk, dirinya kembali menatap anggota neirles yang masih menganga mendapati banyaknya santri yang ikut turun tangan.

"Ceilah, mingkem dong. Banyak kadal tuh yang masuk mulut lu pada." Ujar Kenzie

"Kenapa? Kaget karena pasukan gue lebih banyak?" Tanya Noval

"CK, satu, dua, tiga.. ah elah punya Lo cuma segitu." Imbuh Arden

Mendengar ucapan Noval dan Arden, ujuk mendekat. "Bang, nggak boleh sombong jadi orang nanti kena azab."

"Ceramahnya nanti aja cup, kita mau hajar mereka biar mereka kalah terus langsung tobat."

🍃🍃🍃

Bugh!

Bugh!

"Bedebah sialan!"

Alvan mendapat celah untuk menyelamatkan Ana tetapi, keberadaan Ana sudah tidak di dalam mobil. Lantas kemana Ana dibawa?

"Naya!" Teriak Alvan begitu melihat istrinya diseret paksa dengan sebuah pistol yang di tudung ke arah kepala Ana sebagai ancaman.

"Kalau Lo mendekat, istri Lo mati Alvan!"

Alvan memejamkan mata guna mengontrol emosi. "Nay, gue mohon. Jangan lakukan itu pada istri gue." Rayu Alvan, semoga Naya mau menuruti ucapannya

Naya menggeleng. "Nggak! Gue nggak mau Lo bahagia tanpa gue, Al!"

"Ana nggak ada salah sama lo. Kalau Lo mau bunuh Ana, bunuh gue dulu!" Alvan hendak mendekat tetapi teriakan melengking seseorang membuat semua orang langsung menutup telinga rapat-rapat.

"Aaaaa!!" Teriak Ucup hendak merebut pistol di tangan Naya tetapi dirinya malah terpeleset hingga mendorong kaki Naya sedikit ke belakang. Hal itu membuat Naya terdorong ke belakang dan jatuh ke jurang, sedangkan Ana langsung ditarik Ucup hingga terhuyung jatuh ke depan dan berakhir dagunya lecet karena menggesek bebatuan kecil.

Ucup langsung bangkit dan berlari menghampiri Ana. Tetapi, sarungnya kecantol kayu dan berakhir terlepas.

"Bang, tolongin Ucup. Burung Ucup nanti terbang!!"

"CK, bocil meresahkan." Kenzie segera menarik sarung yang kemungkinan sobek untuk menutupi burungnya Ucup dan menggendongnya menjauh dari kerumunan.

Berbeda dengan Alvan yang langsung membantu Ana berdiri dan langsung memeluk Ana erat. Melepas segala cemas dan kekhawatiran yang ada.

"Tolong!! Please tolongin gue!!"

Mendengar teriakan Naya, Alvan dan Ana langsung menoleh ke arah jurang. Mendapati sosok Naya yang masih bertahan dengan ranting pohon yang ia pegang.

"Al, please. Tolongin gue, gue nggak mau mati sekarang." Ujar Naya lirih

Alvan dan Ana berjalan kearah polisi yang entah dari kapan sudah ada di tempat lokasi. Ana meminta polisi untuk segera menolong Naya karena Naya keadaannya tengah hamil. Sedangkan Alvan meminta polisi untuk mengamankan semua pelaku.

"Baik, bisakah saya meminta beberapa orang untuk menjadi saksi di kantor polisi?" Tanya polisi itu

"Saya dan teman saya." Balas Alvan dengan memegangi punggungnya yang sangat sakit.

"A'." Panggil Ana saat melihat suaminya merasa sangat kesakitan

Arden yang baru sadar langsung mendekat kearah Alvan. "Ah, bangsat! Gue lupa kalau Alvan tadi ditembak Erik." Ujarnya langsung merangkul Alvan dan menuntunnya

"Sayang, ayo ke rumah sakit. Dagumu luka, sayang."

"Aa' yang harus diobati dulu."

1
Bukhori
lanjut👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!